Dua Puluh Sembilan

6.8K 333 1
                                    

Hai guys! Sebelumnya aku mau minta maaf karna baru update. Kemaren ada acara nikahan keluarga aku gitu, jadi aku sibuk banget karena bantu-bantu. Sekarang baru bisa nulis. Maaf yaa

Happy reading!❤

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT⚠

Vira membeku. Bibirnya seolah terkunci rapat dan enggan membuka. Deru nafas Azka masih cepat. Ia menatap mata Vira. Terlihat jelas bahwa gadis itu syok dan kaget mendengar apa yang baru saja dikatakan Azka.

"Kamu bohong." Hanya itu yang dapat Vira katakan. Suaranya bergetar dan serak. Azka menghela nafas dan menggenggam erat tangan Vira.

"Aku gak bohong, Vir. Aku serius. Aku lihat Elga. Mukanya persis sama yang ada di galeri hp kamu," kata Azka dengan lembut. Ia berusaha membuat Vira tenang. Vira terdiam. Matanya menatap mata Azka.

"Kita pulang." Lagi, hanya dua kata yang Vira ucapkan kepada Azka.

"Vir, aku..."

"Aku mau pulang." Kata Vira tegas. Azka menghela nafas dan akhirnya mengangguk. Mereka pun menuju pintu keluar Mall.

Sepanjang perjalanan Vira dan Azka diam. Vira yang terlalu syok dan Azka yang tidak berani membuka percakapan. Benarkah pengelihatan Azka? Apa Elga memang benar masih hidup?

Sepuluh menit kemudian mereka sudah sampai di rumah Vira. Azka membuka bagasi mobil dan mengeluarkan tas Vira.

"Aku bantu bawain ke kamar kamu ya," kata Azka.

"Gak usah. Aku bawa sendiri aja," kata Vira. Azka tersenyum kecut.

"Gue tahu lo syok banget. Tapi gue serius. Gue tahu mata gue gak bohong. Gue ngelihat Elga tadi. Dia masih hidup, Vir," kata Azka. Vira terdiam. Azka menggunakan panggilan gue-lo lagi.

"Terus kenapa dia gak samperin gue? Apa dia udah gak sayang lagi sama gue?," tanya Vira dengan suara serak.

Boom.

Ucapan Vira serasa menjadi tamparan telak untuk Azka. Azka merasa jelas dia sudah kalah. Vira masih amat sangat mencintai Elga. Sedangkan Elga masih hidup. Itu berarti Vira juga masih berstatus pacar Elga. Azka kalah.

"Hey, Vir. Tatap mata gue," kata Azka. Vira yang menunduk pun mendongakkan kepalanya. Tercetak jelas sorot kepedihan di mata Azka.

"Gue yakin, dia punya alasan sendiri buat gak samperin lo. Lo inget? Keluarganya gak setuju sama hubungan kalian. Gue yakin, suatu saat dia bakal nemuin elo. Gue juga yakin banget dia masih sayang sama lo," kata Azka.

"Elga masih hidup..." Vira bergumam.

"Iya. Elga masih hidup. Dan itu berarti lo masih pacar Elga," kata Azka. Hatinya terasa teriris ketika mengucapkan kata-kata itu. Vira yang mengerti arah pembicaraan ini menggeleng cepat.

"Gue gak bisa kehilangan lo, Zka. Gue sayang sama lo," kata Vira. Azka tersenyum miris.

"Gue juga sayang sama lo. Tapi di hati lo juga masih ada nama Elga. Elga masih hidup, dan status lo masih pacarnya Elga," kata Azka.

"Azka, please," lirih Vira. Azka menggenggam tangan Vira.

"Kita break dulu, ya," kata Azka. Vira menggeleng.

"Gue gak bisa. Gue sayang sama lo. Break itu sama aja putus, Zka. Gue gak bisa," kata Vira. Air matanya menetes.

"Hey, jangan nangis." Azka mengusap air mata di pipi gadis itu. "Gue lakuin ini buat kebaikan kita semua. Gue gak sejahat itu buat rebut lo dari Elga. Kita break sampai kita ketemu Elga. Gue bakal bantu lo buat cari Elga, oke?," kata Azka.

"Azka..."

"Udah, masuk sana. Istirahat. Jangan nangis. Jangan banyak pikiran dulu. Gue pulang ya." Azka memasuki mobilnya dan menyalakan mesin mobilnya. Azka memacu mobilnya meninggalkan rumah Vira. Vira melihat kepergian Azka dengan air mata yang membanjir.

Adit yang sedari tadi memperhatikan mereka dari dalam rumah pun keluar.

"Vir, lo kenapa? Azka nyakitin elo? Bilang sama gue ada apa, biar bisa gue hajar tuh Azka," kata Adit. Vira menggeleng.

"Kak...," kata Vira dengan suara serak.

"Iya kenapa? Kasih tahu gue ada apa. Gue bakal bikin babak belur orang yang udah bikin adek gue nangis."

"Elga masih hidup, Kak."

○●♡●○

Azka berlari sambil mendribble bola basketnya menuju ke ring. Fero, Zaky, dan Hans hanya bisa menonton dari pinggir lapangan. Sudah satu jam Azka bermain bola basket tetapi cowok itu belum juga berniat untuk beristirahat. Terkadang Azka hanya sekedar minum, lalu lanjut bermain basket.

"Itu anak kenapa sih?," tanya Fero kepada kedua temannya. Zaky dan Hans mengedikkan bahu.

"Bukannya dia baru aja jadian ya? Kok kayak galau gitu sih," kata Zaky.

"Mungkin dia ada masalah sama Vira," kata Hans.

"Ya tapi kenapa gak cerita sama kita? Apa gunanya coba kita kalau dia gak mau cerita gitu," kata Fero kesal. Mereka bertiga memandangi Azka yang melempar bola basket ke arah ring. Bola itu masuk dengan sempurna.

Azka tidak lagi mengambil bola itu dan berjalan ke arah Hans, Fero dan Zaky. Ia mengahabiskan sebotol air mineral dan duduk di samping teman-temannya.

"Duduk juga lo akhirnya," kata Fero.

"Lo kenapa sih Zka? Dari semalem murung mulu. Terus pagi gini udah maen basket aja," kata Hans.

"Tau nih. Lo lagi ada masalah? Kalau ada cerita sama kita. Siapa tahu kita bisa bantu," tambah Zaky.

"Kalian gak bakal bisa bantu," jawab Azka singkat. Hans menghela nafas.

"Seenggaknya kita bisa kasih saran ke elo, apa yang harus lo lakuin. Kita disini udah dari kelas 10 temenan, Zka. Masa sih lo gak percayain masalah lo ke kita," kata Hans. Ya, dari mereka berempat hanya Hans yang sikapnya lebih dewasa.

"Gue lagi ada masalah sama Vira," kata Azka.

"Ya apa masalahnya? Kita juga tahu ogeb lo kayak gini pasti ada hubungannya sama Vira," kata Zaky. Azka menghela nafas.

"Ternyata Elga, pacar Vira masih hidup. Gue liat dia kemarin. Mukanya persis sama foto yang ada di hp Vira. Elga masih hidup," kata Azka.

"Terus masalahnya?"

"Ya jelas lah apa masalahnya. Vira masih pacar Elga. Gue gak mungkin tetep punya hubungan khusus sama Vira sedangkan gue tahu kalau Elga masih hidup," kata Azka. "Dan di sini gue juga jelas kalah, karena Vira masih sayang sama Elga," lanjutnya.

"Walaupun Vira masih sayang sama Elga, belum tentu Vira lebih sayang Elga dari pada elo. Secara selama ini lo yang selalu ada untuk Vira. Sedangkan Elga? Dia bahkan gak samperin Vira kan?," kata Zaky.

"Tapi Elga udah kenal Vira duluan," kata Azka.

"Tapi orang yang cuman modal cinta dan sayang bakal kalah sama yang selalu ada," kata Hans. Azka menghela nafas.

"Ya tapi bagaimana pun gue sama Vira harus cari Elga. Kita perlu kelarin masalah ini. Status Vira masih pacarnya Elga," kata Azka.

"Tenang aja, Zka. Kita bakal bantu lo dan Vira buat nyari Elga. Kita mau lo bahagia," kata Fero.

"Terus ini lo sama Vira gimana? Putus?," tanya Zaky. Azka menggeleng.

"Kita cuman break sampai masalahnya selesai. Baru kita mikir nanti Vira balik ke Elga atau ke gue," kata Azka. Teman-teman Azka mengangguk mengerti.

Sedangkan tak jauh dari mereka ada seorang cowok yang memakai topi hitam, bersembunyi di balik pohon. Awalnya cowok itu hendak bermain basket di sana, tetapi saat tahu siapa yang duluan berada di sana, Ia mengurungkan niatnya.

"Maaf, gue gak bisa temuin kalian sekarang."

B E R S A M B U N G

AMARE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang