chapter 3

22 9 1
                                        

"Kenapa Idol sepertimu bisa berada di tempat sepi seperti ini?"

Hening. Tidak ada jawaban dari pertanyaanku barusan. "Apa kau tersesat??" Aku mencoba dengan pertanyaan kedua, berharap akan mendapat jawaban dari Idol ini.

Mata yang dari tadi hanya melihat ke bawah kini beralih menatapku. Dalam rasanya seperti tatapan seorang polisi yang sedang mengintrograsi penjahatnya,

"Kau bisa melihatku?" Pertanyaan super mega ultra aneh itu keluar dari bibir tipisnya.

Aku tertawa keras setelah beberapa detik terdiam. Pertanyaan bodoh macam apa itu? Tentu saja aku bisa melihatnya. Apa dia berpikir bahwa dirinya adalah hantu? Konyol sekali.

"Tentu saja aku bisa melihatmu. Memangnya kau hantu yang tidak bisa dilihat manusia? Lucu sekali." Ujarku masih tidak bisa menghentikan tawaku.

Dia hanya tersenyum getir. Tapi kemudian dia kembali menundukkan kepalanya lagi. Ada apa dengannya? Apa lehernya tidak sakit menunduk terus seperti itu?

"Aku hanya ingin membantunya" Kulihat wajahnya, bibirnya bergetar saat mengatakan kalimat itu. Aku sama sekali tidak mengerti apa yang dia katakan. Siapapun tolong terjemahkan perkataannya.

Dia seperti ingin menangis tapi tak mengeluarkan air mata. Wajah paling putus asa yang pernah kulihat, kurasa dia telah mengalami hari yang berat hari ini.

Ekspresinya membuat sejumlah pertanyaan muncul dipikiranku. "Apa kau bertengkar dengan seseorang ??"

"Naega aniyaa". (Bukan aku)Aku menghela nafas pelan. Hah. Percuma saja. Setiap pertanyaan yang ku berikan, dia hanya mengatakan omong kosong yang sama sekali tidak ku mengerti. Huh!! Apa kehidupan menjadi idol seburuk ini. Aku fikir menjadi idol adalah pekerjaan yang paling sempurna, tapi kurasa tidak.

"Apa dia mabuk?" Pikirku.

Setelah sejenak mencoba mengamati tingkah lakunya, aku bisa memastikan bahwa dia sedang mabuk. Tercium aroma tubuhnya yang berbau aneh dan aku rasa itu bau alkohol. Walaupun aku tak yakin, tapi pasti ini benar-benar bau alkohol. Yah tentu saja!! Umurku yang baru menginjak 19 tahun -menurut perhitungan Korea- otomatis membuat batasan antara aku dengan barang-barang orang dewasa.

Huft.. itu menyebalkan!! Ada saat dimana aku ingin minum alkohol sampai mabuk, bahkan sampai aku sendiri lupa bahwa aku ini hidup. Haha terdengar gila bukan? Tapi setidaknya itu bisa melupakan sejenak masalah yang selalu setia membuntutiku.

"Ini sudah malam" ku pandangi langit malam yang sedikit demi sedikit menurunkan rintikan hujan, aku mengalihkan pandanganku ke arah lelaki di sampingku ini.

"Kalau dibiarkan disini dia bisa mati kedinginan" gumamku lirih. Aku menggigit ujung jari ku sembari memikirkan bagaimana caranya aku bisa melewati situasi ini. Sebenarnya dia tidaklah penting bagiku, tapi aku bukanlah orang jahat yang tega membiarkan dia kedinginan.

"Eum... Taehyung-ssi ayo ikut denganku,"
Aku berdiri dengan merapikan rok hitamku dan berusaha mengajak idol ini kerumah untuk mendapat pakaian hangat. Setidaknya dia tidak membeku disini.

Dia mendongak agar bisa melihat ke arahku. "Kajja!"(ayo pergi) Ku pasang senyum ramah padanya dan entah dia tau atau tidak, dia adalah orang yang cukup beruntung karena aku tidak pernah mengumbar senyum seperti ini pada siapapun bahkan pada teman baikku sekalipun.

The Truth UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang