chapter 7

7 0 0
                                    


" bu, laila berangkat dulu ya" .

Aku mencium tangan ibu dan berpamitan, suara ku terdengar tidak jelas karena masih ada makanan di mulutku.

" abisin dulu sarapan nya la" . sahut ibuku
" laila sudah terlambat bu, assalamualikum"

Langkah ku aku percepat, karena waktu sudah hampir pukul setegah 8 pagi.

"kenapa tidak ada yang lewat sih " , aku menoleh kebelakang lagi dan lagi, berharap ada siswa dari sekolah ku yang lewat. Tapi sepertinya kali ini aku benar-benar terlambat karena tidak ada lagi siswa yang lewat di jalan. Akhirnya aku berlari menuju sekolahku.

Terlambat sudah, pintu gerbang sekolah sudah di tutup, dan sudah ada guru yang berdiri disana yang menunggu siswa-siswa yang terlambat sepertiku, aku hanya mempersiapkan diri karena akan kena marah .

Nafasku tersengal-sengal ...

" pagi bu, maaf bu terlambat" , tangan ku menggemgang besi besi gerbang sekolahku, keringat mengalir dari dahi hingga pipiku, rasanya panas dan haus sekali serasa sedang lari pagi.

" sering banget kamu terlambat la, "

bentak ibu guru yang menjabat sebagai predikat guru paling killer ke 2 setelah bu siti, ya mereka berdua adalah dua sejoli yang terkenal sama killer nya terhadap siswa, termasuk aku.

" iya bu maaf terlambat, soalnya tadi pagi saya nganterin ibu saya dulu jadi terlambat deh"

Dusta mode on. Kembali aku aktifkan karena keadaan yang mendesakku.

" udah deh, jangan bohong lagi, kan rumah kamu dekat masa kamu sering sekali terlambat, jangan mentang-mentang kamu orang sini ya jadi sekolah nya seenaknya."

" saya gak seenaknnya ko bu, buktinya saya masuk terus, dan tidak pernah bolos, lebih baik terlambat kan bu dari pada tidak masuk sama sekali" .

Jawaban jitu aku lontarkan agar bu guru killer mengijinkanku masuk, karena hari ini ada ulangan aku tidak ingin nilai ulanganku 0,

Aku keluarkan jurus paling ampuh untuk merayu guru killer seperti guruku yang satu ini,
Alis aku turunkan, mata dan wajah aku rubah menjadi mimik yang sendu dan bibir aku sedikit manyun-manyunkan, agar terkesan sedih tapi sekaligus imut, yang itu semua aku dapet dari drama-drama korea yang sering aku tonton, karena aku termasuk gadis yang menggandrungi drama dan musik dari negeri ginseng itu.

" ayolah bu, laila ada ulangan, ijinin laila masuk ya, janji gak akan telat lagi, beneran deh " rayuku.

" mukanya biasa aja, gak usah di sedih-sedihin kan ibu jadi sedih liat nya" terang bu guru killer

Ya, walaupun dia terkenal killer tapi dia mudah tersentuh dan gampang di rayu, makanya aku sebut dia di posisi ke dua, karena lebih mudah di luluhkan dari pada bu siti.

Ceklek,

Kunci pintu gerbang di buka dan aku di ijinkan masuk, aku memberikan kiss jauh dan langsung berlari menuju kelasku, untung saja guru di jam pertama ku belum datang, jadi aku tidak akan kena marah untuk yang ke dua kalinya.

" telat lagi la "
ucap seorang siswa yang duduk tepat di depannku, namanya evan, kami lumayan dekat dan dia sangat baik kepadaku, kami berteman sejak smp, dan masuk sma di sekolah yang sama lagi, dan mendapatkan kelas yang sama dari kelas sembilan sampai dua belas sekarang, bahkan aku dan evan, menjadi teman sebangku sejak kelas sembilan sampai sebelas, dan saat kita naik kelas dua belas aku memutuskan untuk duduk dengan tika dan evan dengan teman siswa yang lainnya, walaupun kadang-kadang kami duduk satu bangku kembali.

" iya van, hehehe"

" nanti siang ada kerja kelompok, kamu mau berangkat sama siapa ?" tanya evan

" oh iya, aku satu kelompok sama kamu ya, ?"

" iya, nanti kita mau pada ke rumah imas, tadi malam aku sms tapi kamu gak balas "

" oh iya maaf, aku lagi gak punya pulsa, ya udah nanti aku sama kamu aja y"

" ya udah, nanti aku jemput di rumah ya"

"ok"

Evan siswa yang sangat pintar, dan dia sangat perduli dan baik padaku, dia sebenarnya siswa yang cukup tampan, pintar dan baik, walaupun dia sedikit culun dan itu yang membuat kadang-kadang dia sering di ledekin olah para siswa lainnya, tapi dia tidak pernah marah sampai akhirnya dia bisa menunujukan sisi yang menonjol dalam dirinya sehingga bisa di hargai oleh orang lain, aku cukup mengenalnya, karena kami cukup dekat, dia orang pertama yang selalu mengucapkan selamat ulang tahun padaku, selalu menanyai kabarku saat aku tidak masuk, dan dia juga mau menunggu ku saat dia menjemputku pergi, untuk kerja kelompok atau ada acara sekolah, walaupun saat itu posisiku baru bangun tidur dan baru mandi, dia memang baik.

Sampai ada salah satu teman yang berbicara padaku, kalau evan sepertinya menyukaiku, tapi aku tidak pernah berpikir ke sana karena kita sudah bersahabat sejak lama.

"goen"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang