Luhan menutup pintu rumahnya dengan pelan, sepelan mungkin hingga tidak menghasilkan suara apapun. Tetapi memang pada dasarnya ia sudah masuk ke kandang iblis, apapun yang dilakukannya —baik dalam hening sekalipun, dapat didengar dan dilihat oleh pria yang disebut Ayah itu dengan baik.
"Sayangku, kau sudah pulang? Aku menunggumu sepanjang hari. Mengapa kau selalu saja pulang selarut ini, hm? Kau tidak berpikiran untuk kabur dariku, bukan?" Kata iblis dalam tubuh Ayahnya itu. Bukan, itu memang Ayahnya.
Luhan meremas ujung kaosnya, ia takut, tetapi pasrah dengan apapun yang akan dilakukan pria didepannya itu.
"Kau terlihat takut, apa yang harus kau takutkan, sayang? Kemarilah, Ayah akan membuatmu merasa senang. Kita akan bermain!" Kata pria itu dengan seringainya. Ia menyeret Luhan masuk kedalam kamarnya.
*
"Sehun." Chanyeol meletakkan susu vanilla kesukaan Sehun didepan bocah yang kini sedang asik dalam lamunannya sendiri itu.
"Sayang." Panggil Chanyeol sekali lagi. Ia duduk diseberang Sehun, masih memperhatikan kekasihnya itu dengan tatapan bertanya-tanya.
"Sayang!" Chanyeol memanggil dengan suara yang lebih keras. Sontak Sehun tersadar, terseret kembali ke dunia nyata setelah sekian lamanya ia melamun.
"Sayang, apa yang sedang kau pikirkan, hm?" Tanya Chanyeol lembut. Sehun menggelengkan kepalanya, lalu ia mengusak rambutnya sendiri.
"Aku tiba-tiba teringat Luhan, Hyung." Kata Sehun. Ia menundukkan kepalanya, sesuatu tentang Luhan selalu saja membuatnya bersedih.
"Luhan? Ada apa dengannya?" Tanya Chanyeol sambil menyendok nasi goreng ayamnya. Sehun ikut memakan nasi gorengnya. Ia kagum dengan rasa nasi goreng yang sempurna itu, Chanyeolnya memang seorang koki yang handal.
"Ayahnya adalah seorang rapist*, Hyung. Walaupun sudah pernah keluar dari penjara, ia bahkan tidak pernah kapok untuk melecehkan Luhan, anaknya sendiri." Jelas Sehun. Chanyeol meletakkan sendoknya, kini ia tampak berpikir.
"Biarkan saja, jangan dipikirkan." Kata Chanyeol kemudian, ia kembali sibuk menyuapkan nasi goreng kedalam mulutnya. Sehun, yang tidak mengerti dengan ucapan Chanyeol, hanya bisa menatap pria itu dengan tatapan bertanya-tanyanya.
"Biarkan dia mengatasi masalah itu sendiri, kau tidak perlu ikut campur dalam urusan seperti itu. Akan ada waktu dimana ia membutuhkan bantuanmu nanti. Sampai saat itu, biarkan dia mengurusnya sendiri. Kau mengerti, sayang? Stay out of other people's business, okay?" Jelas Chanyeol serius. Sehun menundukkan kepalanya, lalu ia mengangguk lemah. Chanyeol benar.
"Habiskan makananmu." Ujar Chanyeol kemudian.
*
Dear diary,
Maaf karena aku sudah menelantarkanmu selama beberapa hari. Keadaan sekarang sedikit berbeda, banyak sekali hal tidak terduga yang terjadi belakangan ini. Park Chanyeol selalu membuatku lepas kendali, seakan ucapan yang keluar dari mulutnya mampu menghipnotisku, seakan telingaku hanya ingin mendengarnya. Oh, pagi ini Luhan terlihat sedih, seseorang menuliskan "Little Lu the troublemaker's son" di papan tulis. Sepertinya orang-orang masih ingat dengan berita bahwa Ayah Luhan pernah masuk penjara dulu. Tunggu, kemana perginya Luhan?
Tao tertawa terbahak-bahak ketika Luhan membanting pintu kelas. Ia bersama teman-teman barunya sibuk membicarakan beberapa gosip yang sempat menghilang seputar Ayah Luhan.
"Tao, apa yang kau lakukan? Dan lagi, kemana perginya Luhan?" Bentak Sehun sambil memukul meja dengan keras. Beberapa orang menatap, berbisik, dan menertawakan aksi Sehun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feathers (A Chanhun Fanfiction) (Completed)
FanfictionBukankah menyenangkan jika kita bisa melihat tubuh orang-orang menyebalkan itu terbang bagaikan bulu yang dihempas angin? -PCY Remake dari film Heathers (1988)