Prolog

94 8 3
                                    


Diam-diam suka.

Itu posisi yang sedang ku singgahi.

Ingin nyatakan cinta, tapi tak bisa.
Lidah ini kelu untuk berbicara 'aku suka kamu.'

Jadi, biarkan. Biarkan rasa ini tumbuh dengan sendirinya, tanpa kamu tahu.

***

Di SMA Nusa Bangsa ini, setiap hari jum'at diadakan pengajian rutin bagi muslim di lapangan utama, dan keagamaan bagi non-muslim di perpustakaan sekolah.

Hilya dan Aezya yang sedang duduk di tengah-tengah siswi yang lainnya, mulai bertanya, 'siapa orang yang jadi pemandu pengajian kali ini?' dan setelah melihat dua siswa yang sedang berjalan menuju Mimbar-tempat pemandu pengajian, Hilya langsung terperangah. Salah satu orang pemandu kali ini adalah Danish, salah satu Hafidz Quran di SMA Nusa Bangsa ini. Laki-laki yang saat ini ia sukai.

"Hei, Ya, si Danish jadi pemandu tuh." Goda Aezya.

"Apa sih ish, cuman jadi pemandu."

Aezya mencolek ujung dagu Hilya, "cie ilah, ayang beb pemandu. Puas deh situ ngeliatin."

Hilya tersenyum malu, ia sudah menduga Danish akan menjadi pemandu. Mengingat dia pandai membaca Al-Quran. Salah satu kelebihan Danish, yang membuat Hilya makin menyukai cowok itu.

Lantunan ayat-ayat suci mulai terdengar, suara merdu Danish menambah kesejukan hati para pendengarnya. Bagaikan tetes hujan yang turun secara bersamaan, para murid pun turut membaca bersama-sama setelah mendengar kalimat basmallah dari sumber suara.

Tapi ditengah-tengah membaca tiba-tiba teman Danish yang ikut memandu terbatuk-batuk, dan kegiatan dihentikan sementara. Hingga mencari pengganti pemandu untuk menemani Danish.

Hilya melihat Bu Anidah⚊guru agama dikelasnya sedang berbicara dengan Danish, dan Danish mengangguk sebagai respon.

"Ya baiklah, untuk pengganti Syifa adalah Hilya dari kelas 11 MIPA C." ucap Bu Anidah dengan mikrofon.

Hilya tercengang. Apa? Dirinya akan menjadi pemandu? Disamping Danish? Wah, ini tidak baik untuk kesehatan jantungnya. Berpapasan dengan Danish saja, jantungnya seperti habis marathon. Bagaimana ini?

"Panggilan untuk Hilya Aileen Grizelle dari kelas 11 MIPA C untuk kedepan."

"Eh ya, lo dipanggil tuh. Siap-siap olahraga jantung ya!" goda Aezya.

Hilya memukul pundak Aezya pelan, membuat Aezya terkekeh. "Udah sono!"

Hilya memberanilan diri untuk berdiri dan mulai melangkah menuju mimbar lapangan. Semua pasang mata sudah mulai menyorotkan pandangannya ke Hilya. Degub jantung gadis itu makin mengencang. Ia melangkah lebih cepat. Setelah ia sampai degub jantungnya bahkan semakin cepat.

"Nah Hilya, ayo duduk disamping Danish." ucap Bu Anidah.

Hilya mengangguk pelan, ia mencoba duduk perlahan disamping Danish. Danish mulai mengalihkan pandangannya dari Al-Qur'an menuju Hilya. Cowok itu tersenyum manis ke arah Hilya.

"Ayo baca." ajak Danish.

Degub jantung Hilya semakin tidak bisa dikendalikan. Kuat Ya, lo harus kuat!

"I-iya, a-ayat berapa y-ya?" Hilya merutuki dirinya sendiri. Bisa-bisanya ia gugup di keadaan seperti ini.

Danish terkekeh melihat gelagat Hilya. "Lo gugup ya?"

Mati gue.

"Hah? Enggak kok."

Danish kembali terkekeh, "yaudah deh, surah Ar-Rahman ayat 21."

Hilya mengangguk kikuk lalu membuka Al-Qur'annya dan mencari ayat yang dimaksud Danish. Tanpa Hilya sadari, Danish mendekatkan tubuhnya hingga bahu Danish menyentuh bahu miliknya. Hilya langsung tersadar dan berusaha menetralkan degub jantungnya yang makin mengencang. Ih bisa diem dulu nggak sih? Bathin Hilya.

Danish mulai membaca ayat-ayat sucu, dan nanti Hilya akan membacakan artinya.

Pada ayat 28 Hilya mengerti apa arti "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"

Laki-laki disebelahnya inilah, salah satu nikmat Tuhan yang tak bisa ia dustakan.

------
Btw, ku akan kasih tau gimana cara baca masing-masing nama karakter yaps.

~Hilya.   = Hilia
~Aezya   = Aizia
~Danish = Denis

See you on next part! Vote-nya ya gengs!!

Fatikhah Widya

Hidden FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang