5. Kenapa Bidan?

119 4 0
                                    

Selasa pagi di kediaman orang tua ku, usia kandunganku kini sudah memasuki 38 minggu.  Hampir mendekati hari perkiraan lahir.

Ayah meminta aku untuk mulai cuti saat usia kandungan memasuki minggu ke- 24 minggu alias 6 bulan. Namanya juga pemilik perusahaan,  titahnya adalah perintah.

Jadi aku sudah tidak bekerja sejak kehamilanku masuk bulan ke enam. Sebenarnya aku tak betah jika harus berlama lama menganggur di rumah. Apalagi Kanya, putri sulung ku yang berusia 5 tahun sekarang sedang ikut ayahnya menemui ibu mertua ku yang sedang sakit.

Aku benar benar merasa kesepian di rumah orang tua ku, hanya ada ibu, ayah, dan gilang. Ah anak itu, dia memang jarang ada dirumah, profesinya membuat kami jarang sekali untuk bertemu.

Hari ini adalah jadwal liburnya hingga 4 hari kedepan. Rencananya aku ingin mengenalkan ia pada zetta, gadis cantik yang kini telah jadi sahabat ku.

“gi, gue mau kenalin lo sama seseorang nih” kata ku santai.

“siapa kak?” sahutnya sambil memakan cookies buatan ku yang berada di hadapannya.

“perempuan?” tambahnya lagi, mengalihkan atensiku.

“he’em.. cantik deh” kataku semangat menatapnya. Ia melirikku sekilas, lalu mengembalikan pandangann ya pada layar kaca dihadapan kami.

“siapa kaak?.. mau lo jodohin sama gue ya?”

“gak dijodohin kok, kamu kenalan aja dulu. Siapa tau cocok” balasku lagi.

“ogah ah kak, gilang bisa cari pacar sendiri kok. Gue ganteng kok kak” kilahnya.

Ya tuhan adik ku yang satu ini memang kelewat batas tingkat percaya dirinya, walaupun memang kegantengan itu benar adanya.

“gi… gi.. giyaang.. giii.. ” panggilku menarik ujung baju nya.

“hmm” dehamnya.

“giyaaaang… gi.. ya allah gilang!” teriak ku gemas.

“apaan sih kaaa? Lo ngga ada mas anggara manjanya ngalahin kanya tau gak” katanya menatap ku.

“ih lu mah gitu gi, harusnya lo itu memanjakan ibu hamil” protesku tak terima.

“iya kalo yang hamil bini gue, bakal gue manjain kak bahkan tanpa perlu diminta” katanya lagi.

“halah telek’ boro-boro manjain bini hamil, pacar aja lo gak ada gi, ckckck..” ejek ku.

“mau ya, kenalan sama temen gue?” pinta ku.

“iye kaaak , iye” katanya pasrah.

“Kapan ketemuannya?”

“lusa” kataku girnag

“gabisa besok aja?” tanyanya.

“besok dia kerja gi..”

“kerja apaan, besok kan tanggal merah” sahutnya.

“dia kan bidan, kerjanya mana kenal tanggal merah si” jelasku. 

“what? Kakak mau jodohin gue sama bidan? Kaak  temen temen gue pasangannya itu kalo gak model, ya pramugari, mentok mentok dokter lah. Masa lo tega jodohin gue sama bidan” katanya, tak terima.

Hei, jangan remehkan profesi bidan ya gilang. Jika saja kami tidak ada, bayangkan siapa yang mau menolong orang orang untuk melahirkan dan segala tetek bengeknya. #authorngambek

Ini yang aku tak suka dari adik ku, sikapnya yang sombong dan mudah meremehkan orang lain. Apa salahnya jika berprofesi sebagai bidan? Mereka berjasa besar kok.

“huss, kamu kok rasis gitu. Emang kenapa kalo bidan?” kataku.

“bukannya rasis kak, but …”
Belum selesai sanggahannya, sudah ku potong lagi.

“kamu malu sama mantan kamu?” todongku.

Nah kan, betul tebakan ku. Dia tak menjawab. Arina Darinka Nasution, gadis jebolan ajang kecantikan tahun 2016 yang kini tengah melebarkan sayapnya di dunia modeling tingkat mancanegara.

Ia pernah menjalin kasih dengan gilang sejak arina belum mengikuti ajang kecantikan kurang lebih 2 tahun yang lalu, hingga pada tahun 2017 kisah kasih mereka berakhir.
Aku pun tak tahu apa alasannya.

Tapi tak lama kisah mereka kandas, berita tentang Arina yang berpacaran dengan CEO agensi tempatnya bernaung di negeri paman sam ramai jadi perbincangan media. Biar aku tebak, adikku diselingkuhi ? hahaha kasihan rasanya.

“nah itu kakak tau..”

“gi, kamu gak boleh gitu. Belum tentu yang model itu hatinya lebih baik dari yang bidan.” Kata ku

“lagi pula, kalo kamu nikah pun, yang dinikahin kan orangnya, bukan pekerjaannya” sambungku lagi.

“huuuuftt.. terserah mba aja. Aku gak dengar” ujarnya sambil berlalu.

Dasar jomblo abadi, aku tak habis fikir dengan jalan pikirannya yang menganggap profesi bidan tidak cocok dengannya. Apa yang salah? Bidan itu pekerjaan mulia.

If We Were Not MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang