Chapter 12

2.5K 152 5
                                    

Sakura menampar wajah tampan suaminya. Cukup keras hingga ia bisa melihat wajah suaminya. Sakura terkejut. Mata Sasuke berair. Tak sampai menangis, tapi kentara ada air yang siap tumpah dari mata rinnegannya –walau pencahayaan yang minim di kamar mereka–

"Jangan tinggalkan aku..."

Sasuke memeluk wanita berambut pink itu dengan posisi yang sama –menindihnya–

"Aku tidak mau cerai..."

"Jangan tinggalkan aku..."

"Aku tidak mau ditinggal... lagi..."

Sakura terdiam mendengar kalimat terakhir Sasuke. Ia paham, itu merujuk pada semua anggota keluarganya yang terbunuh. Terutama Itachi. Kakak yang paling ia sayangi.

Sakura menangis. Menangis lebih kencang kali ini.

"Aku harus pulang kemana kalau kamu tak ada?"

Sakura masih terus menangis. Paham kemana arah kesedihan suaminya.

"Aku tak punya tempat lain untuk pulang."

"..."

"Sakura... aku minta maaf."

"Sakura... jangan tinggalkan aku..."

"Sakura..."
"Sakura..."
"Sakura..."

Dua sejoli itu terus pada posisi itu dengan Sakura yang menangis kencang dan Sasuke meneteskan setetes airmata dari mata kirinya. Konon, air mata pertama yang jatuh dari mata kiri menandakan penderitaan. Dan Sasuke kini merasakan penderitaan. Rasa sakit, ketakutan, amarah, ketidakberdayaan, semua menjadi satu.

Setelah cukup lama berada posisi itu, akhirnya Sakura menyadari pria yang mendekapnya sudah tertidur dan... badannya panas! Sasuke terkena demam.

-o-o-o-o-o-o-o-o-

Matahari bersinar dengan cerah hingga sinarnya menyelinap masuk ke sebuah kamar melalui jendela yang terbuka. Pria berlengan satu terbangun dari tidurnya dan melihat ke sekeliling kamarnya. Sepi.

Ia ketakutan. Mengira Sakura benar-benar sudah meninggalkannya. Begitu bangun, ia merasakan nyeri yang amat sangat pada kepalanya. Ada plester penurun panas di dahinya.

To Have A Place To Go HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang