Bagian 4

421 33 0
                                    


"Ya pernah lah..."jawab Siregar sedetik kemudian.
"Lagian cemburu itu juga manusiawi juga."tambahnya kemudian.

David terdiam beberapa saat.
"Ya maksud gue gini lho...kalau setiap sama semua temen gue dicemburuin itu terlalu ngekang gue jadi kayak nggak bebas." Kata David.

"Pacaran itu ada banyak tipenya. Bukan pacarnya tapi pacarannya. Tipe-tipe pacaran ada yang mereka banyak aturan atau istilahnya ngekang atau pacaran yang bebas dalam artian dia nggak ada aturan harus A atau B."jelas Siregar.

"Pacar lo mungkin termasuk pacar yang banyak aturan. Lagian terima aja kenapa sih Vid."omel Siregar.

"Taulah---..ngeselin aja dia ngomel-ngomel mulu bikin gue galau." Kata David sambil mendengus kesal.

"Masa bodo Vid, intinya lo lebih jaga Oktav aja. Lo minta maaf ke dia.."kata Siregar.

"Idih..cowok selalu salah. Cowok bikin salah cewek marah terus cowok minta maaf. Cewek salah terus cowok marah nanti cewek nangis terus cowok minta maaf lagi. Gitu aja terus."omel David.

"Lo juga..cewek lo ngambek galau giliran dikasih solusi lo marah-marah. Heran gue."kata Siregar lalu beranjak.

"Mau kemana?"ranya David.
"Pulang. Lo nggak lihat ini jam berapa? Besok kita harus ng-OSPEK MABA."jawab Siregar.

"Nginep aja nggak papa. Lagian  nggak baik cewek pulang malem. Ini juga udah mau jam 12 malem. Lagi nyokap gue juga nggak papa kalau lo nginep di rumah gue."nasihat David.

"Enggak. Gue mau pulang. Lagian masih ada kerjaan kuliah gue di rumah. Lo mau nanggung tugas gue?"tanya Siregar.

"Ya enggak.Yaudah Gue anterin lo pulang?"tawar David.

"Gue bisa pulang sendiri. Lagian lo kayak nggak kenal gue aja. Gue kan udah biasa juga pulang jam segini. Lagian lo parno amat, gue juga nggak bakal kenapa-kenapa. Gue juga pake mobil."kata Siregar.

Kemudian David mengantar Siregar sampai depan rumah. Kemudian Siregar melaju meninggalkan rumah David.

Malam itu cukup dingin, tapi dingin itu tidak menembus kulit. Di pertengahan jalan, mobil Siregar terasa oleng.

"Wah mobil gue kenapa nih.."gumamnya.

Sedikit informasi aja. Siregar menamai mobilnya dengan sebutan Gajah. Padahal body mobilnya juga nggak segede gajah.

Siregar memutuskan untuk meminggirkan mobilnya. Siregar turun untuk memeriksa ban mobilnya.

"Yah kempes nih ban nya. Mana kempesnya parah lagi."kata Siregar sambil merutuki ban mobilnya yang kempes.

Kemudian Siregar menelepon montir. Montir langganan Siregar. Sambil menunggu montirnya datang, ada sebuah mobil putih menepi.

Siregar menduga supir dalam mobil itu bukan orang jahat. Rasanya seperti di film atau sinetron yang biasanya kalau mobil mogok terus ada cogan menghampiri buat nawari tebengan.

Dan keluarlah seorang cogan. Dan memang cogan.

"Mogok Kak?"tanya cowok itu.

Iyalah. Lu nggak lihat apa? Mata lu dimana anjir, batin Siregar.

"Iya."jawabnya kemudian.
"Kak Siregar kan?"tanyanya.

Waduh! Siapa elu? Tau nama gue segala.

"Hah?" Respon Siregar kemudian.
"Kakak ketua OSPEK kan?"tanya cowok itu sambil terkekeh.
"Ah iya,..."jawab Siregar.

Ruapanya adik MABA, kata Siregar dalam hati. Siregar memandangi cowok itu dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"Kenalin Kak, aku Devan. Anak MABA yang besok di OSPEK sama kak Siregar."ujar Devan memperkenalkan diri.

Siregar hanya manggut-manggut sambil menjabat tangan Devan.

Tak lama kemudian, montirnya datang. Siregar berpesan untuk diuruskan mobilnya dan besok pagi akan dia ambil.

Kemudian, Siregar terlihat melihat-lihat kontak HP untuk menelepon seseorang. Sementara Devan hanya memperhatikan. Siregar hendak menelefon Bariq, kekasihnya tapi dia sedang break jadi tidak mungkin ia menelefonnya.

"Bareng gue aja Kak."tawar Devan.

Butuh beberapa detik sebelum memutuskan tawaran itu. "Boleh."jawab Siregar.

Siregar naik mobil Devan. Dan mereka sekarang satu mobil. Suasana awalnya begitu hening dan Devan mulai tak tahan dengan yang namanya "keheningan" , jadi otomatis dialah yang memulai membuka percakapan itu.

"Ehm"..
Siregar hanya menoleh.

"Besok kalau OSPEK jangan galak-galak."katanya.

Siregar terdiam.

"Rumah kakak sebelah mana?"tanya Devan.
"Habis ini belok kiri."jawab Siregar singkat.

Ini kakak senior judes amat, untung cewek gue kagak, batin Devan dalam hati.

Hening.

"Anak bahasa?"tanya Siregar.
"Iya. Kakak juga?"tanyanya balik.

Vote + comment. Tadi sempet stuck ditengah. Dan awalnya juga pengen bahas perihal pacaran tapi berbelok arah ke perkenalannya Devan sama Siregar.

LIEBETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang