Ttrrrr tttrrrrr~~
Suara alarm memecahkan kesunyian yang ada di dalam kamar Yeri. Yeri perlahan membuka mata nya yang sembab di karena kan bekas tangisan ia kemarin. Ia menggerakan tubuh nya perlahan yang merasa sedikit lelah, bukan nya tambah bersemangat setelah bangun tidur, malah menambah kelelahan nya. Ia menduduki tepian kasur nya, lalu mengucek mata nya dengan perlahan. Rasa kantuk yang ia rasakan kini masih berkeliaran di dalam tubuh nya.Ia berjalan menuju keluar kamar hendak mengambil handuk yang tergantung di balkon belakang rumah nya, ia berjalan dengan tidak stabil karena mata nya yang belum sempurna terbuka. Yeri memasuki kamar nya lagi, lalu mengunci pintu dengan erat. Ia berjalan ke arah kamar mandi, terdengar nyaring suara shower di dalam sana.
Akhirnya, setelah beberapa menit ia selesai mandi. Yeri keluar dengan gaya handuk di atas kepala dan badan yang di baluti handuk satu nya. Seperti biasa, Yeri selalu membawa dua handuk untuk rambut juga tubuh nya. Karena rambut Yeri yang lumayan lebat membuat nya susah kering.
Ia berjalan menuju ke lemari yang pasti untuk mengambil beberapa pakaian yang harus ia kenakan hari ini. Tepat di hari selasa, ia lumayan semangat dengan sekolah nya yang kedua kali ini, tetapi, tidak sesemangat kemarin, karena Bima telah menjahili nya melewati batas wajar. Ia masih sangat marah dengan kakak laki - laki nya itu, tetap tak mau berbicara sekata pun dengan laki - laki itu.
Yeri berjalan dengan santai keluar dari kamar nya. Sebelum ia keluar, ia tidak lupa untuk menyiapkan apapun untuk hari ini, ia menggendong tas di atas pundak nya, memakai pengharum tubuh, memakai sedikit lipgel lalu di oleskan pada kedua bibir nya, menyisir rambut panjang nya dengan lembut. Yeri merasa semua nya sudah rapi dan bagus, ia berjalan keluar dari kamar nya.
"Pagi, sayang..." Suara Yona yang membuat wajah yang ia tekuk kini memberi senyuman manis. Ia menatap Yona yang sedang duduk di atas meja makannya lantas langsung berdiri di hadapannya. Yona menepuk meja nya, memerintah Yeri agar duduk di sebelah nya.
Yeri dengan cepat menanggapi kemauan ibu nya tersebut. Yeri duduk dengan lesu di sebelah ibu nya, mengambil roti lalu hendak memakannya tanpa memakai apa apa, ia mengunyah roti nya dengan pandangan kosong mengarah ke depan. Yona yang melihat ekspresi anak bungsu nya ini, dengan cepat mendarat kan tangan keriput nya dengan tangan anak bungsu nya itu.
"Kamu masih marah sama kejadian kemarin, dek?" Yona bertanya, Yeri mengangguk lambat. Lalu Yona mengusap pucuk kepala Yeri dengan lembut, "Mama tau. Abang keterlaluan main - main nya, sampe buat kamu trauma kayak ini. Tapi kalian kan kakak adik, sedarah. Ga mungkin musuhan terus, nanti juga kalo misal mama ga ada dan papa juga ga ada, pasti kamu lari nya sama abang Bima, jadi harap di maklumi." Ucap Yona meyakini sang anak perempuan nya.
Yeri mendengar nasihat ibu nya itu, lantas langsung menoleh cepat ke arah nya. "Kan, abang Bill ada! Kenapa harus bang, Bima?"
"Eh, abang Bill bentar lagi bakalan nikah. Dia bakalan hidup sama istri dan juga anak nya, dia nanti kalau udah nikah, ga begitu perhatian lagi sama kamu, mama, papa, abang Bima juga. Karena apa? Karena perhatian dia pasti lebih ke istri dan anak nya nanti, ngerti maksud mama? Jadi kamu jangan masukin dalem hati sikap abang kamu yang itu...," Yona melanjutkan ucapan nya lagi dengan sembari menatap lelaki yang sedang berjalan di atas tangga. "Itu abang, maafan ya.."
Yeri menghela nafas nya berat, lalu menatap Bima dengan tatapan yang tidak biasa ia berikan. Bima langsung mengalihkan pandangan nya ke arah lain, agar tidak menatap balik ke arah Yeri. Bima menghampiri Yeri dan Yona yang sedang duduk di atas meja makan nya. Yeri menatap arloji jam yang ada di tangan nya, jam menunjukan masih 06.13 menit.
Bima duduk tepat di hadapan Yeri, Yeri mengalihkan tatapan mata yang Bima berikan sekarang kepada nya. Yeri yang tidak tahan di tatap seperti itu oleh kakak laki - laki nya itu, langsung membuka suara. "Apa apaan sih, gaje banget!" Ujar Yeri dengan ketus.
Bima hanya terkekeh pelan mendengar suara ketus yang Yeri berikan kepada nya. Bima sudah terbiasa mendengar dan melihat judes nya ruat wajah dan suara yang Yeri berikan kepada nya. Bima hanya menganggap saat Yeri menatap nya seperti itu, semakin membuat Bima gemas dengan adik perempuan nya ini.
Tak lama dari mereka hanya diam di depan meja makan. Bill, dengan tampang yang sudah rapi menggunakan jaz hitam nya, dan celana hitam. Mengambil susu yang sudah siap di atas meja tersebut, Yeri, Bima dan juga Yona hanya menatap Bill yang ketampannya bertambah naik menjadi 1000% hanya mengaga tak berdaya.
"Ck, ck, ck. Anak mama udah ganteng aja nih! Mau kemana?" Suara Bima yang menuruti logat ucapan Yona kini memecahkan keheningan. Mereka tertawa lepas tak tertahan kan. Yona yang menyadari Bima menuruti logat ucapan nya, lantas Yona langsung mendekat dan menatap wajah nya yang begitu gembira.
"Kok, kamu bisa begitu mirip sama suara yang sering mama keluarin?" Yona hanya tertawa melihat anak tengah nya ini dengan di susul tawa yang Bima berikan kepada nya. Yona mengelus puncak kepala Bima dengan lembut.
"Ya, iyalah ma. Bima kan serumah sama mama. Masa ga tau suara mama waktu ngomong sih, ha ha ha ha ha." Bima masih tertawa melihat candaan nya yang membuat serumah rumah ikut tertawa, Bima yang melirik sedikit ke arah Yeri yang sedang tertawa juga hanya tersenyum senang bisa melihat adik nya kini tertawa bahagia lagi.
"Abang mau kerja lah, kemarin abang kerja nya masuk siang. Sekarang abang masuk nya pagi, jadi sekalian nganter kalian berdua, dan juga sekalian abang berangkat kerja." Yeri, Bima dan Yona hanya mengangguk paham dengan apa yang Bill ucapkan barusan. Bill, memang sudah berkerja, dan tahun depan ia akan menikah dengan perempuan sebaya nya.
"Yaudah, yok! Ini udah mau lewat jam setengah tujuh. Ma, Yeri berangkay ya. Assalamualaikum,." Yeri mengecup punggung tangan Yona dengan lembut, menatap kedua mata Yona yang membuat hati nya tenang. Lalu Yona mengecup kedua pipi Yeri dengan gembira, begitu pun Bima dan Bill.
Yeri sedang berada di dalam mobil, tepat nya bersama Bima dan juga Bill. Di perjalanan menuju kesekolah nya memang begitu macet sampai - sampai mobil yang ia kendarakan tidak bergerak sama sekali. Yeri mulai gelisah dengan keadaan sekitar, ia takut akan telat dan di hukum di sekolah nya nanti. Ia tidak mau membuat kesalahan yang membuat skor nya menambah. Apa lagi ia junior di SMA ini, jadi Yeri sangat berhati - hati akan sikap nya di sekolah.
Tak lama dari itu, ia sampai di depan gerbang sekolah yang bagus nya belum tertutup. Ia melirik lagi arloji jam di tangannya dengan saksama, ia melihat jam mengarah pada pukul 06.58. Yeri berjalan cepat menuju kelas nya yang berada di lantai 4, ia enggan menaiki lift dikarenakan lift saat ini sangat ramai dengan beberapa guru. Ia takut ketahuan bahwa dia sekarang sudah telat 10 menit.
Ia berlarian cepat menaiki tangga dengan jantung yang detak nya tak karuan lagi. Sebelum semua guru di dalam lift cepat sampai, ia menambah kecepatan nya untuk sampai di dalam kelas. Tak di duga, guru yang hari ini mengajar nya telah duduk rapi di depan kelas, ia mengetuk pintu dan menundukan kepala nya kebawah, tidak mau menatao guru tersebut karena ia merasa bersalah datang terlambat. Murid - murid hanya bertuju menatap Yeri yang berjalan mendekati bu Eva dengan tertunduk.
"Bu, maaf, saya tel-" Yeri masih setia menundukan kepala nya. Lalu berdoa agar tidak di hukum oleh bu Eva.
"Udah, gapapa kok. Sana duduk, lain kali jangan telat lagi ya..." Ucapan Yeri terpotong karena bu Eva berbicara bahwa tidak apa apa akan hal ini. Yeri menghembuskan nafas nya lega. Sungguh baik guru ini. Ia berjalan menuju meja yang sudah di tempati oleh Ellah yang menatap nya dengan senyuman yang mengembang di sana. Ia menggeser lebih jauh dari Yeri agar diri nya bisa duduk dengan nyaman.
"Eh, lo kok telat. Kenapa?" Tanya Ella yang membuat Yeri membangkitkan wajah nya dari lipatan tangan yang ada di atas meja. Yeri tersenyum simpul ke arah nya, lalu Yeri bercerita kenapa ia bisa terlambat, dan bercerita tentang Bima yang menjahili nya kamarin sampai membuat Yeri tak mau berbicara sedikitpun dengan nya. Ella hanya mendengarkan cerita Yeri dengan saksama.
Ella hanya terkekeh pelan saat cerita yang Yeri ceritakan sudah berakhir. "Jadi sekarang, lo gimana sama kak Bima?"
Yeri hanya mengidikkan bahu tanda tak tahu. Lalu menatap lurus ke arah bu Eva yang sedang menjelaskan pelajaran nya.
"Dasar adik kakak!" Ucapan Ella yang sangat jelas terdengar di kuping Yeri, membuat Yeri menoleh sekilas ke arah nya. Lalu, cepat cepat membuang muka dengan acuh tak acuk.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/155950008-288-k571961.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I change my bad boy¡
RomanceDisaat yang tidak di duga - duga, Yeri menatap lekat mata indah nya. Begitu indah untuk di pandang, di tengah keramaian kantin sekolah, ada sesosok pria tampan. "Melamun aja, neng. Mikirin apa lo?" Yeri terbangun dari lamunan yang sangat sangat ind...