Chap 16

4.2K 479 30
                                    

'Jika memang hatimu bukan untukku, maka hanya dirikulah yang berhak melahirkan seorang Putra Mahkota, bahkan keturunanmu yang lain. Tidak akan kubiarkan siapapun, terlebih para selir untuk melahirkan keturunanmu, bahkan untuk selir tercintamu sekalipun. Dan aku bersumpah jika kau akan jatuh padaku. Benar-benar padaku. Dan hanya untukku. Aku akan membuatmu mencintaiku hingga kau tidak bisa melepaskanku. Itu janjiku.'

-The Queen-

.

.

.

Pemandangan cantik dengan bunga-bunga yang bermekaran sama sekali tidak mengurangi suasana tegang pada sebuah pendopo cantik, bahkan ikan-ikan yang menari-nari pada kolam di bawahnya tidak lagi menarik bagi penghuninya.

Para dayang dan pelayan yang terduduk jauh dari pendopo cantik itu sama sekali tidak diperbolehkan memasang telinga, ketika menunggu kedua penguasa Joseon yang tengah saling bersitegang satu sama lain.

Jemari pucat itu mulai menuangkan air panas pada dua buah cawan yang telah ditaruh kelopak mawar kering, membiarkan kepulan asap yang mengudara dengan aroma khas memenuhi penciuman keduanya. Sedikit menggeser piring cantik berisi tiga buah kue berbentuk bunga yang indah untuk mengalihkn perhatian sang Kaisar pada cawan yang diulurkannya.

"Bukankah mentari kali ini terasa begitu hangat?" ujar bibir ranum itu lembut, nadanya terdengar tenang pun tidak menyiratkan arti di sana. Murni  sebatas  formalitas belaka.

Perlahan tangan kokoh sang Kaisar meraih cawan, sejenak memperhatikan air jernih yang perlahan berubah warna diikuti aroma yang semakin kuat tercium "Mentari silih berganti, dengan berbagai peristiwa yang mengiringi. Kupikir kedatangan sang bunga menjadi suatu hal yang diberkahi, namun kini... apakah intuisiku keliru?"

Sudut bibir ranum itu tertarik tipis, dengan air wajah yang sama sekali tidak menampilkan ekspresi berarti seraya menyentuh pinggir cawan cantiknya "Seperti bunga mawar yang tumbuh, disaat banyak orang yang sering kali keliru oleh ketajaman duri mereka... bukankah mereka masih sanggup menciptakan keindahan dalam diri mereka hingga membuat oleh lain lupa akan pandangan pertama itu?"

Perlahan senyum terulas pada bibir hati sang Kaisar "Ratuku," mata keduanya bersiborok dalam "Apakah kau mengalami kesulitan selama ini?"

Jaejoong membalas senyum itu dengan lugas "Siapapun di dunia ini tidak ada yang ingin untuk didampingi oleh kesulitan, namun ketika Dewa telah melukiskan garis takdir itu... haruskah saya menolaknya?"

Sejenak kalimat itu merajam hati sang Kaisar tanpa disadari, lengkung tipis itu terasa tidak sama pada bibir hatinya. Pun kilatan sesal perlahan menghiasi sepasang manik musang tajamnya "Kesalahanku karena telah mengabaikan segala hal yang seharusnya kupedulikan, yang bahkan membuatku sering kali merasa hilang arah. Bukankah ini terdengar menyedihkan, Ratuku?"

"Tidak seharusnya anda mengatakan hal itu, anda bukanlah seseorang yang pantas untuk mengungkapkannya." Jaejoong beranjak dari duduknya kemudian memutari meja untuk mendudukan diri pada sisi sang Kaira kemudian membawa tubuh besar dan kokoh itu pada rengkuhannya "Terkadang apa yang kita pikirkan belum tentu sama dengan yang orang lain pikirkan. Anda tidak melakukan kesalahan, Yang Mulia. Rakyat mencintai anda, Joseon sangat beruntung memiliki anda sebagai pemimpin mereka."

"Apakah pemikiran itu juga terlintas dibenakmu?"

Sontak Jaejoong melepaskan dekapannya, memandang lembut wajah tampan Yunho "Haruskah saya menyangkalnya, Yang Mulia. Bukankah anda tahu bagaimana perasaan ini kepada anda?"

Seketika Yunho menjatuhkan kepalanya pada bahu sempit Jaejoong kemudian mendesah amat lelah "Dosaku karena telah melukai hatimu, pantaskah aku tetap mendapat kemurahan hatimu?"

The QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang