25. Siapa?

113 74 51
                                    

"Woi siapa yang matiin AC?!" Teriak Rino saat terbangun dari tidurnya dan merasa sangat gerah.

Widi mencibir, menatap Rino dengan tatapan ingin menelan hidup - hidup. "Bangun - bangun malah ngamuk."

"Bangun - bangun dimarahin." Pria itu mendongak angkuh. "Ngajak berantem?" lanjutnya seraya berkacak pinggang.

"Mati lampu." jelas Fero yang sudah muak dengan suara bising memenuhi ruang kelas.

Nazwa terbelalak matanya saat menyadari drama korea yang ia download tiba - tiba terputus oleh jaringan. "Woi wifi mati?!"

"Iyeeeee!" jawab Wawan dan Gio berbarengan dan langsung disorakin satu kelas.

"Cieee akur."

"Woi tolonglah, masa haluan lo pindah gitu aja sih yo."

"Hahahaha anjay."

"Wan lo tu normal dikit."

"Sat."

Nazwa menghela napas, menatap Widi dengan tatapan memelas. "Bagi tetring dong.."

"Gak."

"Ayo dong wid.."

"Gak. Uang kas dulu." ucapnya yang langsung membuat Nazwa menciut lalu berpaling pada Kadek.

"Bagi tetring dong.."

"Gak bisa."

"Ih pelit!"

"Gua kan anak kos di kostan ada wifi, ngapain beli kuota?"

Pertanyaan sekaligus pernyataan dari Kadek membuat Nazwa mendengkus kesal lalu berpaling pada Kinara

"Kin, bagi tetring dong.."

"Beli masker gua ya? 2 pcs cuma 20 ribu kok." Nazwa mencibir lalu beranjak pergi dan kembali mencari sasaran yang kira - kira pas.

Seorang laki - laki memasukki ruang kelas membuat Nazwa seperti ada harapan. Menghampiri laki - laki tersebut dengan semangat lalu menyodorkan tangannya. "Mifi lo bawa sini, gua mau make."

"Woi gua baru juga masuk."

"Is cepet, keburu kadaluarsa link nya."

Sevin mengdengkus lalu memberikan mifi yang sedari tadi ada disaku celananya kepada Nazwa. "Makasih bebebkuh.."

"Dih."

"Hahahaha."

"Tumben lo gak ikutan gupek kayak Nazwa?" tanya Mentari kepada gua.

"Ah?"

"Ah ih ah ih. Kenapa?"

"Gak papa." jawab gua seadanya, masih memikirkan kejadian 2 hari lalu siapa pelaku yang menuliskan kata - kata di stikynote?

Gua menatap kesemua penghuni dikelas. Menatap mereka satu - persatu, yang bisa dijadikan pelaku tersebut.

Apakah Fajar? Memang sih akhir - akhir ini, tu ketua kelas sering banget ngewhatsapp gua tiba - tiba untuk sekedar menanyakan tugas atau bertanya jadwal piket harian. Tapi setau gua, Fajar lagi deket sama anak sebelah.

Atau Sevin? Gak mungkin banget kan? Dia lagi gencer banget deketin Rani akhir - akhir ini. Gio? Bisa digeprek sama Lutfiatus yang ada kalo beneran Gio.

Ahhh jadi siapa sih?!

Mungkinkah Fero? Mana sempat itu anak buat nulis di stikynote begini, yang ada malah kurang kerjaan. Dia kan sibuk belajar, anak olim.

Jadi siapa?!

Gadis dengan poni depan itu menyodorkan eskrim kearah Sevin dan berkata. "Mau?"

Sevin tersenyum seraya mengulurkan tangan hendak mengambilnya. "Kesambet apa lo?" tanyanya memastikan.

"Beli dong hahahaha." gelak tawa Rani terdengar membuat sebagian penghuni kelas geleng - geleng kepala, menatap Sevin dengan tatapan iba.

"Makanya pin, lo tuh beli woi masa eskrim doang gak kebeli." celetuk deni yang baru saja masuk ruang kelas bersama dengan Fajar sang ketua kelas.

"Kalo dari Rani kan spesial njir.."

"Hahahaha."

"Sad boy bener."

"Mana nih richman gua?" tanya Gempa yang tiba - tiba datang dari Kantin.

"Tidur." jawab Sintania.

"No, bangun woi."

"Apa sih?!" seru Rino yang tiba - tiba tubuhnya digoncangkan begitu saja saat tertidur pulas.

"Vera jadian sama Genta."

"Hah?! Sama lo?" tiba - tiba Rino terbangun dan terbelakkan kedua matanya yang terlihat masih mengantuk.

"Genta anjir, bukan gua."

"Genta anak sebelah?"

"Iya SMA sebelah. Gen-ta."

"Ok." jawabnya lalu kembali meletakkan kepalanya di tas milik Febri.

"Woi kok respon lo gitu doang?"

"Hmmm?"

"Bukannya lo suka sama Vera? Gua sering liat lo pulang bareng sama dia."

"Kagak, dia adik gua."

"Lo anak tunggal anjir."

"Sat. Adik sepupu gua."

"Bilang dong, tau gitu kan gua mau gas ke dia."

"Paan lo?" Rino terpaksa kembali menegakkan punggungnya. "Lo mau? Gak boleh."

"Dih napa?"

"Gua bongkar curhatan lo tentang tu cewek. Deketin temen sendiri aja cupu, mau deketin kelas lain? Dih ngakak." ejek Rino yang langsung dihadiahi jitakan keras dikepalanya dan membuatnya meringis kesakitan. Lalu mendorong kecil kursi depan hingga sang pemilik menoleh kebelakang. "Apa?"

"Sakit kepala gua. Elus - elus kek biar gua cepet tidur."

"Tidur mulu sih lo." hardik Febri.

"Tidur salah, bangun salah."

"Ini masih pagi, tumben."

"Bangun pagi dibilang tumben, bangun siang dibilang mati, emang paling bener itu bangun rumah tangga sama lo."

Gadis itu menjitak kepala Rino sedikit keras membuat sang empunya kesakitan lalu membenarkan kunciran di rambut hitamnya dan mengibaskan tangan bermaksud mengusir Gempa yang mencibir tak terima. "Dasar bucin."

Ia memutar kursinya 90 derajat lalu mengulurkan tangan kanan dan mengelus - elus kepala Rino hingga ia tertidur seraya tangan kirinya memainkan ponsel.

Gua menatap Rino dan Gempa bergantian. Pasti bukan mereka pelaku yang nulis stikynote di buku tulis gua.

***

#A/N
Jangan lupa vote dan comment ya! Oh iya, beberapa chapter lagi cerita ini tamat yeayyy🥳

Pemilik Otak Rumit [TERBIT-OPEN PO✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang