The Fault in Our Oda Sakunosuke

665 74 140
                                    

Ketika kamu menunjuk nama Oda Sakunosuke dengan malu-malu tanpa menatap Dazai yang menunggumu menjawab pertanyaannya, pemuda itu terdiam. Kamu terus menatap nama butler pilihanmu sore itu, berharap Dazai mengatakan sesuatu kecuali hening dalam senyumannya. Atsushi dan Kenji telah beranjak setelah kamu memesan kue tambahan untuk dimakan bersama tehmu.

"Nona memilih Odasaku?"

Meski nada bicara pemuda di dekatmu masih terdengar manis, kamu bisa menangkap sedikit rasa kecewa terselip dalam tutur katanya. Duh, kok jadi tidak enak rasanya. Padahal, Dazai baik sekali dan sangat bersemangat menyambutmu (meski sebenarnya ia tidak perlu menggombal sih).

"Umm, ya," kamu buru-buru menambahkan, "tapi kalau Odasaku sibuk, bersama Dazai saja sudah cukup kok..."

"Biasanya, ia akan membantu merapikan belanjaan dari pasar terlebih dahulu dan merokok di luar," ujar Dazai, "tapi, ia pasti akan senang segera bertemu dengan Nona sementara aku menggantikannya."

Kamu mengangguk-angguk maklum sambil menggigit macaroon yang kamu ambil dari troli Kenji. Tidak hanya tampilannya saja yang manis, rasanya pun sangat enak. Seandainya kafe ini memperbolehkanmu untuk update story di Fyodagram! Ya, setelah menu diberikan pada chapter sebelumnya, Dazai menjelaskan peraturan lain yang berlaku di kafe ini, mulai dari HP yang harus di-silent sampai tidak boleh memotret butler tanpa izin. Meng-update story tidak diizinkan karena seharusnya, sang putri menjalani digital detox yang berguna untuk menstabilkan diri dari rasa iri lantaran melihat posting-an pamer dari teman-teman.

Padahal, sepertinya asyik sekali kalau kedua butler ini meramaikan minum teh soremu. Iya, 'kan? Coba bayangkan. Dazai mengajakmu berbincang soal harimu (dan kadang merayu) di sisi kirimu, sementara Odasaku menuangkan tehmu sambil menambahkan gula sebanyak yang kauinginkan. Apalagi tamu Silver Wolf's sore itu hanyalah kamu sendiri. Menang banyak, deh.

"Nona ingin minum tehnya sekarang?"

"Boleh."

Dari penjelasan Atsushi sebelumnya, teh itu gratis dan kamu hanya perlu membayar apabila kamu meminta tambahan. Pemilik kafe sendiri yang meraciknya untuk menyambut musim panas. Fukuzawa Yukichi, ya, pikirmu mengawang sementara Dazai menuangkan teh untukmu, dan kamu membayangkan bahwa sang pemilik kafe sendiri pastinya seorang ikemen seperti stafnya.

Benar sekali, kamu bisa memilih Tuan Fukuzawa Yukichi sebagai teman minum tehmu di fanfiksi ini. Pria tampan impian itu tidak selalu berusia muda, 'kan?

"Apabila Nona membutuhkan sesuatu," pemuda itu menunjuk lonceng yang ada di pinggir meja, "silakan panggil kami. Aku akan ke Odasaku. Sampai jumpa, Nona."

Kamu melambai pelan sambil tersenyum kepada Dazai yang membungkuk sopan sebelum masuk ke dalam dapur. Sekali lagi, kamu meneguk teh hangat yang terasa menyegarkan. Kue kecil yang kauambil dari troli Kenji membuatmu merasa semakin rileks. Rasanya, siapapun yang akan menemanimu sore ini tidak akan jadi masalah berhubung kombinasi teh dan kue kecilmu cukup untuk menghilangkan suntuk dalam kepalamu.

Oh iya, semoga kamu tidak salah pilih butler.

Ketika terdengar suara pintu dapur kembali mengayun terbuka, darahmu berdesir. Apakah Odasaku akan memenuhi panggilanmu? Atau jangan-jangan, malah Dazai -

Ah, bukan ternyata.

Butler yang melangkah menuju mejamu memiliki rambut kelabu-putih asimetris. Di tangannya ada nampan dengan sepotong kue yang kaupesan. Dengan senyum merekah penuh semangat, ia meletakkan kue itu di atas mejamu.

"Tuan Putri, ini adalah opera cake yang Anda sukai," ujarnya riang.

"Terima kasih," kamu mencoba mengingat-ingat nama butler itu, "Atsu... shi?"

Silver Wolf's : Bungou Stray Butler!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang