Kakak Manis

154 7 1
                                    


Bagian II

"Hey. Dimana rumahmu."

"Itu, dekat..." Anak kecil itu tak mampu untuk melanjutkan. Terlalu banyak orang yang tidak menyukainya. Dan dia tidak mau menambah daftar semakin panjang. Sedangkan remaja yang ada di depannya ini mulai kesal, segera dia mengeluarkan telephone dan menghubungi seseorang. Sedangkan anak kecil itu tertunduk tubuhnya mulai gemetar, mungkin remaja didepannya ini bukan termasuk yang menyukainya, menabrakkan tubuhnya ke remaja ini merupakan kesalahan besar.

"Hey..." Teriak remaja tadi berusaha untuk mengambil perhatian. Terlihat begitu jelas pemandangan selanjutnya, sebenarnya remaja ini tidak berniat jahat hanya saja efek samping nada suara yang tidak pernah lembut membuat anak kecil ini begitu ketakutan. Raut wajah yang menggemaskan tadi sirna sudah.

"Kenapa kau melihatku seperti itu."

"Maaf." Jawab anak kecil itu langsung tertunduk.

"Naru mohon maaf, jangan sakiti Naru, Naru mohon maaf" lanjut anak kecil itu dengan suara kecil yang hampir tidak terdengar. Suaranya serak seperti menahan sesuatu.

"Ck, aku tidak akan melakukan apapun. Aku mau mengantarmu pulang. Dasar anak aneh."

"Benarkah... Terima...terima kasih"

Sebuah mobil sudah terparkir dekat pintu keluar begitu mereka berdua keluar dari taman, seseorang berpakaian rapi seperti pemuda tadi berdiri di dekat pintu yang segera terbuka begitu melihat mereka. Remaja itu menarik tangan anak kecil tadi menuju mobil.

"Jadi, dimana rumahmu."

"Tempatku... Di penampungan, di dekat bukit. Melewati jembatan keempat."

Sepertinya anak ini tersesat atau semacamnya. Tempat penampungan terletak di pinggirang kota, ada satu tempat yang menurut sang sopir sesuai dengan penjelasan anak tadi. Tempat kecil yang dihuni olah para biarawan itu memang sering menjadi tempat tinggal bagi yang tidak memiliki keluarga atau rumah.

Membutuhkan hampir satu jam hingga mereka sampai, tempat yang disebutkan olah anak tadi tidak terlihat dari jalan umum, puluhan anak tangga berjajar rapi diantaranya banyak pohon rindang besar.

"Aku tunggu di mobil. Kalian sudah membawa yang tadi kan."
Terdengar jawaban serentak dari dua orang yang ada di depan. Sang sopir segera membukakan pintu sedang yang satunya mengambil beberapa bungkusan besar yang ada dibelakang mobil.

"Tunggu. Pakai ini pakaianmu terlalu tipis." Remaja tadi melepas jas lalu memberikannya kepada anak kecil tadi. Lalu ekspresi menggemaskan tadi hadir lagi, senyuman yang lebar serta mata biru yang berbinar. Membuat meleleh bagi siapapun yang memandang.

"Terima kasih... Kakak... Manis"

"Heh..." Anak itu sudah berlari menaiki tangga, meninggalkan remaja tadi kebingungan dan juga kesal. Dia bukanlah tipe anak penurut yang suka dibilang anak manis. Dan baru kali ini saja ada yang memanggilnya dengan sebutan seperti itu.

"Kakak manis."
Terdengar aneh, tapi siapa yang menyangka kalau ini bukan pertemuan terakir mereka.

-----------
Bersambung...
-----------

Catatan nggak penting.
Bagaimana.... Entahlah tapi kayanya pas banget kalau ceritanya dipotong sampai sini...
Ada yang nonton anime natsume nggak sih, judul panjangnya apa ya, lupa...
Si natsume ini punyak kucing julukannya nyanko-sensei yang aslinya adalah yokai. Lah kok malah cerita...
Setting tempatnya si naru tuh mirip sama salah satu episode di anime itu... Hahaha...
Oukai...
Lanjut sambungannya lagi...

Ja matta...

Tulip HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang