-6-

69 4 0
                                    

Yeri dan juga Ella langsung berhadapan, saling tatap - menatap satu sama lain, mata melebar seakan - akan ingin keluar. Yeri menoleh ke Devian dengan tatapan heran. "Kenapa kak? Kok, tiba - tiba ngajak ke ruang musik? Ada yang salah ya dari gue?" Devian yang mendengar ucapan Yeri langsung menggelengkan kepala nya antusias. Yeri menoleh ke arah Ella dan berpaling lagi menatap Devian yang masih setia berdiri di samping nya.

"Engga ada kok, tapi lo bener ikut ekstrakurikuler vocal kan? Maka dari itu, kebetulan cuma lo yang gue kenal dari semua anak yang ikut vocal, gue mau ngajak lo adu piano sama gue! Mau?" Tegas Devian dengan melipat kedua tangan nya di dada. Memang sih, kelihatan sedikit songong. Tetapi kesongongan dan kecuekan yang ada di Devian lah yang membuat semua kaum hawa tergila - gila, termasuk Yeri.

Yeri berdiri dari duduk nya tepat di hadapan nya, Devian dengan ekspresi terkejut nya lantas termundur dua langkah ke belakang. "Ayo! Siapa takut.." Yeri memang mudah akrab dengan orang yang menyapa nya lebih dahulu, seperti Ella, yang memperkenalkan diri nya sendiri tanpa Yeri yang bertanya.

"Yaudah, gue tunggu di ruang music ya adek kecil," Ucapan Devian tiba - tiba membuat kedua pipi Yeri menjadi merah seperti kepiting rebus. Ia malu, dengan perlakuan Devian kepada nya saat ini. Devian pergi dari hadapan nya, sebelum itu Devian mengelus lembut pucuk rambut Yeri. Yeri rasa nya ingin berteriak sekuat tenaga yang ia punya. Ella yang hanya melongo menatap kedua pasangan di hadapan nya ini tak berkutik sedikit pun.

Mimpi apa gue tadi malem? Rambut gue di pegang? Dia ngajak ngobrol dan ngajak adu piano sama gue? Ya Tuhan, kau memang selalu adil dalam menyelesaikan permasalahan hati hamba mu! Yeri masih memegangi kedua pipi nya, ia sangat malu karena menjadi pusat perhatian satu kantin. Ia tidak nyaman dengan suasana saat ini, ia berlari meninggalkan Ella yang terus berteriak memanggil nama nya. Yeri berhenti tepat di depan toilet, ketika ia hendak memasuki lorong toilet, ia melihat Devian sedang berbicara dengan satu perempuan, yang menurut Yeri perempuan tersebut sangat cantik, anggun, dan manis.

Seketika, mood Yeri menjadi hancur berkeping - keping. Ia berharap Devian hanya perhatian pada nya saja. Eh, ternyata tidak. Yeri hanya melawatkan kedua manusia yang sedari tadi sedang asik mengobrol di depan lorong toilet. Yeri berjalan yang lumayan ia cepatkan agar tidak mengganggu mereka yang sedang berkomunikasi. Devian tahu siapa yang berjalan melewati nya dengan sembarang ini, ia sangat ingin di hormati dengan adik - adik kelas nya. Devian tidak suka kalau adik kelas nya tidak sopan dan sok sok an berlaga baik padahal sebenarnya buruk, ia sangat tidak suka akan sikap itu.

"Yeri?" Suara Devian terdengar jelas pada kedua telingan Yeri. Yeri berhenti dari jalan nya, lalu menoleh ke belakang. Ia menunduk, tak mau menampakan wajah merah nya yang seperti kepiting rebus itu. "Iya kak?" Suara yang terdengar seperti bisikan keluar dari mulut Yeri, Yeri masih setia menundukan kepala nya tanpa ada niatan untuk menatap Devian. Devian maju beberapa langkah untuk mendekati gadis yang ia panggil sedari tadi. Devian meraih dagu Yeri dengan lembut, lantas kepala Yeri naik lebih keatas dari sebelum nya.

Devian menatap kedua mata Yeri dengan tatapan heran. Heran kenapa pipi Yeri sangat merah seperti orang yang habis terkena tamparan pedas. Yeri tidak berani menatap Devian seperti Devian menatap nya begitu dalam. "Pipi lo kenapa merah banget, anak kecil?" Yeri membulatkan mata nya dengan sangat lebar, ia terkejut. Ketika mendapatkan pertanyaan itu, ia benar - benar sangat malu. Ingin sekali ia memukul tangan Devian dengan keras agar menjauh dari wajah nya dan berhenti menatap kedua mata Yeri. Tetapi hati Yeri berkata lain, kesempatan jangan di sia - siakan, kalau di sia - sia kan yang datang malah rasa penyesalan.

Yeri sangat malu pada diri nya sendiri, kenapa di saat - saat yang tidak tepat. Seseorang yang ia impikan sejak kemarin, datang tanpa tidak di sengaja. Yeri langsung melepaskan tangan yang kini sedang memegangi pucuk kepala nya dengan sedikit kasar, lalu berlari kecil dari hadapan lelaki itu. Ia tidak tahu, ada apa dengan hari ini. Kenapa begitu indah untuk di ingatkan. Percayalah, Yeri sangat senang dengan hari ini, senang karena di perlakukan seperti seorang pacar, senang karena sudah nyaman di sekolah baru nya, senang karena ia mendapatkan teman yang begitu perhatian terhadap nya.

"Eh, anak kecil! Mau kemana lo? Jangan lupa, pulang sekolah harus ke ruang musik!" Suara Devian hanya terdengar sayu - sayu di telinga Yeri, Yeri sudah lumayan jauh dari hadapan Devian. Sehingga sesosok Devian tidak terlihat lagi oleh mata Yeri. Yeri memperlambat lari nya, dan masih terus sesekali menolehkan wajah nya ke arah belakang untuk memastikan kalau Devian tidak ada lagi. Sangat memalukan.

***
Devian berjalan lurus menuju kantin, ia sangat ingin bertemu dengan perempuan yang ia dengar dari beberapa murid tentang perempuan itu, membuat hati Devian tidak karuan lagi dikarenakan penasaran yang sangat luar biasa. Memang, Devian orang nya sangat pendiam, tetapi rasa penasaran yang ada pada diri nya sangat sangat kuat, sekali ia penasaran sampai kapan pun ia selalu mencari tahu tentang apa dan kenapa.

Semua murid menatap nya kagum, ia dengan gaya yang sangat dingin membuat para kaun hawa berteriak histeris. Ia menatap dua perempuan yang kini mulai dekat dengan arah kaki nya berjalan, hanya tertawa tipis karena perempuan yang ia maksud malah menatap nya juga. "Ini ya, yang nama nya Yeri. Anak kelas X Ipa 2?" Lantas Yeri mengangguk dengan agak ragu - ragu menurut nya.

***
Bell pulang sekolahpun akhirnya berbunyi nyaring. Membuat hati Yeri kembali berdegup kencang, sangat kencang. Yeri merapikan buku - buku nya yang tergeletak di atas meja, ia sesekali menatap Ella lalu berlalu lagi menatap sekitaran, kelas sudah lumayan sepi di karena kan hampir semua murid sudah keluar kelas. Tak lama kemudian, Yeri dan Ella pun keluar kelas dengan santai, berjalan dengan sesekali bercanda.

"Kapan ya kita dapet baju sekolah?" Suara Ella yang sedikit memelas membuat Yeri langsung menatap nya sekilas. "Ya, mungkin baju sekolah kita belom selesai di jait."

"Eh, El. Lo tau ga di mana ruang musik?" Tanya Yeri pada Ella.

"Bego banget sih, lo nanya gue? Kita berdua baru jadi anak baru, masih 3 hari sama hari ini. Ya, gue kaga tau lah."

"Yaelah, gaperlu ngegas juga kali, dasar landak gila!" Yeri sering kali mengejek teman sebaya nya itu dengan sebutan landak, sebutan landak lah yang terkadang membuat Ella bete dengan Yeri.

"Apaansi Yeri. Gue doain rencana kak Devian ngajakin lo main piano di batalin. Amin, mampus lo." Ucapan Ella kini membuat Yeri ingin sekali mendorong nya dari koridor lantai 3 yang sedang mereka lewati. Yeri menjitak sedikit lebih keras kepala Ella yang membuat Ella sedikit meringis kesakitan.

"Eh, bukannya itu kak Devian ya?" Ella dengan menunjuk kearah bawah.

I change my bad boy¡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang