Di hari Rabu ini, rintik-rintik hujan membasahi lapangan SMAN 1. Siswa siswi lebih memilih berada didalam kelas.
Udara dingin menyapu kulit-kulit manusia. Nampak tetes demi tetes air jatuh dari helai daun. Beberapa orang memilih bermalas malasan, tapi tak sedikit juga yang menikmati turunnya air dari langit itu. Seperti seorang siswa ber-nametag 'Hara Luzen' yang tengah melihat tetes-tetes air melalui jendela kelasnya.
Bel masuk sudah berbunyi empat puluh menit yang lalu, tapi sepertinya para guru juga kurang bersemangat untuk mengajar dengan cuaca yang mendukung untuk tidur ini. Suara pintu kelas yang terbuka membuat seisi kelas menoleh. Pak Doni, guru seni budaya nampak tersenyum melihat wajah murid-muridnya yang kaget. Ia berjalan dengan tenang menuju meja guru.
"Selamat Pagi anak-anak!"
"Pagii paak"
"Gak tau kenapa ya, pak Doni itu rasanya seneng kalo masuk kelas ini"
"aseeek"
"aue"
"cuit-cuit"
"uwaw"
"akhuh terhurah" dan sahutan tak berfaedah lainnya membuat sang guru tertawa. Ini yang dia suka dari kelas ini, muridnya selalu bertingkah apa adanya atau bisa dibilang antipencitraan.
"baik, sesuai dengan kesepakatan kita dua minggu lalu, kalian akan tampil dengan memainkan alat musik masing-masing. sudah siap?"
"siaaap pak"
"oke, siapa yang mau maju duluan?"
hening
"loh? gak ada yang mau maju?" Pak Doni menatap murid-muridnya yang saling menunjuk satu sama lain.
"kalau begitu urut absen" helaan nafas lega terdengar dari para pemilik absen terakhir.
"dari absen paling bawah" helaan nafas lega pun digantikan dengan pelototan mata super lebar yang terlihat kocak.
"acak aja paaaakk"
"iya pak acak ajaaa" karena pak Doni adalah orang yang pengertian, maka iya menuruti kemauan muridnya.
"emm.. sekarang tanggal berapa?" tanya pak Doni.
"30 pak.."
"absen tiga puluh maju"
Sorakan demi sorakan terdengar saat Deon, sang maskot kelas maju ke depan. Dengan pd nya, Deon melambai-lambaikan tangannya bak artis.
"ekhm..Assalammualaikum wr.wb"
"Waalaikumsalam wr.wb"
"eee.. disini saya akan menyanyikan lagu untuk mengingatkan kalian semua" para siswa pun kebingungan dengan perkataan Deon. Apalagi Deon berbicara dengan tampang seriusnya, padahal Deon tidak pernah serius dalam hal apapun. Deon pun duduk dan bersiap dengan gitarnya.
Hari ini...
Hari yang kutunggu
Bertambah satu tahun,
usiakuBahagialah slalu
Yang kumau, bukan jam dan cincin
Bukan seikat bunga, atau puisi,
Juga kalung hati
Tawa seisi kelas pun pecah. Ternyata Deon mengingatkan pada mereka kalau sekarang adalah hari ulang tahunnya. Sungguh kejadian yang tak terduga. Dan jangan lupakan Deon yang telah merubah lirik lagu yang seharusnya 'kau' menjadi 'aku'. Penampilan pertama cukup menghibur. Hujan yang semakin deras pun tak ada yang memperhatikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eldiven
Teen Fiction|berawal dari tatap. gg |berawal dari sarung tangan. .... #4 -ChickLit (260718)