29. Ricuh

112 71 36
                                    

"Woi main jodoh - jodohan yok!" Seru Sevin dengan lantang membuat semua aktivitas didalam kelas terhenti dan menatapnya serempak.

Mentari yang sedang berjoget ria bersama dengan Viko dan juga Wawan pun menoleh juga. "Dijaman siti nurbaya?" tanyanya.

Sevin menggeleng, berjalan kedekat meja guru yang kosong karena hari ini guru rapat. Keadaan seperti ini membuat seluruh murid SMA Kartikatama merasa senang dan bebas. Bisa kemana saja tanpa kenal waktu, apalagi yang sering bucin beda kelas. Pokoknya dijam - jam seperti ini sangat disayangkan jika tidak digunakan.

"Apaan pin?" tanya Nazwa yang menatap Sevin dengan tangan seakan gatal ingin melanjutkan menonton drama korea yang sempat terpause.

"Gue... mau dijodohin sama Rani."

"Hah?!" Seisi kelas reflek menyahut seperti itu, sedangkan Rani yang namanya tersebut pun ikut berkomentar. "Woi apaan dah gua kok kena?!"

"Kita minggu depan perpisahan ya? Sedih gak kalian?"

Nazwa yang merasa jengkel karena Sevin, ia mempause drama korea pun menghasut teman - temannya. "Dah guys jangan nanggepin Sevin. Kita jangan sedih - sedih woi."

"Kenapa sih Wa? Sedih itu wajar loh."

"Diem gak lu pin?! Gua lagi nonton drakor, anjay."

Sevin mengerucutkan bibirnya kedepan, teman - temannya ini tak adakah yang bersedih? Setidaknya sedih karena berpisah.

Gadis berambut panjang itu kembali datang dengan buku catatan ditangannya. Ia mengelilingi kursi satu ke kursi lainnya. "Bayar kas, pin."

"Iya Wid astaga sabar napa."

"Lo kemaren bilang gitu juga, ujungnya gak bayar - bayar," ucapnya seraya mengecek data yang terdapat dibukunya. "Totalnya tiga puluh ribu lima ratus ribu rupiah."

"Korting dong lima ratus perak doang."

"Mana ada korting! Tekor ntar lo kebiasaan ntar."

Sevin kembali beedecak dan menggelengkan kepala seraya mencari mangsa yang tepat. Saat didapatnya, barulah ia memanggil. "Rino!!"

Rino yang baru saja masuk kelaspun langsung menoleh kaget, mendekati dan bertanya. "Kenapa dah lo teriak - teriak mulu kayak dihutan."

"Bagi duit dong.."

"Buat apaan lo?" tanyanya lagi dan mengeluarkan dompetnya dari saku celananya. "Berapa?"

"Gopek doang."

"Buset lo abis ngapain kok butuh segitu?"

"Uang kas numpuk njir, kurang gopek."

Rino mengangguk lalu memberikan uang lembaran seratus ribu dan memberikannya kepada Widi. "Ganti ya lo anjir, ini banyak soalnya."

Widi melotot kaget dan berbicara tak terima. "Kok gua yang ganti?"

"Maksud gua Sevin."

Sevin nyengir kuda lalu menepok jidat Rino tanpa bersalah. "Gopek anjir lima ratus perak, bukan lima ratus ribu," ucapnya geram.

Febri yang menyaksikan itupun tertawa setan. Menatap Sevin dan Rino bergantian. "Woi duitnya buat gua aja ya?"

Sevin langsung mengambilnya dari Widi, takut di serobot oleh Febri. Sedangkan Febri menjitak kepala Sevin membuat pria itu mengaduh. "Aduh.. apasih anjir!"

"Balikin woi duit Rino."

"Kok jadi lo yang gupek?"

"Iyalah, Rino ntar gak bisa traktir gua makan njir," ungkapnya lalu disambut anggukan oleh Rino. "Tuhkan apa gue bilang.."

Pemilik Otak Rumit [TERBIT-OPEN PO✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang