9. YES, I'M JEALOUS!

7.6K 415 25
                                    

"KENAPA sayang?" tanya Andy melihat Dave terburu-buru usai menerima telepon.

Dave memakai jaket hitamnya dan mengambil kunci mobil yang tergeletak di atas meja. "Mike tahu orang yang menabraknya, aku harus segera kesana."

"Kesana? Buat apa?" tanya Andy. "Kamu sudah putus sama dia, buat apa kamu terlibat lagi dengan urusan dia?"

"Aku..." Dave berhenti karena menyadari sesuatu lantas menatap Andy. "Babe, kamu.... cemburu?

"Aku nggak... iya aku cemburu," ralat Andy. "Wajar kan?" wajah Andy memerah, ia menolak tatapan mata Dave.

Dave tersenyum. Ia melingkarkan kedua tangannya di leher Andy. "Honey, aku sama Mike tuh udah nggak ada perasaan apa-apa. Dia pasien aku dan aku harus merawatnya sampai sembuh. Kamu nggak usah khawatir."

"Tapi kamu tuh kayak masih cinta sama dia. Dikit-dikit Mike, dikit-dikit Mike. Gimana aku nggak cemburu coba..."

Dave tertawa kecil lantas mencumbu Andy. "I love you. Love you sooo much! Sekarang cuma kamu yang ada di hatiku. Cuma kamu cowok yang aku cinta." Dave menggesekkan ujung hidung mancungnya ke hidung Andy.

"Aku cuma nggak mau kehilangan kamu Sayang. Aku mau hubungan ini buat selamanya."

"Sure."

Andy memeluk Dave erat. "I love you too, Baby. Kabarin kalau udah sampe di rumah Mike ya," ucap Andy yang dibalas dengan anggukan oleh Dave.

*

Dave tidak menuju ke rumah Mike. Ia berhenti di parkiran sebuah ruko sesuai alamat yang disebutkan Mike di WA-nya. Katanya itu tempat detektif swasta yang disewanya untuk menyelidiki kasus penabrakan itu. Dave masuk ke ruko temaram itu dan menemukan Mike beserta seorang pria yang kemudian diketahuinya bernama Herman, sang detektif swasta.

"Orangnya ada di dalam, saya belum memulai interogasi karena menunggu anda berdua," kata Herman. "Mari saya antar." Herman berjalan masuk menuju ruangan di sebelah kantornya. Dave mendorong kursi roda Mike mengikuti dari belakang.

Ruangan itu berukuran 2x2 meter. Seorang pria berusia sekitar 50 tahun duduk di kursi plastik dengan kedua tangan diborgol dan mulutnya ditutupi lakban hitam. Di depannya terdapat sebuah meja kayu persegi berpelitur coklat. Terdapat pula sebuah lampu gantung dengan bohlam lima watt.

Herman duduk di kursi berhadapan dengan pria itu. Dave dan Mike berada di samping Herman.

"Namanya Parjo, pemilik mobil boks yang menabrak anda," Herman menunjuk pria berkumis di depannya dan melepas lakban yang menutup mulut Parjo.

"Bukan saya pelakunya, sumpah! Saya tidak pernah menabrak siapapun!" ucap Parjo.

"Tapi mobil boks itu milik kamu kan?" tanya Herman.

"Iya itu milik saya," jawab Parjo. "Tapi saya tidak pernah melakukannya. Saya tidak tahu apa-apa!"

Herman melotot. "Kenapa kamu terus berbohong? Kamu pikir kami akan percaya begitu saja? Semua bukti sudah jelas kalau kamu yang menabrak saudara ini. Katakan apa tujuan kamu!" desak Herman.

"Bukan saya, saya tidak bohong!"

Dave dan Mike saling bertatapan.

"Kalau begitu siapa yang menyuruh Bapak?" kali ini Mike yang bertanya.

"Menyuruh? Tidak ada yang menyuruh wong saya tidak pernah menabrak orang." Parjo bersikukuh.

"Coba Bapak ingat-ingat lagi siapa tahu ada yang meminjam atau mungkin menyewa mobil Bapak?" Dave bertanya.

Parjo terdiam. Berpikir. Mengaduk-aduk ingatannya, menebak berbagai kemungkinan. Dave, Mike, dan Herman menunggu tak sabar.

"Apa mungkin waktu saya pergi ke Solo?" ucap Parjo seperti bicara pada dirinya sendiri. "Waktu itu saya pergi ke Solo tiga hari sama istri saya, mobil boks saya tinggal di rumah. Saya ndak tahu apa ada yang make atau minjem. Mungkin bapak-bapak bisa tanya sama anak saya."

"Kapan Bapak pergi ke Solo?" tanya Mike cepat.

Parjo menyebutkan tanggal kepergiannya ke kota itu. Persis di waktu kejadian. Herman tak menunggu lama, ia melepas borgol Parjo dan meminta bertemu dengan anaknya. Dave dan Mike ikut bersama mereka.

*

Andy masuk ke kamarnya dan mendapati Christ berada di kasurnya. Adiknya itu menatapnya cemberut. Andy melepas jaket dan menaruh tasnya di atas kursi.

"Jangan bilang Koko abis dari rumah si dokter itu?" kata Christ dengan wajah masam.

Andy tak menjawab. Hanya mengangkat bahu.

"Jangan bilang Koko mulai jatuh cinta sama si dokter itu?"

Andy berbalik dan menatap adiknya. "Kalau iya kenapa?"

"Kokooo..." Christ merajuk manja. Ia melempar bantal ke arah Andy.

Andy tertawa. Ia melompat ke kasur dan memeluk adiknya. "Nggak Sayang, koko nggak cinta sama si dokter itu. Cuma kamu yang koko cinta." Andy mencium mesra Christ.

Christ melepas ciuman Andy. "Pokoknya aku nggak mau kehilangan Koko, aku sayang banget sama Koko karena Koko calon suami aku."

Andy mendekap Christ. "Iya istriku sayang, Koko janji nggak bakal jatuh cinta sama cowok lain."

Christ mencium bibir Andy. Lama dan menggairahkan. Lantas keduanya larut dalam kemesraan. Bercinta layaknya pasangan suami istri.

Di meja, ponsel Andy menyala.

Telepon dari Dave.

***BERSAMBUNG***

The Doctor CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang