BUTLER [Levi Ackerman]
By
Rinata Yuki***
Satu cangkir diletakkan sopan di meja depanku saat aku duduk santai memandangi taman rumahku kala sore hari. Aku memperhatikan pelayanku ini yang sedang menuangkan teh hangat ke dalam cangkir lalu menyodorkannya padaku yang kuterima dengan senyum manisku hingga kedua mata ini melengkung seperti bulan sabit yang terbalik.
Namanya adalah Levi Ackerman. Seorang pelayan pribadiku sekaligus bodyguard yang selalu menemaniku kemana pun aku pergi keluar. Orangtuaku tak mengijinkanku pergi sendiri tanpa pengawasan dengan alasan banyak kejahatan mengintai keluarga kami, sementara aku adalah anak perempuan tunggal mereka yang terbilang rentan terhadap kejahatan.
Benar, keluargaku dikenal sebagai keluarga konglomerat terpandang. Tentunya memiliki tak sedikit musuh dalam selimut yang ingin menjatuhkan kami. Untuk itu penjagaan terbilang ketat dengan cctv di setiap sudut rumah yang besarnya menyerupai istana. Serta dua satpam di pos. Namun penjagaan di dalam amat sepi sebenarnya.
Aku mempunyai seorang kakak bernama Akashi Seijuuro. Tapi dia sangat jarang di rumah. Sibuk mengurus perusahaan bersama ayah dan terkadang berminggu-minggu di luar negeri. Aku seringkali merasa kesepian. Kami hanya saling menghubungi setiap akhir pekan.
"Langitnya indah." Aku berucap sambil menatap ke atas. Dimana warna jingga mencoret birunya langit dengan begitu indah.
Levi bukan orang yang cerewet. Tapi dia akan bicara panjang ketika melihat kamarku kotor alias berantakan. Dua tahun dia mengabdikan diri menjadi pelayanku, jadi aku sudah hapal tabiatnya seperti apa. Walau wajahnya terlampau datar dan lidah yang tajam, entah mengapa aku dapat memahami bahwa dia memiliki hati yang lembut yang sebetulnya sulit dia ungkapkan dengan lisan yang manis.
"Malam ini ingin makan apa, nona muda?" ucap Levi, dia berdiri tegak di belakangku duduk.
"Seperti biasanya saja," balasku lalu menyesap teh sekali lagi.
***
Ketika malam mulai sepi dan aku hendak beranjak tidur, keadaan tiba-tiba berubah. Aku kini menjadi tawanan sekelompok perampok. Aula rumah tampak berantakan, dan di depanku seorang Levi berdiri gagah meski mereka menodongkan pistol padanya. Sedangkan aku berusaha meronta untuk lepaskan diri dari jegalan tangan kekar perampok ini.
Aku sentak berteriak saat pria besar ini menyeretku turun dan memerintahkan kawanannya menyerang Levi. "LEPASKAN AKU!! LEVIII!!" Aku sempat melihat Levi bertarung dengan lima pria berotot besar. Berguling, menendang, menangkis serangan peluru menggunakan benda di sekitarnya. Lalu dia tampak berlari merunduk cepat sambil menghindari peluru, lalu melayangkan tendangan kaki kanannya keras-keras pada pipi lawan hingga terpental jauh.
Lalu dengan gerakan mulus, tangannya meraih pisau makan yang kebetulan berada di atas meja di dekatnya dan melemparkannya pada keempat pria lainnya dengan cepat.
Aku percaya padanya kalau Levi tak mudah ditumbangkan. Mengingat kembali kejadian yang pernah berlalu bahkan lebih buruk dari ini, Levi tetap bisa menyelamatkanku sekalipun lawannya berbadan dua kali lebih besar darinya.
Dan entah bagaimana aku selalu terpesona melihat aksi heroiknya itu. Seolah aku sedang menonton film laga dari barat.
Kekagumanku terhadap pria itu sontak lenyap saat aku sadar sebuah pisau pun turut melayang ke arahku. Aku melotot, Levi jelas tadi melemparnya dari lantai atas! Hei apa aku akan mati di tangan pelayan kepercayaan keluargaku??!!
Ya tuhan apa salahku?
JLEB!
Butuh seperkian detik bagiku untuk sadar dari rasa shock. Cengkraman di kedua tangannya mengendur perlahan dan pria ini limbung. Levi menancapkan pisaunya ke dahi pria ini. Ofh! Bagaimana pun juga tadi benar-benar gila!! Ah, kakiku melemas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Akashi X Reader X Levi
Short Storybutuh asupan? masuk! Oneshoot. #Cerita gaje >.<