7

40 8 4
                                    

"boleh saya duduk disini?"

"b-boleh" Hara segera menelan cheseecake dimulutnya. Tak sengaja matanya menangkap benda yang di bawa pria itu, sarung tangan.

Flashback on

Jam menunjukkan pukul delapan malam. Hara sedang membaca buku sejarah sambil menikmati alunan lagu dari headphonenya. Tiba-tiba ia teringat pesan ibunya untuk membeli telur. Ia pun bergegas untuk berganti baju dan segera menyiapkan sepeda motornya.

Di tengah perjalanan, sesuatu jatuh dari motor bagian depan Hara. Ia pun berhenti, dan ternyata sarung tangannya jatuh. Ketika ia berniat mengambilnya, angin berhembus tepat mengenai tengkuk Hara hingga membuat bulu kuduknya merinding. Karena Hara orangnya sangat 'pemberani', ia pun segera tancap gas meninggalkan tempat itu dan membiarkan sarung tangannya tergeletak. Di tengah perjalanan, ia sudah berjanji akan mengambil sarung tangannya ketika pulang nanti.

Selesai membeli telur, Hara segera menuju tempat dimana sarung tangannya jatuh. Tetapi sesampainya disana sarung tangannya tidak ada. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri bermaksud mencari sarung tangannya. Nihil, tetap tidak ada. Hara pun segera pulang karena suasana jalan yang sepi dan remang-remang.

Flashback off

"ini sarung tangan kamu?" pertanyaan orang tersebut memecahkan lamunan Hara.

"eh em.. i-iya"

"ini" orang tersebut menyodorkan sarung tangan Hara sambil tersenyum. Hara segera mengambilnya sambil tersenyum kikuk. Sungguh tak terduga pertemuannya dengan mas secret. Iya, orang yang menemukan sarung tangan Hara adalah mas-mas ganteng yang Hara tak tau namanya itu. Hening beberapa saat hingga seorang pelayan mengantar pesanan orang yang duduk didepan Hara. Sungguh, Hara tidak suka suasana awkward seperti ini. Hara pun berdehem untuk memecah keheningan.

"ehem, kalau boleh tau gimana masnya bisa tau kalo ini sarung tangan saya?"

"kamu ga kenal saya?",

"ditanya bukannya jawab malah balik nanya" gumam Hara. Orang itu tersenyum mendengarnya.

"oke oke, nama saya Aidan" ucapnya. Ia juga mengulurkan tangan kanannya pada gadis didepannya. Tak diduga, Hara hanya menjabat ujung tangan atau lebih tepatnya jari tangan Aidan lalu melepaskannya dengan cepat.

"Hara" Aidan menahan tawanya melihat wajah gugup Hara.

"ngomongnya santai aja, pake lo gue juga bisa" Hara hanya mengangguk menanggapinya.

"kamu cewek yang biasanya lewat depan rumah bu ana kan?"

"lo orang yang sering liatin gue kan?" Hara mencibir dengan pd nya, ia berniat membalas dendam dengan tidak menjawab pertanyaan Aidan. Sementara tawa Aidan pecah. Awalnya saja Hara bertingkah sopan dan pendiam, tetapi belum sampai sepuluh menit sifat aslinya sudah keluar.

"fine, waktu itu saya ga sengaja liat kamu pas mau keluar, eh pas lewat depan toko pak Joko ada sarung tangan ini. Dan saya sering liat kamu pake sarung tangan ini"

"Oh" Hara menganggukkan kepalanya sebagai tanda bahwa ia mengerti apa yang dikatakan lawan bicaranya itu.

"by the way, kamu itu sekolah di SMA 1 kan?"

EldivenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang