Perhatian.
Sebelum membaca chapter ini. Chapter ini berisikan kekerasan dan pembunuhan. Untuk pembaca yang tidak tahan akan hal tersebut mohon untuk tidak membaca bagian yang diberi tanda kusus.
Terimakasih.
------------------------------------------------------Bagian IV
Jalanan masih terlihat lengang ketika Sai dan Kyuubi memasuki sebuah kota padahal malam masih baru merayap pelan, hanya beberapa kendaraan yang melintas mungkin karena ini musim gugur sehingga kebanyakan manusia lebih memilih di dalam tempat yang lebih hangat.
“Kyuusama, apakah tidak sebaiknya kita kembali.” Tidak ada tanggapan. Matanya masih tertuju pada layar tablet yang berisikan lokasi tujuan mereka.
“Kyuusama. Apakah anda tidak lapar, bagaimana kalau…”
“Diam saja kau, konsentrasi menyetir.” Putus tuannya tanpa melepas pandangan dari layar.
Suhu udara menjadi sangat dingin begitu mereka sampai di lokasi tujuan. Sudah hampir tengah malam sekarang. Kyuubi keluar pertama dan melakukan gerakan perenggangan otot, rasa dingin yang begitu menusuk tak diindahkan. Sai masih ada di dalam mobil, mengecek apakah ini lokasi yang tepat sesuai koordinat satelit.
“Tuan, ini parkiran umum.”
“Tinggalkan kuncinya didalam.” Sai yang mendengar jawaban tuannya semakin kawatir dan waspada, apalagi melihat kyuubi melakukan perenggangan seperti itu. Tuannya ini memang suka seenaknya sendiri tapi bukan tanpa perhitungan, sesuatu yang melibatkan keahliannya pasti akan terjadi nanti.
Sai berjalan mengikuti tuannya, tapi dibilang berjalan juga kurang tepat pasalnya gerakan mereka layaknya kucing. Memanjat pagar besi dilakukan dengan mudah padahal mereka berdua memakai sepatu kulit, hanya sedikit berbeda dibagian sole menggunakan peredam. Juga dapat membantu ketika lari melewati atap-atap rumah agar tidak terpeleset.
Turun menggunakan pegangan anak tangga, melewati gang sempit yang hanya muat satu orang dewasa. Begitu sampai diujung gang, mereka memanjat pipa pembuangan air menuju ke atap. Lalu berlari lagi melewati atap-atap rumah yang tidak simetris.
“Tuan.” Bisik Sai ketika mereka berhenti di tepi atap. Di bawah mereka hanya jalanan dan itu pun jaraknya lebih dari empat lantai mengingat kontur tanah yang tidak rata. Kyuubi mengambil tiang antenna melepas sambungannya sehingga menjadi potongan yang lebih kecil.
“Bengkokkan ini.” Menyerahkan dua potong logam tadi kepada Sai. Sai meletakkan dua logam tadi di antara lututnya dan kedua tangannya menekan logam tadi membengkokkannya.
Mereka turun menyusuri kabel telephone menggunakan alat yang telah dibengkokkan tadi, Kyuubi yang meluncur duluan ahirnya berhenti dan berdiri diatas tiang sedangkan Sai masih menunggu bergelayutan di belakangnya.
Di depan mereka berdiri bangunan setinggi lima lantai yang hampir jadi. Tapi sepertinya ditinggalkan oleh para pekerja, barang-barang yang ada masih tertutup tapi diantaranya sudah ditumbuhi oleh rumput. Gedungnya juga masih diberi penutup tapi kelihatan sudah tidak terurus. Ketika mereka berdua sampai di depan pintu gerbang banyak sekali pita kuning kepolisian terpajang.
“Seseorang menerjunkan dirinya dan mati tiga bulan yang lalu tuan. Dan hakim memutuskan untuk menghentikan pembangunan.” Sai segera mencari informasi begitu mereka menginjakkan tanah tadi. Meskipun pita kuning ini terbentang berjejal tapi karena salah satu pintu gerbang rusak maka siapapun akan dengan leluasa keluar masuk tempat ini.
Aroma terbakar segera melingkupi begitu mereka memasuki kawasan bangunan ini. Sai cukup kenal dengan bau ini, karena berhubungan erat dengan dirinya yang dulu, meskipun ditutupi dengan bau sampah dan bau-bau busuk lainnya. Bau tubuh manusia yang terbakar akan sulit dia lupakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tulip Hitam
FanfictionKenapa anak kecil ini begitu menarik perhatian Kyuubi no kitsune, kenapa pula ciri fisiknya mirip dengan sang papa. Cerita ini kami tulis ulang ya. Kami hanya menyamakan alur ceritanya saja. Pernah di publish di ffn dengan nama author dan judul yan...