Sehun berjalan lesu menyusuri koridor sekolah. Sedari tadi banyak orang yang berlarian, bahkan beberapa ada yang menabraknya.
"Hei!" Teriak Sehun kepada salah seorang siswa yang menabraknya. Siswa itu –Do Kyungsoo, menatapnya dengan mata bulatnya. Seperti seekor penguin, batin Sehun.
"Maafkan aku, Oh Sehun. Tadi Pak Choi baru saja memberitahukan bahwa kita akan mengadakan upacara perpisahan untuk Byun Baekhyun di Aula. Apakah kau sudah tahu beritanya?" Jelas Kyungsoo dengan hati-hati. Sehun membulatkan matanya. Oh, ternyata mereka peduli dengan Baekhyun.
"A-aku mengerti, Sehun. Aku turut berduka cita." Kata Kyungsoo sambil meringis. Ia menundukkan kepalanya sedikit, lalu berlari menuju ruang aula.
Sehun menyandarkan badannya ke dinding, sambil mengusap wajahnya. Bagaimana kalau satu sekolah tahu bahwa ia yang sudah membunuh Baekhyun?
"Oh Sehun! Aku sudah menelponmu berkali-kali!" Seru Tao. Luhan berlari tergopoh-gopoh menuju dirinya.
"Sehun, apa kau tidak apa-apa? Maaf, aku tidak memberitahukan ini kepadamu kemarin. Kau teman terdekat Baekhyun, aku tidak ingin membuatmu stress." Kata Luhan. Wajahnya terlihat khawatir –typical Luhan.
Sehun tersenyum kepada temannya itu, lalu menepuk sedikit pundaknya. "Aku tidak apa-apa, Lu." Katanya.
"Tolong maafkan ucapan Baekhyun saat di mall kemarin, Sehun! Semoga kau tidak mempersulit teman kita itu untuk pergi ke surga." Lanjut Luhan, sambil menggenggam tangan Sehun.
Sehun tertunduk lesu. Sebenarnya ia tidak malu untuk mengakui kalau dirinya itu gay, tetapi ia tidak suka cara Baekhyun membeberkan rahasinya itu. Ia bahkan masih dalam tahap menyiapkan mentalnya untuk came out. Sebagai seorang penyuka sesama jenis seharusnya Baekhyun bisa mengerti, bukannya malah membuat harga diri Sehun jatuh seperti itu.
*
"Kemarin, kita baru saja kehilangan salah satu saudara kita. Dari catatan yang ditinggalkannya, kita bisa memetik pelajaran bahwa kebahagiaan materiil tidak akan menjamin apakah seseorang bahagia atau tidak. Hal yang terpenting adalah bahwa kita harus belajar untuk mencintai kehidupan kita, mencintai diri kita sendiri, maka dari itu kita akan dengan mudah menerima cinta dari orang lain. Baekhyun adalah siswa populer yang memiliki banyak orang-orang yang mencintainya, tetapi sayangnya ia tidak pernah benar-benar merasakan cinta yang tulus itu dari orang-orang." Pidato Pak Siwon Choi, kepala sekolah.
Sehun mendengarnya dengan bosan. Ia baru saja akan memejamkan matanya ketika seseorang menyolek pipinya, lalu berbisik, "Mulai bosan?"
Sehun mendongakkan kepalanya. Ia melihat wajah tampan Park Chanyeol yang tersenyum manis kepalanya.
"Hyung! Bukankah tadi Luhan berada disini?" Tanya Sehun, bingung. Chanyeol terkekeh, lalu ia menarik tangan Sehun, membawanya menjauh dari aula. Chanyeol menabrakkan tubuh Sehun ke dinding, lalu mencium bibirnya dengan nafsu.
"Aku merindukanmu. Semalam aku tidak bisa tidur karena terus memikirkanmu." Bisik Chanyeol. Sehun memalingkan wajahnya, lalu mendorong tubuh Chanyeol menjauh.
"Pergilah, Hyung, jangan ganggu aku." Bisik Sehun. Pipinya memerah dan matanya mulai berkaca-kaca.
"Bagaimana kalau kita membolos hari ini, hm? Kau tidak terlihat baik-baik saja, sayang." Kata Chanyeol sambil mengelus lembut pipi Sehun.
"Maka dari itu aku memintamu untuk menjauh, Hyung!" Seru Sehun dengan nada tinggi. Ia mengusap airmata yang mulai membasahi matanya itu.
"Aku ingin menjernihkan pikiranku. Melihatmu selalu saja mengingatkanku tentang kejadian pagi itu." Bisik Sehun. Chanyeol menatap tajam mata Sehun, sambil menyalurkan emosinya kepada kepalan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feathers (A Chanhun Fanfiction) (Completed)
FanfictionBukankah menyenangkan jika kita bisa melihat tubuh orang-orang menyebalkan itu terbang bagaikan bulu yang dihempas angin? -PCY Remake dari film Heathers (1988)