Tiga Puluh Lima

7K 313 11
                                    

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT⚠

Azka menuntun Vira menuju kamar gadis itu. Muka Vira terlihat pucat serta matanya bengkak karena terus menangis. Hampir satu jam Azka dan Risa menunggu Vira di taman hingga tangis gadis itu reda. Sekarang, di sinilah Azka, mengantar Vira kerumahnya. Hari sudah sore dan menunjukkan pukul setengah 6.

Orang tua Vira sedang pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan, sedangkan Adit masih pergi mengerjakan tugas kuliah. Azka membuka pintu kamar gadis itu dan membantunya duduk di pinggir tempat tidur.

"Lo mandi dulu ya. Habis itu siap-siap kita sholat Maghrib berjamaah. Oke?" Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut gadis itu. Azka menghela nafas. Ia menggenggam tangan Vira, membuat gadis itu menoleh ke arahnya.

"Kita sholat ya? Gue jamin habis itu lo bakal ngerasa lebih baik. Oke, Vir?," kata Azka. Vira mengangguk patuh. Azka tersenyum lalu mengacak pelan rambut Vira.

"Ya udah gue tunggu di bawah ya. Gue juga mau numpang mandi dulu," kata Azka. Cowok itu meranjak dan hendak meninggalkan Vira, tetapi tangannya di tahan oleh Vira.

"Lo bisa pake baju Kakak gue. Nanti tanya ke Bi Mina aja," kata Vira. Sejak tadi, baru kali ini gadis itu berbicara.

"Oke. Gue tunggu di bawah ya."

Vira memandang Azka yang lenyap dari pintu kamarnya. Gadis itu menghela nafas. Azka masih peduli padanya, atau hanya karena kasihan? Vira cukup syok atas fakta yang Ia ketahui hari ini. Ketika orang yang kita sayang melupakan kita.

Vira pun menghela nafasnya, membuang pikiran-pikiran yang membuat dadanya terasa sesak. Ia memulai ritual mandinya sore ini.

○●♡●○

Azka benar-benar menjaga Vira malam ini. Ia menemani Vira di rumah dan berusaha menghibur gadis itu. Azka tahu, Vira tidak akan siap untuk bercerita. Setidaknya, menghibur Vira adalah hal tepat yang harus Ia lakukan sekarang.

"Vir, ayo dong nonton. Masa dari tadi duduk doang sih," kata Azka.

"Nonton aja sendiri. Gue males," kata Vira.

"Masa gue nonton sendiri. Ayolah Vir. Jahat banget sih sama gue," kata Azka.

"Lebih jahat mana sama lo yang ninggalin gue disaat gue mau milih lo?"

Skak mat.

Kata-kata Vira terasa sangat menusuk lubuk hati Azka yang paling dalam. Tapi tunggu. Apa Azka tidak salah dengar? Vira ingin memilihnya?

"Maksud lo?," tanya Azka.

"Gapapa," hanya itu yang Vira ucapkan, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Lo mau milih gue di banding Elga?," tanya Azka kaget.

Elga.

Satu nama yang dapat membuat setetes air mata Vira langsung meluncur bebas di pipinya. Melihat itu, Azka langsung menghapus air mata itu.

"Jangan nangis, gue di sini," kata Azka sambil menggenggam tangan Vira.

"Ta... tapi... lo ninggalin gue," kata Vira yang mulai terisak.

"Hei. Denger gue. Gue gak bakal ninggalin lo. Gue bakal selalu ada buat lo dan selalu ada di samping lo. Oke?," kata Azka penuh keyakinan.

AMARE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang