11. BECAUSE OF YOU

7K 387 13
                                    

MIKE mengusap punggung Dave. Mantan pacarnya itu tengah menghadapi masalah cukup berat. Papanya marah besar, ia dipecat dari rumah sakit, dan nama baiknya tercoreng akibat video skandal seksnya dengan Andy tersebar di dunia maya.

"Sabar, Dave," hanya itu yang bisa Mike ucapkan.

Dave menangis sesegukan, membasahi pundak Mike dengan air matanya. Ia tak menyangka dirinya akan mengalami hal seperti ini.

"Aku nggak tahu mesti gimana lagi, Mike," ujar Dave disela tangisnya. "Rasanya hidupku hancur. Aku kehilangan semuanya."

"Sssttt...jangan bilang begitu!" Mike merenggangkan pelukannya. Ia menatap mata Dave dan mengusap air yang menggenang dengan kedua ibu jarinya. "Aku yakin semuanya akan baik-baik saja. Kamu harus kuat, kamu harus tegar!"

Dave tak berkata. Bibirnya bergetar.

"Kamu cowok yang kuat Dave. Aku yakin kamu bisa menghadapi masalah ini!"

Selama sepuluh tahun lebih mengenalnya, Mike belum pernah melihat Dave serapuh ini. Seberat apapun masalah yang menimpa, Dave pantang mengucurkan air mata. Tapi kali ini Dave seperti kehilangan harapan.

"Kita harus cari cara, Dave. Aku yakin Christ dan Andy ada dibalik semua ini. Kita harus mencari bukti untuk menangkap mereka," ucap Mike.

Berawal dari kejadian penabrakan yang didalangi oleh Christ. Mike dan Dave sepakat mengambil kesimpulan bahwa Andy dan adiknya ada dibalik semua ini. Rentetan peristiwa yang kemudian terjadi semakin menguatkan keterlibatan mereka. Rekaman video di ruang ganti dan ambruknya perusahaan Papa Dave yang berujung pada penjualan perusahaan semakin menguatkan motif dibalik tidakan mereka.

"Ayo kita bersatu, Dave. Kita balas perbuatan mereka!"

Dave mengangguk. Mike tersenyum, ia kembali melihat kobaran api di mata lelaki pujaannya itu.

*

Ruangan kantor itu terbilang cukup luas. Terletak di lantai 27 dengan kaca-kaca besar di sekelilingnya. Dari sana kita bisa melihat hamparan kota dengan segala hiruk pikuknya. Walau dikelilingi kaca tapi ruangan itu tak terasa panas. Desain interiornya dibuat minimalis namun tetap terlihat megah.

Di ruang itulah Andy kini berada. Ruang direktur utama yang sekarang menjadi miliknya. Papanya telah membeli perusahaan milik Papa Dave dengan harga sangat murah.

"Andrew," Papa Andy datang dengan senyum mengembang. Andy segera berdiri menyambut papanya. "Kamu memang cocok berada di sana," katanya diikuti derai tawa.

"Terima kasih, Pa." Andy membungkuk penuh hormat.

Andy mempersilakan papanya duduk di sofa tamu lantas menyuruh sekretarisnya membuatkan teh.

"Papa harap kamu bisa melipatgandakan pendapatan perusahaan ini. Setiap bulan Papa minta laporan dan kalau sedikit saja papa temukan penurunan, kamu akan dikeluarkan dari perusahaan ini," ucapnya tanpa basa-basi.

Andy menelan ludah. "Baik, Pa," timpalnya.

Andy menggigit bibir bawahnya. Bukan hal mudah menaikan kembali pendapatan perusahaan yang sahamnya sudah tumbang seperti ini. Itu sama saja papa sedang berusaha membunuhnya pelan-pelan.

"Rencana pernikahanmu dengan Christ sudah ditetapkan, segera putuskan hubunganmu dengan dokter itu!" tambahnya.

Andy kembali mengangguk. Ayah dan anak itu kemudian membicarakan banyak hal terutama masalah bisnis. Papa lantas pergi setelah menghabiskan teh hangat yang disajikan sekretarisnya.

Andy kembali ke mejanya. Ia mengurut pelipisnya yang terasa pening. Kedatangan papanya malah membuat kepalanya semakin pusing.

*

Dave menghabiskan waktu seharian di apartemennya. Ia tak punya rencana apapun hari ini. Sejak kehilangan pekerjaan dan cuti kuliah karena skandal itu, Dave lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamarnya. Tubuhnya yang sebelumnya atletis, kini tampak kurus karena makan tak teratur dan sudah jarang pergi ke gym.

Mike sesekali datang membawakan makanan dan mengajaknya mengobrol. Kedatangan Mike membuatnya sedikit terhibur dan melupakan sejenak masalah-masalahnya.

Sore itu bel apartemen Dave berbunyi. Dengan malas, Dave menuju pintu. Pikirnya mungkin Mike yang datang. Tapi ternyata salah, yang datang bukanlah Mike. Tapi Andy.

"Boleh aku masuk?" ucap Andy begitu pintu terbuka.

Dave mematung. Wajahnya menunjukkan ketidaksukaannya pada kedatangan Andy.

Andy masuk begitu saja. Santai. Seolah tak pernah terjadi apapun diantara mereka.

"Mau apa kamu kesini?" tanya Dave datar. Ia menutup pintu.

Andy berbalik dan tersenyum. "Aku pacar kamu sayang, memangnya aku tidak boleh datang kesini?"

"Kamu sudah bukan pacarku lagi!" bentak Dave. "Sekarang juga kita putus! Aku nggak mau lihat kamu, sekarang juga pergi kamu dari sini!" usir Dave.

"Tenang sayang, kenapa kamu tiba-tiba marah begini?"

"Cukup Andy! Kamu kesini cuma mau menertawakan aku kan!" Dave menatap Andy penuh kebencian.

"Aku ingin menjelaskan sesuatu padamu."

"PERGI!" bentak Dave. "Aku sudah tidak ada urusan apapun denganmu!"

"Aku cinta sama kamu, Dave. Aku sayang sama kamu."

PLAKKK!

Dave menampar Andy cukup keras hingga sudut bibirnya berdarah. "Aku tidak ingin mendengar apapun lagi, terutama dari mulut kotormu itu!"

Andy menatap Dave sendu.

Dave masuk ke kamar dan menguncinya. Dadanya bergemuruh penuh emosi. Ia tak ingin lagi melihat wajah laki-laki yang sudah menyakiti perasaannya itu.

Dave meninju cermin yang tergantung di dinding hingga pecah berantakan membuat tangannya terluka. Darah segar menetes di lantai. Dave merasa dirinya begitu bodoh karena percaya dengan kata-kata Andrew. Dave mengutuk semua kejadian ini akibat kecerobohannya sendiri. Ia malu, marah, kesal pada dirinya.

Detik berikutnya ponsel Dave berbunyi, Mike meneleponnya.

"Dave, kabar bagus! Aku sudah dapat semua buktinya, kita bisa meringkus Andy dan Christ!"

***BERSAMBUNG***

The Doctor CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang