1. SOMEONE NEW

24K 690 22
                                    

DAVE baru akan mengakhiri jadwal jaga paginya ketika seorang pasien datang. Pasien wanita yang tengah hamil dan mengalami pendarahan. Dave segera melakukan pemeriksaan. Kondisinya kritis. Ia tak yakin nyawa wanita itu bisa diselamatkan.(Baca cerita Pelayanku, Kekasihku)

"Keluarga Ibu Fira?" sebutnya usai memeriksa pasien wanita tersebut.

Seorang pria yang tengah duduk di ruang tunggu UGD langsung berdiri dan mendekatinya.

"Bagaimana istri saya, Dok?" tanyanya, nada suaranya terdengar panik.

Dave menatap pria itu. Matanya sembab, tubuhnya gemetar. Ia mengambil napas dan menepuk bahu pria tampan itu.

"Istri anda kritis, mungkin nyawanya tidak dapat diselamatkan," ujar Dave hati-hati. Ia tahu kabar itu akan menyakitkan bagi keluarga, terutama suami pasien.

Pria bernama Daniel Wiryawan itu limbung, untunglah seorang pria berkepala plontos dan beranting berlian menahan tubuhnya dengan kedua lengannya yang kekar.

"Lalu...bagaimana dengan bayinya, Dok?" tanya pria plontos itu.

"Kita harus segera mengambil tindakan. Bayinya bisa diselamatkan melalui operasi caesar."

Semua berjalan dengan cepat. Daniel menyetujui istrinya dioperasi. Detik itu juga, Dave segera mengurus semuanya hingga Fira bisa masuk kamar operasi. Setelahnya Dave pamit pada Daniel dan meminta maaf karena tidak bisa menunggu hingga operasi selesai.

"Bu Fira berada di tangan para ahli, Bapak tenang saja. Semoga bayinya sehat dan selamat ya Pak." Dave hendak menyalami Daniel tapi pria itu memeluknya erat, mengucap beribu terima kasih.

Dave meninggalkan Daniel yang masih tergugu, ia berjalan menyusuri lorong, membuka jas putihnya dan menggulung kemeja lengan panjangnya. Cowok jangkung itu merasa tubuhnya remuk setelah seharian mengurusi pasien yang tak habis-habis.

Dave menstarter Honda Jazz nya, menginjak gas, meluncur meninggalkan parkiran rumah sakit yang siang itu tampak lebih padat dari biasanya.

Mobil merah itu belok ke sebuah gedung apartemen, masuk ke basement dan parkir dengan rapi di salah satu slot yang biasa ditempatinya. Dave keluar, menyandang tas dan jas putihnya lantas berjalan menuju lift, naik ke lantai 17.

Dave menyimpan jas dan tas di sofa. Cowok berhidung mancung itu membuka kulkas dan mengambil sebotol air mineral dingin dan meneguknya. Tak lama ponselnya berbunyi. Ia melihat nama yang terpampang di layar iPhone nya, Dave ragu. Dalam hati ia mengomel 'untuk apa lagi ia menelpon?'. Dengan malas Dave menyentuh tombol hijau.

"Sayang, aku mohon jangan kayak gini," kata suara di telepon. "Dengerin penjelasanku dulu!"

"Penjelasan apa lagi Mike? Semuanya sudah jelas dan aku udah nggak percaya lagi sama kamu. Tolong jangan ganggu aku lagi!"

"Dave sayang, tolonglah. Aku cinta sama kamu, setidaknya berilah aku satu kesempatan lagi. Aku janji nggak akan berbuat seperti itu lagi..."

KLIK...

Dave mematikan ponselnya. Tak mau lagi mendengar suara pria yang sekarang dibencinya. Mike sudah menodai kepercayaannya dan ia tak mau lagi berurusan dengannya.

Dave mengembuskan napas. Matanya jauh memandang hamparan perkotaan dari balik jendela apartemennya. Perlahan setitik air merambat melalui pipinya yang mulus.

Mike adalah cinta pertamanya. Lelaki yang mampu membuat hatinya luluh dan meyakinkan dirinya bahwa menjadi gay bukanlah sebuah kesalahan. Mike begitu lembut dan penyayang. Tiga tahun berpacaran dan keduanya sepakat untuk menikah di Amerika di hari valentine nanti. Mike yang melamarnya dengan menyematkan sebentuk cincin berlian indah di jari manis Dave. Tapi hari pernikahan itu agaknya tak akan pernah terjadi karena Mike sudah berbuat kesalahan dan Dave tak mampu memaafkannya.

*

Hari itu Dave mendapat jadwal jaga siang, shift kedua pukul 14.00 hingga 21.00. Pasien UGD siang itu tak terlalu banyak, Dave jadi punya banyak waktu untuk mengerjakan tesisnya yang terbengkalai selama beberapa minggu. Dave mengambil S-2 Manajemen Rumah Sakit di salah satu universitas swasta sebagai saran dari orangtuanya agar kelak Dave siap ketika harus mengambil alih bisnis rumah sakit milik keluarganya.

Di kamar berukuran 3x3 meter itu, Dave mengoreksi tesisnya sesuai hasil bimbingannya dengan dosen. Tak lama seorang perawat mengetuk, memberi tahu ada pasien menunggu. Dave mengklik icon disket di pojok kiri microsoft wordnya. Ia menutup laptop, menyambar jas putihnya dan keluar menuju ruang pasien.

Jam menunjukan pukul 17.00, Dave langsung melihat pasien. Seorang pria berpakaian olah raga tampak sedang menahan sakit.

"Kakinya cedera, Dok. Katanya terkilir sewaktu bermain sepakbola," perawat memberikan informasi singkat.

Dave segera memeriksa kaki pasien dengan cermat. Dave mengagumi kaki liat berotot itu, tungkainya indah dan kokoh. Sesekali Dave melirik ke arah pemilik kaki, pria berwajah oriental yang tampan. Jarang ia melihat pria bermata sipit yang menarik kecuali di drama Korea.

"Kakinya terkilir, untungnya tak ada tulang yang patah. Untuk sementara Bapak istirahat total sampai kakinya benar-benar pulih." Dave menulis di secarik kertas dan memberikan pada perawat. "Obatnya sudah saya resepkan, nanti diminum sesuai petunjuk."

"Terima kasih, Dok," ujar pria itu. "Ngomong-ngomong jangan panggil Bapak, Dok. Kayaknya saya seumuran sama dokter," tambahnya sembari tersenyum. Senyum yang amat manis.

Dave membalas senyumannya dan mengangguk.

"Nama saya Andrew, panggil Andy saja." Andy mengulurkan tangan, mengajak bersalaman. Dave menyambutnya.

"Boleh saya minta nomor Dokter? Biar mudah buat konsultasi," pintanya.

Dave mengangkat alis. Tak pernah ia memberi nomornya pada sembarang orang kecuali yang benar-benar dikenalnya, tapi pada Andy entah mengapa dengan mudah ia memberikannya. Dave menuliskannya di secarik kertas.

"Makasih, Dok." Ucap Andy menerima kertas itu dan melihatnya sekilas.

Dave mengangguk. "Kalau begitu saya permisi dulu. Masih ada hal yang harus saya kerjakan. Mudah-mudahan cepat sembuh ya."

Andy mengucap terima kasih. Dave meninggalkan ruang Andy setelah bersalaman dengannya.

Entahlah. Tiba-tiba Dave merasakan sesuatu yang aneh. Bibirnya mengembang begitu saja. Andy cowok menarik dan menyenangkan. Ia menyukai sikap ramah pria itu.

*

Di ruang dokter jaga, Dave kembali tenggelam dalam perbaikan tesisnya yang tertunda. Tinggal satu jam lagi sebelum pergantian shift dan semoga tidak ada pasien darurat yang datang.

Ponsel Dave bergetar, ada sebuah pesan WhatsApp dari nomor tak dikenal.

Dok, ini Andy. Ini nomor saya, disave ya. Makasih banyak buat pertolongannya. Saya pamit pulang dulu.

Dave tersenyum dan membalas:

Oke. Nomornya saya save ya. Semoga lekas sembuh.

Iya, Dok. Nanti kalau sudah sembuh saya traktir dokter ya.

Hahaha...siaap.

Dave memandang layar ponselnya. Penasaran, ia mengklik foto profil di WA Andy. Dave menelan ludah. Di foto itu Andy tak mengenakan atasan, hanya bercelana jeans. Andy memperlihatkan otot-otot tubuhnya yang terpahat sempurna, tampak seperti model iklan susu khusus pria. Sungguh pria yang menarik.

Tiba-tiba sebuah pesan WA masuk membuyarkan lamunannya.

Mike:

Aku di rumah sakit. Aku tunggu di parkiran.

Dave menggam kuat ponselnya. "Apa lagi siiihh," geramnya.

***BERSAMBUNG***

The Doctor CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang