Chap 2

5.9K 766 157
                                    

'Jika memang hatimu bukan untukku, maka hanya dirikulah yang berhak melahirkan seorang Putra Mahkota, bahkan keturunanmu yang lain. Tidak akan kubiarkan siapapun, terlebih para selir untuk melahirkan keturunanmu, bahkan untuk selir tercintamu sekalipun. Dan aku bersumpah jika kau akan jatuh padaku. Benar-benar padaku. Dan hanya untukku. Aku akan membuatmu mencintaiku hingga kau tidak bisa melepaskanku. Itu janjiku.'

-The Queen-

.

.

.

Jaejoong menatap refleksinya pada sebuah cermin raksasa dengan pandangan kosong. Penampilannya kini telah berubah, kesan Joseon begitu kental membalut sosoknya. Bahkan tiara mungil khas Joseon telah terpasang apik pada kepalanya, serta surai panjangnya yang tergelung rapi dengan tatanan khusus.

Jubah besar dan sedikit berat telah membalutnya dengan nuansa biru gelap dalam sulaman teratai cantik yang mengelilinginya. Serta sepasang sepatu cantik menghiasi sepasang kaki indahnya.

"Yang Mulia Kaisar telah menunggu anda di balairung istana, Pangeran."

Jaejoong masih terdiam dalam posisinya. Entah apa yang menganggu pikirannya, namun Jaejoong merasa ragu.

"Pangeran Kim?"

Manik bulat itu menatap salah satu kepala dayang yang terlihat cukup resah menunggunya. Perlahan Jaejoong mulai melangkah dengan dentuman di dada yang kian menggila. Tentu saja, ini adalah pertama kalinya Jaejoong harus berhadapan di khalayak umum sejak kedatangan pertamanya di Joseon.

Lima hari yang lalu paman Jinseok membawanya pada sebuah istana megah diiringi penyambutan luar biasa dari ribuan rakyat yang begitu antusias akan kehadirannya sebagai calon anggota baru Joseon. Meski banyak rakyat yang tidak dapat melihat sosoknya secara langsung, terlebih Jinseok yang menyembunyikan rupanya dengan sehelai jubah besar. Bermaksud untuk memberikan perlindungan.

Sorakan serta memekanya tabuhan gendang dan berbagai alat musik yang mengiringi, menandakan betapa berharapnya mereka akan sosok baru sang anggota kerajaan. Terlebih kedamaian yang didapat bersama Goryeo melalui pinangan kali ini.

Kini Jaejoong dihadapkan oleh ratusan penghuni istana. Para petinggi telah duduk pada tempat masing-masing dengan banyak prajurit serta pengawal dan tak lupa para dayang yang terus bergeming dalam posisinya. Tidak satupun dari mereka yang bersuara, bahkan keluarga kerajaan sekalipun. Seolah kedatangan Jaejoong adalah hal yang paling ditunggu.

"Pangeran Kim dari tanah Guryeo memasuki balairung istana!" lantang sang protocol yang membuat setiap pasang mata menatap penuh ke arah gerbang.

Jaejoong mengerjap pelan, berusaha mengendalikan dirinya dengan tangan yang bergetar samar. Setiap kali kepalanya hendak reflek menunduk, Jaejoong selalu teringat perkataan Yumi. Dirinya adalah seorang Pangeran dari sebuah negeri besar, tidak sepantasnya dirinya menunduk layaknya seorang rendahan, bahkan ketika dirinya berbuat salah. Orang-orang tidak boleh melihat kelemahannya.

Dengan lekuk tipis yang begitu canggung, Jaejoong mulai mendekati satu-satunya kursi kosong pada jejeran bangsawan istana dibantu seorang dayang baya. Manik bulatnya menyempatkan diri untuk menunduk sopan pada sang Kaisar- Jinseok sebelum mendudukan diri anggun.

"Pada hari yang cerah ini, dihadapan para rakyatku yang tercinta. Sebagai seorang Kaisar atas kehendak Dewa, aku akan memperkenalkan calon anggota baru istana Joseon. Pangeran dari tanah Goryeo, Kim Jaejoong sebagai pasangan bagi Putra Mahkota Joseon tercinta."

Jinseok mengisyaratkan Jaejoong dan sang Putra Mahkota untuk mendekat kepadanya, dengan senyum lebar yang terus terulas pada wajah tuanya "Atas izin Dewa, aku mengarapkan penyatuan dua insan dihadapan kalian semua sebagai awal dari perdamaian kedua negeri. Keteguhan dari dua hati yang akan terikat oleh kesetiaan cinta. Putri Jung Jaejoong dan Putra Mahkota Jung Yunho."

The QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang