Bab 3 - Why?

6.2K 685 86
                                    

I know i'm late,  sorry.
This part for you guys💕

-Happy reading-

.......

Hal yang sangat menyakitkan di dunia ini adalah melihat orang yang kita cintai bersama dengan yang lain. Terlebih kita sendiri sadar, bahwa kita tidak berhak untuk melarang ataupun berteriak atas apa yang mereka lakukan. Wanita itu memiliki hak yang sama dengan dirinya, dia tidak bisa mengklaim suaminya sebagai miliknya seorang lagi, karena kini, ada satu wanita lain yang berhak atas semua itu.
.
.
.

BAB 3

Seminggu berlalu, kini, tiba waktunya ketiga orang itu berjalan bersama memasuki sebuah rumah megah dikawasan Gwangmyeong. Sehun terlihat tampan dengan kemeja putih serta jeans berwarna hitam. Nami wanita itu berjalan percaya diri dengan dress hitam selutut dipadukan dengan heels berwarna merah maroon dengan motif bunga-bunga hitam dibagian belakangnya.

Lain halnya dengan Nami, Minyoung justru terlihat lebih santai. Wanita itu mengenakan sepatu cats berwarna putih dipadukan dengan coats pink soft. Tak lupa, ia mengenakan dalaman legging yang membungkus kaki jenjangnya. Wajah wanita itu terlihat murung. Bagaimana tidak? Seminggu sudah suaminya menghiraukan keberadaannya. Ia merasa seperti tidak dianggap.

Awalnya ia tidak ingin datang ketempat ibu mertuanya itu, namun ia berpikir kembali, jika  ia  tidak  datang  sama saja dengan ia tidak menghormati keluarga suaminya.

"Kalian sudah datang, ayo masuk ."
Ibu sehun terlihat antusias dengan kedangan mereka bertiga. Ia mengapit lengan Minyoung. Wanita paruh baya itu mempersilahkan ketiganya untuk duduk di kursi ruang tamu.

"Bagaimana kabarmu, sayang? Kau baik-baik saja, bukan?" Nyonya Oh bertanya, ia membelai rambut Minyoung halus. Wanita itu merasa prihatin melihat menantunya. Tubuhnya terlihat lebih kurus dari yang ia lihat sebelumnya.

"Aku baik, Ibu, bagaimana dengan ibu?" Minyoung menatap ibu mertuanya berkaca-kaca, wanita itu merasakan kembali kehangatan seorang ibu. Oh Tuhan, haruskah ia menangis? Rasanya air matanya  begitu mendesak  ingin keluar.

"Tentu, sayang, kau bisa lihat sendiri, Ibu terlihat sehat, bukan. "

Wanita paruh baya itu merengkuh tubuh Minyoung. Ia membisikan sesuatu yang membuat hati Minyoung sesak.

"Maafkan Ibu, seharusnya Ibu tidak egois. Ibu tahu kau pasti menderita. "

Setelah beberapa menit akhirnya mereka melepaskan pelukan kerinduan itu. Minyoung tersenyum lembut kepada mertuanya.

........

Semuanya terlihat berkumpul di ruang tengah, mereka terlihat bahagia dengan kedatangan anak dan juga menantunya itu.

"Aku ingin menyampaikan sesuatu"

ITS HURT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang