2. Dimulai

57 5 0
                                    

"Pelan pelan dong minumnya," Ucapan Danish membuat Hilya tersedak, ini gila. Tidak puas kah cowok itu menyiksanya daritadi? Hilya yang sedang terbatuk langsung diam karena merasakan tangan yang sedang menepuk pelan punggungnya.

Tangan itu milik Danish. Ini gila. Danish membuatnya mati ditempat kali ini.

"Lo nggak apa-apa kan?"

Hilya langsung bangkit, dan menaruh botol minum yang airnya telah dihabiskan olehnya. Tangannya gemetar hebat disaat mengambil raketnya, namun Hilya berusaha menormalkan situasi.

"Loh, tangan lo kenapa gemeteran gitu? Pusing Hil?"

Skak mat. Sepertinya ia gagal menguasai keadaan, pertanyaan dari Danish membuatnya serasa mati ditempat. Sepertinya karena ia baru pertama kali merasakan yang namanya suka jadi ia tidak bisa mengendalikan diri disaat seperti tadi.

"Eh, enggak pa-pa kok. Ayo lanjut aja. Gue nggak pusing kok." ucap Zifa.

Danish mengerutkan dahinya, ia tak yakin dengan kondisi gadis dihadapannya ini. Tangannya masih gemetar walaupun tidak sekencang tadi. Tapi wajahnya benar-benar dipenuhi peluh keringat, padahal sebelum ia sodorkan minuman, Zifa baru saja mengusap wajahnya dengan handuk.

Danish yang terlihat khawatir mencoba menempelkan punggung tangannya di dahi Hilya. "Badan lo dingin Hil, kalo sakit lo pulang duluan aja. Kita bisa latihan hari senin kok."

Hilya mulai gelagapan, ia mencoba menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Ia mencobanya berkali-kali guna untuk bisa mengontrol dirinya.

"Gue nggak apa-apa kok, kita bisa latihan lagi." ujar Hilya. Danish yang merasa tidak yakin langsung merangkul bahu Hilya dan mendudukkannya di kursi penonton.

"Lo lagi kenapa-kenapa, liat tuh muka lo merah, badan lo dingin. Itu namanya lo lagi sakit Hil."

Muka gue merah gara-gara lo.
Badan gue dingin juga gara-gara lo.

Hilya beranjak dan mengambil tas yang ia tak sadar dibawa Danish sejak tadi. Lalu ia menaruh tas itu di tempat tas di pinggir lapangan tadi. "Gue nggak apa-apa, ayo main lagi."

Danish masih diam ditempatnya, ia tak yakin dengan kondisi Hilya. Tapi ia langsung menepis pikiran itu, mengingat Olimpiade tinggal beberapa minggu lagi.

"Ayo lah!" ucap Danish akhirnya.

✨✨✨

Hilya berjalan dikoridor sekolah dengan napas terengah-engah. Ia merasakan rasa pegal di kedua kaki dan tangannya. Rasanya ia terlalu memaksakan diri untuk bermain 2 set dengan Danish tadi, ia tidak memikirkan kondisinya yang memang tidak begitu fit sejak 2 hari yang lalu.

"Eh Hilya!"

Suara teriakan dan derap langkah kaki yang kencang terdengar oleh Hilya Ia mendapati Aezya yang tengah berlari menghampirinya sambil membawa tas berisi biola di punggungnya.

"Kok muka lo pucet banget Ya? Maag lo kambuh lagi ya?"

Hilya menggeleng lalu berucap, "kecape'an gue."

"Sialan lo, tadi gua liat lo latihan sama Danish. EIYAAA, LO JADI PASANGANNYA DANISH YA?" tanya Aezya sambil berteriak.

"Ya."

Hidden FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang