Chap 3

5.1K 732 187
                                    

'Jika memang hatimu bukan untukku, maka hanya dirikulah yang berhak melahirkan seorang Putra Mahkota, bahkan keturunanmu yang lain. Tidak akan kubiarkan siapapun, terlebih para selir untuk melahirkan keturunanmu, bahkan untuk selir tercintamu sekalipun. Dan aku bersumpah jika kau akan jatuh padaku. Benar-benar padaku. Dan hanya untukku. Aku akan membuatmu mencintaiku hingga kau tidak bisa melepaskanku. Itu janjiku.'

-The Queen-

.

.

.

Sosok cantik itu membisu dalam posisi manisnya dengan tatapan tak fokus, berusaha menghindari kilatan tajam dari pria tampan di depannya. Berulang kali membenarkan selimut tebal yang tersampir pada bahu dan menutupi tubuh kurusnya dalam balutan gaun tipis. Sesekali kakinya bergerak canggung.

"Ada yang bisa kau jelaskan dari kejadian barusan, Putri Jung?"

Jaejoong kian resah dalam duduknya, terlebih dengan nada Yunho yang terdengar begitu dingin. Manik bulatnya terus bergerak acak menolak untuk membalas tatapan Yunho.

"Aku bertanya karena aku tahu kau memiliki mulut untuk menjawab, Putri Jung. Dan kau tahu pasti jika aku tidak menerima kebisuan darimu, bukan?"

Manik bulat itu terpejam sesaat sebelum memberanikan diri untuk balas menatap manik musang di depannya "Haruskah aku menjawabnya, Yang Mulia? Bukankah hal itu sudah berlalu, dan aku sangat mengerti jika tidak baik mengungkitnya terus menerus."

"Baik." Yunho bangkit dari duduknya dan berdiri menjulang dihadapan Jaejoong "Lakukan apa yang menurutmu benar, Putri Jung. Tapi pastikan jika dirimu tidak lagi merepotkanku dengan tingkahmu."

Brak!

Jaejoong memejamkan matanya tak kuasa ketika Yunho membanting pintu cukup kuat. Hatinya berdenyut sakit dengan napas yang tercekat. Terbesit keinginan jika dirinya menyerah, namun kembali Jaejoong teringat akan perbincangannya dengan Jiyon.

Wanita baya itu memberikan pengharapan penuh kepadanya. Dan Jaejoong tidak mungkin hanya mengedepankan hatinya, ada rakyat Joseon yang akan dipimpinnya bersama Yunho nanti. Sebagai sosok yang menjadi impian banyak orang, sudah sepantasnya Jaejoong dapat mengendalikan diri. Bahkan rela mengindahkan keadaannya demi banyak orang.

"Dewa, kumohon kuatkan diriku." bisiknya lirih seraya berulang kali menghembuskan napas panjang.

.

Manik musang itu mengerjap tak mengerti ketika kapal mereka mendekati sebuah pulau. Kakinya melangkah cepat menuju kabin dengan raut yang sukar diartikan.

Tanpa tedeng aling-aling, Yunho membuka pintu hingga mengejutkan para awak di sana. Riuh yang sebelumnya membalut kini menghilang dalam sekejap, terganti keheningan yang menegangkan. Terlebih tatapan sang junjungan yang kian terasa mematikan.

"Y-yang Mulia." salah seorang kapten kapal mendekat seraya membungkuk kaku, diikuti awak kapal lainnya. Berusaha tidak membuat sang junjungan kian diliputi amarah.

"Maafkan kami yang telah membuat keputusan mendadak tanpa memberitahukan kepada anda terlebih dulu, Yang Mulia." ucap nahkoda Ahn, yang sepertinya mengerti akan kedatangan Yunho yang begitu tiba-tiba "Sebagian badan kapal mengalami kerusakan akibat badai sehingga kami tidak bisa terus memaksakan kapal untuk tetap berlayar."

Yunho menjadi lebih tenang usai mendengar penjelasan sang pria baya "Lalu, sejauh mana kerusakan itu terjadi?"

"Masih belum dapat dipastikan, Yang Mulia. Namun kami akan berusaha untuk mempersingkat waktunya."

Yunho mulai mendekati selembar raksasa manuskrip yang membentang pada meja di tengah ruangan. Melihat sebuah wilayah yang terlingkari "Skandinavia?" dahinya berkerut samar sebelum menatap satu persatu awaknya "Adakah dari kita yang mengenal wilayah mereka?"

The QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang