Part 2

9 2 0
                                    

Cermin menampilkan hal yang tidak biasa. Terlihat seorang anak remaja yang berpenampilan layaknya seorang pengabdi negara, hanya saja yang ia kenakan adalah seragam putih abu.

Pagi baru dan cara kehidupan yang baru, itulah hal yang mesti kuhadapi. Hal yang paling menyebalkan adalah saat diriku diharuskan untuk mencari teman baru, karena tak mungkin aku harus terbelenggu dalam kehidupan pertemanan masa laluku. Waktu dan keadaan terkadang memaksa kita untuk dapat mencari sesuatu yang baru tanpa harus melupakan sesuatu yang lama.

Are you nervous for today?” tanya ayah yang melihatku banyak terdiam saat makan pagi bersama keluarga.

“Enggak yah, Cuma lagi ngenang rambut panjang yang kemarin dipotong sama Pak Aji aja” jawabku dengan nada bercanda agar pikiran ini tak hanya tertuju tentang sekolah.

“Ya udah kalau gitu Dany berangkat dulu. Kata Pak Aji, jalan ke SMA 53 Bandung sering macet, jadi harus berangkat pagi. Assalamualaikum”

"Waalaikumsalam" jawab orang tuaku dengan senyum mereka.

*****

Setelah tubuh ini keluar dari mobil, mata para pelajar langsung saja terfokus kepadaku, dan terlihat beberapa orang berbisik kepada temannya sembari terkadang melihat kearahku dengan senyum kecil mereka.

“Kenapa sih mereka? Bikin risih aja ahh” keluhku dalam hati dengan rasa kesal.

Bahkan hal yang sama pun aku dapatkan saat kepala sekolah membawaku kedalam sebuah ruang kelas dan memperkenalkanku. Semua menatap seakan bahwa diriku seorang aktor Hollywood yang telah memenangkan berpuluh – puluh piala Oscar.

Hey friends.. my name is Vandi, Vandi with V.  I hope we can be a good friend

I’m Dany and i hope so. Tapi saya bisa ngomong bahasa Indonesia kok jadi santai aja”

“Oke kawan” Seperti itulah awal mula aku mendapakan teman yang sekaligus menjadi teman satu meja untuk kehidupan sekolahku.

Diawali oleh sangat banyak tatapan dan beberapa tampilan orang yang berbisik, lalu kini aku harus lanjutkan dengan beberapa pelajaran yang aku tak mengerti sama sekali. Mungkin pelajaran yang dapat  ternikmati olehku hanyalah Pelajaran Olahraga serta Bahasa Inggris yang kudengar dari Ibu bahwa pelajaran Bahasa inggris di Indonesia tergolong mudah untuk pendatang asing sepertiku.

*****

“Nita udahlah... sana gih istirahat, jangan dateng kesini kalau buat dapetin nomor Whatsapp anak baru doang” Canda teman sebangkuku kepada seorang wanita beriasan tebal yang datang kepadaku.

“Ih... Diem dong Van, aku gak ngomong sama kamu” dengan kesal ia berbicara sembari pergi keluar kelas.

“Van makasih banget lah, tau aja kalau saya lagi gak pengen diganggu orang lain”

“Iyalah tau, Otak kiri kamu udah saya ambil jadi apapun yang kamu pikirin ada juga di otak saya” begitulah canda kita yag semakin lama semakin berlanjut.

“Ayo ah ke kantin, pengen jajan nih”

“Disini aja ah, disana banyak pelajar lain jadi pasti banyak yang liatin”

“Oke deh siap mister”

Hanyalah terduduk dengan terkadang menjawab pertanyaan pertanyaan simple yang keluar dari mulut Vandi yang nampaknya sudah mulai tertarik dengan kota kelahiranku, Vancouver. Suara bel memang sudah terdengar beberapa kali, hingga akhirnya suara itu datang untuk menandakan bahwa kegiatan persekolahan dihari ini pun telah berakhir dengan sempurna.

“Hari yang sempurna Pak...” laporan kuberikan dengan tangan melakukan hormat kepada Pak Aji yang sudah menunggu di depan gerbang dengan mobil Rolls-Royce hitam milik ayahku.

“A Dany ngapain sih... kaya ke komandannya aja, saya cuma supir keluarga a”

“Yang nyukurin Dany biar mirip tenatara gini wajib dianggap komandan” tertawaan kecil mengiringi hari ini untuk menuju tempat beristirahat, yaitu rumah.

*****

Makan malam telah tersedia dengan indah di meja makan. Setelah aku beristirahat sejenak inilah waktu untuk bercengkrama bersama Ayah dan Ibu, dan dengan moment inilah aku merasakan bagaimana indahnya keluarga. Kami hanya mengulas kembali apa saja yang telah kami hadapi saat kami harus berjuang sendiri di satu hari yang penuh ini.

“Gimana cewe Indonesia ada yang secantik Mamah gak?” tanya ayah yang sontak membuat meja makan terisi oleh tertawaan.

Mamah still the best Indonesian girl yah” jawabku dengan nada candaan.

“Tapi Kathie sehat gak Dan?”

“Ya dia pasti sehat dong mah” lagi – lagi semuanya terisi oleh candaan simple kita.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Side Of ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang