3. Dilan

245 103 49
                                    

Buming Dilan.

Semenjak adanya novel Dilan, Widi jadi penggemar Dilan Lovers di kelas. Lambat laun novel tersebut di filmkan dan makin banyak umat pencinta karakter Dilan.

Iya, 11 IPS3 ini kelas narsis banget, ada Film keluaran baru langsung dijadiin tranding topik selama berhari – hari.

Hari ini hari kamis dan jam terakhir sebelum bel berbunyi yaitu Matematika. Tetapi Guru Matematika gue belum masuk dari lima menit yang lalu.

Biasanya Bu Marina tak pernah telat sedikitpun. Lima belas menit kemudian, beliau datang dengan buku ditangan dan kacamata andalannya.

LIMA BELAS MENIT. REKOR BARU.

Rino yang tadinya berniat ke kamar mandi, mengurungkan diri dan mencoba buat nahan saat melihat Bu Marina dikoridor. Selanjutnya Bu Marina masuk dan langsung ngasih tugas dan kembali sibuk dengan rumus di dalam buku genggamannya.

Gue noleh ke arah Rino yang mukanya udah berubah merah sesekali mainin kakinya khas orang kebelet.

Sinta di belakang gue nahan ketawa seraya geleng - gelang kepalanya sendiri. Ngeliat ekspresi Sinta buat gue nengok langsung ke Mentari.

Dan untungnya Mentari sibuk dengerin lagu dengan headset nyumpel di telinganya sambil joget - joget kecil mejemin mata.

Gue udah bersyukur banget si Mentari gak noleh ke arah Rino yang lagi nahan itu

Pasalnya Mentari ini kalo ngeliat sesuatu yang lucu, dia langsung ketawa dan gak pake nahan segala macem.

Gue kadang sampe tutup telinga karena suara ketawanya yang khas kayak pake toak.

Buat gue mikir, dia ketawa ataupun teriak sama cemprengnya.

Merasa kelas kita hening, Bu Marina jadi curiga. Ia duduk dengan santai lalu menoleh ke arah Fajar-si ketua kelas yang selalu duduk di pojokan sambil ngecas hape.

"Kalian semua seneng ya jam pelajaran ibu kepotong? Kok gak ada yang jemput ibu di kantor?"

Bu Marina berbicara dengan nada mendayu khas suku nya dan sesekali menoleh kearah Fajar dan satu persatu pasang mata di kelas.

Gue jadi berniat ngelempar jurnal kelas yang baru saja selesai gue tulis dan ditangan gue.

Pengennya di jemput?

Emangnya dia Ratu?

Tapi gue diem aja gak jawab pertanyaan Bu Marina, membuat beliau berbicara kembali.

"Berarti ibu bukan guru yang membuat rindu muridnya ya?"

Satu kelas saling pandang, dan sialnya gue malah mandang Widi yang lagi senyum – senyum menjijikkan. Ini semua gara – gara kata Rindu.

Tapi seketika kelas menjadi ricuh lagi saat satu suara memecah keheningan di kelas yang ngebuat gue nahan ketawa.

"Rindu itu berat bu"

Satu kelas langsung noleh ke sumber suara dan mendapati ekspresi muka Fero yang lempeng banget.

"Ibu gak akan kuat. Biar Rino saja" Lanjutan dari Wawan membuat kelas ricuh dengan suara gelak tawa. Sedangkan Bu Marina diem aja gak berubah ekspresinya.

Rino yang namanya terpanggil langsung negakin badannya dan bangun dari tidurnya. Mendapati Bu Marina yang kini menatapnya, membuat ia memutar bola matanya malas.

Sebenernya gue pengen ketawa aja pas tau nama guru Matematika di kelas gue ini namanya sama dengan merk handbody.

Cuman gue tahan karena dosa kalo ngejek guru didepan. Jadi kalo mau ngomongin guru harus dibelakang biar gak dapet masalah.

Kesan pertama Bu Marina masuk kelas sudah menjadi ejekan teman sekelas gue. Bukan hanya nama yang sama dengan merk handbody, tapi juga nama couple sama Rino.

Dan untungnya nama panjang Rino itu Rino Pratama bukan Marino Putrava. Bisa jadi kakak beradik mereka berdua.

Terpaut umur yang sangat jauh.

Astaga, Mianhae Bu Marina

"Kalian nonton Dilan juga?"

Kelas yang awalnya nahan tawa seraya noleh ke Rino jadi hening seketika. Rino yang merasa jadi pusat perhatian berdecak dan mengarahkna dagunya menunjuk kearah papan tulis dengan muka khas bangun tidur.

Bentar..

Tadi yang ngomong itu suaranya dari depan. Rino juga gerakin dagunya ke arah depan. Berarti..

BU MARINA?!

Perlahan gue noleh kearah Bu Marina yang lagi senyum manis -yang jarang banget- tapi mengerikan bagi gue.

Sangat langka.

"Kalian nonton Dilan juga?"

Masih dengan pertanyaan yang sama tetapi tak mempengaruhi detak jantung gue yang mau keluar karena merasa aneh.

Mentari disamping gue melebarkan mata seraya mengangguk paham. Sedangkan Nazwa di sebrang kanan gue menahan tawa pecahnya.

Sontak Widi teriak di samping Aisah, mengiyakan di pojokan bangku belakang kelas. Buat gue noleh Bu Marina dan Widi bergantian.

Gue gak akan se syok ini kalo yang berbicara itu Bu Sofi ataupun Bu Wulan karena memang umur mereka sekitaran 40 tahun.

Lah ini Bu Marina yang tahun depan mau pensiun.

Dan semenjak itu, Bu Marina dan Widi dekat karena membahas tentang film Dilan dan segala tetek bengek beberapa bagian novel yang akan difilmkan yang masih menjadi bagian dari Dilan 1990. 

***

A/N

Jangan lupa vote dan comment💛

Pemilik Otak Rumit [TERBIT-OPEN PO✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang