-3-

84 17 0
                                        

Bel pulang sekolah pun akhirnya berbunyi. Yeri sangat lelah dengan hari pertama sekolah nya, ingin sekali ia langsung tidur pulas sesampai nya di rumah. Tetapi keinginan Yeri pupus di karenakan akan ada pengenalan murid kelas X di SMA nya.

Yeri berjalan santai dengan tas yang ia gendong di pundak nya, bersama dengan Ella. Koridor lantai 3 sangat ramai karena semua murid baru keluar kelas. Sesampainya Yeri dan Ella di lantai 1, mereka berjalan menuju lapangan, lalu berbaris. Yeri yang menampakan ekspresi lelah di lihat dengan teman sekalas nya, Mike.

"Lo kenapa dah? Muka nya cemberut melulu," Tanya Mike yang berjalan menghampiri Yeri dengan santai. Lantas, Yeri menoleh ke asal suara. Yeri hanya mengangguk dengan mantap, lalu mengusap wajah nya dengan sedikit kasar.

Panas banget elah, hari ini.

"Iyanih, gue cape banget rasa nya. Pengen cepet cepet balik, mana panas lagi. Aduh,"

Mike hanya terkekeh pelan. Tak sadar karena semua murid sudah baris dengan rapi di tengah lapangan. Yeri lantas mengikuti arahan wali kelas nya yang sedang berdiri di depan anak murid kelas nya. Dengan terkesiap Yeri melihat kakak kelas nya yang sedari tadi ia pikirkan tak henti henti. Yeri dengan cepat menyenggol siku Ella, Ella menanggapi senggolan Yeri dengan santai lalu mendongakan kepala nya yang sedari tadi hanya menunduk karena panas siang hari ini.

"Itu!" Ella langsung menoleh kearah tangan Yeri menunjuk, Ella memutar bola mata nya malas.

"Udahlah, lagian dia juga kaga mau sama orang yang model kayak elo. Anak orang kaya mah bebas." Jawaban Ella seketika membuat hati Yeri rasa nya seperti di tusuk tusuk dengan pedang panjang yang jumlah nya labih dari seribu pedang. Sangat pedih.

Yeri dengan cepat memukul lengan Ella, "Apaan sih? Liat aja nanti, gue pasti bakalan bisa dapeti kakak itu sama cara gue sendiri. Jangan kaget aja lo," Yeri hanya tersenyum dengan memiringkan bibir nya, ia sangat percaya pada diri nya sendiri kalau ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan.

Lo pasti dapet sama gue, tunggu aja.

***
Sesampai nya di rumah, Yeri langsung menaiki tangga menuju kamar nya. Ia sangat benar benar lelah hari ini, ntah apa yang membuat ia begitu lelah, pelajaran mungkin? Atau memang cuaca nya yang sangat panas? Ia tidak tahu.

Yeri membaringkan tubuh nya di atas kasur yang embuk, menatap lampu yang sedari tadi hidup, ia sangat bingung dengan perasaan -nya. Hanya dengan menatap nya ia langsung takjuk tak tertolong. Apa Yeri harus mencari tahu lebih dalam bagaimana sesosok, Davian?

Yeri langsung menggelengkan kepala nya dengan antusias. Apa dia sudah gila? Mencari tau tentang orang yang tak ia kenal sama sekali.

"Ahhh, kok kepikiran terus sih. Aneh juga, tapi ya kalo di pikir pikir, baru kali ini gue mikirin cowo sampe berjam jam." Yeri berbicara pada diri nya sendiri sembari menatap langit langit kamar nya dengan bingung.

Ketukan pintu membuat Yeri langsung menoleh ke arah ambang pintu tersebut. Melihat siapa yang mengetuk pintu kamar nya, ia yang sedang berpikir keras langsung kecewa dengan suara keras itu. Huft

Yeri mendudukkan tubuh nya di pinggirian kasur, sebab orang yang mengetuk tadi tidak kunjung masuk. Membuat Yeri semakin penasaran dengan hal itu. "Siapa?" Yeri mengeluarkan suara nya karena penasaran.

"Ma?"

Yeri menatap ambang pintu dengan bingung, kenapa orang yang mengetuk tadi tidak masuk? Ada apa? Yeri berdiri lalu berjalan dengan cepat ke arah pintu tsb. Memegang gagang pintu lalu menariknya kebawah, ia melihat tidak ada siapa siapa di kanan dan kiri arah kamar nya. Ia langsung merasakan kalau bulu kuduk nya berdiri tanpa angin lewat dan hembusan apapun. Tidak ada.

Ia langsung berlari ke bawah dengan kecepatan seperti mobil yang ingin berlomba. Yeri menemukan Yona yang sedang memotong daging ayam dengan santai, lalu menghampiri nya. "Mama ya tadi yang ngetok pintu kamar Yeri?"

Yona lantas menoleh dengan mengernyitkan dahi nya lalu menaikan satu alis nya dengan tatapan bingung. "Engga tuh, mungkin abang. Mama aja dari tadi di dapur, dek!"

Karena Yeri sangat takut, lantas Yeri langsung mendekatkan tubuhnya ke tubuh Yona. Yeri memeluk erat tangan Yona yang kini sedang memegang pisau karena sedang memotong ayam.

"Ah, masa sih ma? Bukan mama beneran nih? Tapi tadi ada yang ngetok pintu kamar Yeri, mama."

"Mulai deh ngaur nya." Yona melanjutkan untuk memotong daging itu lagi. Yeri yang masih tidak mau menjauh dari Yona kini hanya diam membeku dengan perasaan yang sangat takut.

"Ih, astaga. Yeri ga mungkin ngaur soal ini ma! Mama udah tau kan Yeri orang nya penakut banget. Ngapain Yeri ngada ngada coba? Siapa ma." Tanya Yeri dengan merengek seperti anak tk yang ingin permen. Yona lantas menyudahkan aktifas ia yang sedang memotong ayam. Lalu ia membawa Yeri ke atas tangga, lalu berjalan menuju ke kamar Bima.

"Bim." Yona mengetuk pintu kamar Bima dengan santai. 3 ketukan sudah terlewat, tetapi Bima tetap tidak membuka pintu kamar nya. Yeri hanya bisa menatap pintu kamar nya yang sedang terbuka lebar di sebrang sana.

Sedetik kemudia, Bima dengan tertawa lepas membuka pintu kamar nya. Lalu menatap Yeri -penuh kemenangan- Yeri yang melihat Bima tertawa langsung menarik kuat rambut Bima. Bima hanya meringis kesakitan.

"Ga lucu, bang! Ga suka gue, udah tau gue orang nya penakut, sial banget sih. Apa untung nya lo jahilin gue dengan cara yang kayak gini? Bahagia lo? Seneng? Brengsek lo!" Yeri langsung berjalan menjauh dari Bima dan juga Yona. Bima mengejar Yeri hingga Yeri dengan cepag menutup pintu kamar nya dengan keras, sehingga membuat dinding sedikit bergetar.

Bima yang hanya berdiri di ambang pintu kamar Yeri merasa menyesal apa yang ia perbuat dengan cara menjahili adik nya. "Dek, maafin gue. Gue tau gue salah. Maafin gue, gue tadi cuma iseng, dari bawah mau ke kamar. Terus gue sengaja ngelewati kamar lo. Maafin gue, dek." Ucapan Bima yang kini ia dengar dari balik pintu, Yeri sangat kecewa dengan mainan Bima kali ini. Sangat keterlaluan.

Yeri meneteskan air mata nya, begitu jahat nya Bima sampai sampai membuat Yeri menangis seperti ini. Ia tak mau lagi berbicara dengan Bima dari detik ini. Ia marah. Ia kecewa.

"Tolong dek, gue bener bener minta maaf sama lo! Gue ga tau kalo lo bakalan marah kayak gini sama gue. Gue janji gue ga bakalan lagi jahilin lo dengan cara kayak gini." Yona hanya mengusap usap pundak Bima lembut.

"MAKANNYA KALO MAU BERBUAT ITU MIKIR DULU." Teriakan Yeri membuat Bima sontak merasa sangat bersalah. Ia tidak menyangka adik kecil nya ini akan begitu marah pada nya.

"Iya, Bima. Kamu sering banget sih jailin adek nya, liat adek nya udah marah udah kecewa baru kamu mohon mohon minta maaf." Yona kini mengangkat suara menasehati Bima. Lalu sedetik kemudian Yona mengetuk pintu kamar Yeri dengan lembut.

"Dek,"

"Ini mama. Keluar yuk, bantuin mama masak ayam kesukaan kamu ya."

Tak ada respons sedikitpun dari Yeri. Yona hanya menghela nafas berat, lalu mengusap punggung Bima kembali. "Udah, mungkin dia lagi pengen sendiri dulu. Mama kebawah ya."

Bima hanya mengangguk dengan apa yang Yona ucapkan, ia memang bersalah besar terhadap adik kecil nya ini. Ia sudah tau apa yang Yeri takuti tetapi ia tidak henti henti nya untuk membuat Yeri merajuk dengan nya. Dan, Yeri sangat merajuk kali ini, seperti menunjukan sikap -tiada maaf bagi mu-

Bima menelan ludah dengan kasar, ia tak tahu harus meminta maaf dengan cara apa? Dan ia juga tak tahu apa yang Yeri inginkan sekarang.

Gue minta maaf dek udah buat lo nangis.

***

I change my bad boy¡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang