capítulos. 1

270 19 8
                                    


Andai dulu aku tak bertemu nenek tua itu dan tak memberinya makanan, kini bagaimana aku?

Kini kalau aku begini, kelak bagaimana aku?

Kini kalau aku disini, kelak dimana aku?

Tak tahu kelak ataupun dulu
Cuma tahu kini aku begini
Cuma tahu aku di sini
Dan setiap harinya aku melihat sesuatu yang tidak ingin aku lihat

¤¤¤¤¤

( 7 tahun kemudian..)

Premier Marquès de paradas, Sevilla,Spanyol

Wanita cantik berbadan langsing itu menyesap Cocktail berjenis Daiquiri dengan perlahan, Ia sedang menunggu temannya yang katanya ingin memperkenalkan pacar barunya pada dirinya. sudah setengah jam Clarissa menunggu tapi temannya tak kunjung datang, seorang pria tampan berambut pirang dengan kemeja putih mendekatinya seraya tersenyum,

"¿esperando a alguien?" tanyanya duduk disamping Clarissa

"sí un amigo" jawab Clarissa tersenyum tipis

"Quiero un Martini" ucap Pria itu pada sang bartender. lalu pintu cafe terbuka seorang pria dan wanita itu mendekati Clarissa.

"Hay, kau lama sekali aku hampir jamuran disini" rutuk Clarissa bangkit berpindah tempat dan duduk di kursi lain dimana Delsen dan Quenza berada.

"Lo siento, estaba atrapado en la calle" ujarnya minta maaf

"kenalkan ini Clarissa, dia teman ku yang sering aku ceritain itu yang bisa meramal masa depan" ujar Delsen. Clarissa dan Quenza berjabat tangan saling tegur sapa.

"aku pesan Margarita dulu sebentar" ucap Delsen bangkit menuju meja Barteder

"Quenza kamu kenal Delsen di mana?" tanya Clarissa

"aku tidak sengaja bertemunya di Plaza dé Armas 3 bulan yang lalu, kita cukup akrab dalam waktu dekat dan memutuskan untuk menjalin hubungan" jawab Quenza

"nah ini minumanmu, bebe" ujar Delsen memberikan minumannya

"Gracias" balas Quenza pada Delsen

"Clarissa, tolong ramal pacarku..!" ucap Delsen menarik tangan Clarissa menggenggamkan tangannya pada Quenza. Clarissa terdiam menggenggam tangan Quenza matanya terpejam dan kelibat masa depan dapat ia lihat dengan cepat.

"apa kau yakin ingin mendengar ini Delsen?!" tanya Clarissa melepas tangan Quenza

"tentu, aku yakin. apa itu hal buruk?" tanya Delsen lagi mengerutkan dahinya

"iya bisa di bilang buruk bisa di bilang baik" jujur Clarissa mengangkat kedua bahunya acuh

"ehmm... baiklah dari pada aku mati penasaran" balas Delsen mengangguk

"Quenza akan menikah 3 bulan lagi dengan seorang pria, tapi pasangannya bukan kau, Delsen" ucap Clarissa dengan raut menyesal

"kau pasti berbohong, orang tua kami sudah merestui hubungan ini Cla" tegas Delsen tidak percaya dengan ucapan temannya yang dikenal bisa meramal masa depan.

"aku berharap ini salah. aku tidak mengenal pria itu. tapi dia pria yang kaya karena aku melihatnya memakai setelan Jas mahal" ungkap Clarissa.

"bercandamu tidak lucu, Cla" ucap Delsen lalu meminum margaritanya.

El adivinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang