2.

171 13 2
                                    

Daripada nanti kalian lupa, mending vote dulu di awal cerita.
Terima kasih. Enjoy!!
Koreksi typonya ya guys!

Gilang’s POV

Ganindra Gilang Ramadan, Pilot In Command atau lebih familiar dengan kata Captain ? Ya, setelah lulus pendidikan dan mendapatkaln lisensi ATPL (Airline Transport Pilot License) jabatan gue kini resmi menjadi Captain di maskapai ternama di Indonesia. Gue dapat berbangga diri dengan 4 garis dibahu dan jangan lupakan jam terbang yang hampir 1500 jam.

Tapi kebanggan gue belum sempurna, di usia yang tengah menginjak 28 tahun ini gue masih belum punya pasangan hidup. Bukannya gue gak laku, untuk yang satu ini gue cukup pemilih.

Banyak pramugari, baik dari maskapai gue maupun maskapai lain yang sering ngajak gue ngedate. Gue sih ayo ayo aja, rejeki bro diajakin ciwi ciwi dengan body aduhay. Tapi jangan berharap lebih dari teman kencan ya sist. Cause you’re not my type.

✈✈✈

“mau sampe kapan kamu single gi?” tanya ayah saat kami semua siap untuk sarapan di meja makan.

“hilal jodohnya belum keliatan yah” balas gue santai.

Ini yang gue hindari saat berada di rumah orang tua gue, obrolan tentang kapan nikah. Siapa sih yang enggan untuk menikah? Tapi ya gimana, gue belum nemu yang pas.

“kamu tuh ganteng gi, kerjaan kamu jelas, dompet mu tebel. Masa iya gak ada yang mau?” kata ayah lagi.

Ibu dan Kak sahila, kakak gue sih senyum senyum aja denger gue di todong nikah sama ayah.

“Ayah, terima kasih semua pujiannya. Gilang memang ganteng dari dulu. Yang nyangkut sih banyak yah, tapi gilang belum ngerasa ada yang pas” kilah gue.

Sebelum ayah membalas ucapan gue barusan, gue buru buru mengangkut sarapan gue menginggalkan meja makan.

“bu.. yah aku sarapan di kamar aja ya, sekalian main game. Kak gue duluan ya” pamit gue yang dibalas anggukan olah kak sahila.

Author's POV

“Hil, lihat tuh adek mu. Makin jadi” keluh pak Indra, ayah gilang.

“ya mau gimana lagi yah? Emang gitu kan anaknya” ujar sahila sang kakak yang kini tengah berbadan dua.

Bu Gania, ibu gilang yang sedari tadi hanya mendengarkan percakapan suami dan kedua anaknya kini ikut bergabung kedalamnya.

“ya sudah yah, namanya anak laki laki. Mungkin dia masih mau bebas” katanya.

“aku waktu disuruh bapak buat nikahin kamu gak takut gak bebas kok bu” kata pak indra tak ingin kalah.

“itu kan karena memang kamu yang sudah jatuh cinta sama saya mas, jadi begitu tahu kita dijodohin kamunya semangat” balas bu gania disertai kerlingan mata diakhir kalimatnya.
Selanjutnya pak indra menarik bu gania kedalam dekapannya.

“Memang tak tahu malu” batin Sahila.

“Hil, suami mu kapan pulang sih? Ibu kangen sama Kanya” tanya Bu Gania.

“Palingan lusa bu, sabar lah buu. Mas Anggara juga mungkin masih kangen sama mamanya apalagi mama mertua ku lagi sakit bu, kangen sama cucunya” jelas Sahila.

If We Were Not MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang