Chapter 5

1.7K 135 2
                                    

Sikap Sakura yang seperti itu berlangsung sampai keesokan hari pada Sasuke. Ia hanya berbicara seperlunya dan memilih untuk tak bertemu pandang dengan suaminya. Kecuali kepada Sarada tentunya.

Ia bangun lebih pagi daripada biasanya dan membuat sarapan. Setelah itu ia berangkat kerja lebih pagi pula dengan meninggalkan sarapan yang siap makan. Ia beralasan kalau ia memiliki banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan dan mengharuskannya untuk berangkat lebih pagi dari biasanya.

Sasuke?

Ia jarang pulang walau saat ini ia masih berada di Konoha. Ia melatih Boruto dan memilih untuk berkemping bersama muridnya. Mematangkan jutsu baru katanya.

Sebenarnya Sarada merasa ada yang aneh dengan ibunya. Tak biasanya wanita bersurai pink itu pendiam dan cuek ketika ada suaminya. "Apa Papa dan Mama sedang bertengkar?" pikirnya. "Kalau benar, kenapa Papa biasa saja?"

Apakah karena hormone wanitanya? Premenstrual Syndrome misalnya. Memang sih, biasanya wanita yang sedang Premenstrual Syndromeatau PMS memiliki ketidakstabilan emosi. Kadang sensitif, kadang mudah emosi, kadang nafsu meningkat. Ia sebenarnya sudah mengalami awal masa pubertas 2 tahun lalu, tapi ia tak begitu paham dengan wanita yang memiliki perubahan perilaku selama PMS. Ia merasa seperti biasa –tidak ada yang berubah–

"Kalau begitu tak ada yang perlu aku pikirkan. Beberapa hari lagi mood Mama pasti sudah kembali lagi."

Ternyata dugaan gadis penerus Uchiha itu tak terwujud. Sakura masih saja bersikap cuek dan tak peduli dengan suaminya. Suaminya, sang pemilik mata rinnegan itu pun tampaknya tidak terpengaruh –tak peka– dengan keadaan istrinya.

Sakura yang menyadari sikap suaminya itu pun memilih untuk teguh pada sikapnya saat ini.

Seminggu setelah Sakura melancarkan sikap tak pedulinya, akhirnya Sasuke mulai merasa sedikit ada yang janggal dengan istrinya. Biasanya istrinya menanggapinya dengan ceria –dan mesra– ketika berjumpa di kantor hokage atau menyambut dengan hangat setiap ia pulang. Ya, kali ini ia pulang setelah 3 hari berkemah di hutan Uchiha bersama muridnya dan ia tak mendapati sambutan hangat yang biasa ia dapatkan. Sakura berada di rumah ketika ia sampai. Istrinya sibuk dengan kegiatannya membersihkan ruang tengah. Ia tak mempedulikan suaminya yang baru saja mengucapkan 'tadaima'. Ia diam.

Sasuke berdiri memperhatikan Sakura yang kali ini sedang mengelap meja. Ia penasaran kenapa istrinya itu bersikap tak peduli padanya. Tapi ada yang menghambatnya untuk bertanya. Ia tak tahu bagaimana memulai bertanya. Apakah harus basa basi dulu seperti, 'hai Sakura kau sedang apa?' atau langsung 'tembak' saja?

Setelah perdebatan batin yang ia lakukan, "Ehem." Pria yang dulunya memiliki rambut raven tersebut memilih berdehem untuk memulai pembicaraan. Sakura menghentikan kegiatannya dan melihat kearah suaminya.

"Sakura... ada apa?"

Sakura mengekerutkan dahinya. "Hah? Apanya?"

Melihat reaksi istrinya, membuat ciut nyalinya untuk bertanya. "...Lupakan."

Sasuke berlalu menuju kamarnya. Sakura hanya memandanginya dalam diam. Sasuke menghela napas panjang sebelum menutup pintu kamar yang biasa ia tempati bersama istrinya.

To Have A Place To Go HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang