chapter 1

24 10 5
                                        

Tangan Yena bergerak malas memutarkan kenop pintu"Eomma, aku pulang", Setelah melepas kedua sepatunya, Yena menaiki satu persatu anak tangga rumah minimalis itu dengan sesekali menghembuskan nafasnya kasar.

"Turunlah jika kau sudah selesai",
Dengan kedua tangannya yang penuh dengan mangkuk nasi wanita setengah parubaya itu melihat anak gadisnya dengan tatapan heran.

"Huft...",
Yena membanting tubuh mungilnya ke badcover biru muda itu, sambil sesekali menghapus keringat yang tersisa diwajahnya.

Gadis cantik bernama lengkap Park Yena itu menutupi hampir seluruh wajah dengan bantal biru muda yang berada didekatnya.

Ring ring ring ring ring ring🎵

Kedua tangan Yena meraba mencari sumber suara itu dengan bantal yang masih menutupi wajahnya, "Dimana hp ku",

Tidak berhasil menemukan sumber suara itu, Yena mengangkat bantal yang menutupi wajah manisnya itu sambil membuka matanya perlahan.

"Ya!!kkamjjag ya!!"(kagetnya)

Gadis itu berteriak melihat wajah pria yang berada persis di depan wajahnya, hingga secara refleks dia melempar bantal birunya itu keluar jendela.

"Ya!! Apa kau gila? Eoh?!! Untung saja aku tidak punya riwayat penyakit jantung jika tidakk hufft!!!", Yena menghela nafasnya kasar.

Tangan kanannya sedang berusaha menenangkan denyut jantungnya yang saat ini bekerja 3× lebih cepat. Yena menatap tajam pria yang sekarang duduk di meja belajarnya.

Dengan memperlihatkan gigi rapinya, pria itu tertawa sambil sesekali memukul meja yang ada didepannya, walaupun sama sekali tidak mengeluarkan suara tapi Yena mendengar dengan jelas suara itu bahkan membuatnya terpaksa menutup kedua telinganya.

"Ya!! Apa kau senang?!! Sudah kubilang jangan mengagetkanku!! Setidaknya ketuk pintu saat memasuki rumah orang lain. Dasar tidak sopan!!"

Yena melirik pria itu dengan tatapan tajam bahkan lebih tajam dari mata pisau milik ibunya, tatapan itu membuat pria dengan cute smile nya itu menghentikan tawanya.

"Maafkan aku yena~ah",

Kini kedua matanya kembali fokus pada pria yang masih duduk di meja belajarnya. Yena melipat kedua tangannya di depan dada, "Mau sampai kapan kau akan mengikutiku? Aku tidak bisa membantumu jadi pergilah cari orang lain",

Setelah mengatakan itu Yena beranjak dari tempat tidurnya dan mengambil handuk yang berada dilemari bajunya.

"Tapi hanya kamu yang bisa membantuku Yena~ah jebal"(please) Pria itu memohon dengan wajah super melas yang pernah ia tunjukan kepada orang lain.

Dengan memasang wajah memelas, pria tampan itu berjalan mengikuti langkah Yena dengan kedua tangannya yang
memohon seperti seorang pelayan yang memohon kepada ratunya.

"Yena~ya cepatlah turun atau makanannya akan dingin" ,Yena mengurungkan niatnya menuju kamar mandi dan menoleh kearah sumber suara itu, "ne Eomma!"(ya ibu)

***

Kimchi segar, 2 mangkuk ssalbap(nasi putih) dan beberapa tteok(kue beras) mengisi meja kayu itu "Ya bagaimana pekerjaan mu?!", Tanya Ibu Yena saat putrinya sudah duduk di kursinya.

Yena hanya mengangkat kedua bahunya sebagai jawaban dari pertanyaan Eommanya.

"Ya gwenchana?",(Apa kau baik-baik saja)Tanya wanita setengah parubaya itu lalu meletakkan sumpitnya di meja makan. Seketika nafsu makannya hilang setelah melihat wajah putus asa Yena.

"Sudah Eomma bilang, lebih baik lanjutkan saja sekolahmu itu. Eomma masih mampu membiayai sekolahmu dan adikmu".

Dengan memasang wajah serius Eomma berusaha merayu anak gadisnya itu agar mau mengikuti keinginannya.

Yena menoleh ke arah Ibunya lalu kembali fokus pada makanan yang ada di depannya, "Ani Eomma(tidak ibu). Besok aku akan mencoba mencari pekerjaan lagi".

"Dasar keras kepala!!", Ibu Yena mengambil sumpitnya dan melanjutkan kegiatan makan malamnya yang tertunda.

Tiba-tiba terdengar suara tawa kecil dari seseorang. Saat mengangkat kepalanya, ia melihat sosok laki-laki duduk di kursi kosong tepat di samping Ibunya.

"Keras kepala", masih dengan tawanya yang terkesan mengejek, pria itu menirukan perkataan Ibu Yena beberapa saat yang lalu.

Merasa dirinya diejek, Yena mengepalkan kedua tangannya sambil menatap tajam ke arah pria itu.

Plakk!!

Pukulan sumpit tepat mengenai kepala Yena yang membuat tangannya yang dari tadi mengepal mengelus lembut ujung kepalanya "ya!! Appo!!"(sakit)

"Ya! Tidak perlu melotot seperti itu! Jaga sopan santunmu pada Eomma. Eomma hanya ingin kau melanjutkan sekolah agar nantinya kau bisa mendapatkan pekerjaan yang layak. Ingat ini.

Eomma menasihatimu seperti ini untuk kebaikanmu di masa depan nanti. Tidak ada orang tua yang akan menjerumuskan anaknya ke hal yang buruk. Tidak ada orang tua seperti itu Yena."

Ibu Yena mengoceh panjang lebar tidak ada spasi bagai burung yang tidak diberi makan oleh induknya.

"Ani..ani eomma ya"(tidak-tidak).Dengan cepat gadis itu mengelengkan kepalanya.

"Ah sudahlah cepat habiskan makananmu",

"Awas kau nanti",ucap yena lirih dengan sesekali melirik pria Yang tawanya semakin menjadi-jadi.

***

"I can accept failure, everyone fails at something. But I can't accept not trying."

Saya dapat menerima kegagalan, setiap orang gagal pada sesuatu. Namun saya tidak dapat menerima untuk tidak berusaha.


The Truth Untold

The Truth UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang