Malamnya, setelah menyelesaikan pekerjaan di kantor manejer An Xing , Xi Yang bergegas ke salah satu bangunan yang diminta oleh manejer untuk diperiksa.
Bangunan itu lebih mencolok dari bangunan lainnya. Itu memiliki setidaknya dua kali ukuran bangunan normal yang lain. Dekorasinya juga lebih high class. Di sisi-sisi ruangan terlihat berjajar sketsa dan gambar-gambar yang tampaknya dijepret dari kamera seorang Fotografer amatir. Itu terlihat dari sudut dan pencahayaan hasil jepretan yang kurang matang.
Namun, setidaknya orang ini cukup bersemangat dalam mengambil foto-foto itu melihat banyaknya foto-foto dipajang di dinding meski hasilnya tidak memuaskan bagi yang memandang.
Xi Yang mulai melakukan pengecekan dari lantai bawah sampai lantai dua. Mulai dari ruang tengah, dapur , kamar mandi, ruang tidur dan ruang baca. Sebuah ruang yang terkunci rapat nampaknya tidak memiliki kunci diantara gantungan yang di serahkan oleh Manajer An Xing. Jadi, dia berhenti dan menyerah di bagian ruangan itu.
Bangunan ini tampaknya lebih nyaman jika dibandingkan dengan bangunan lain. Lebih sejuk karena menghadap langsung ke arah waduk. Di timur dan barat terdapat pemandangan indah taman resort.
Jika dipikir-pikir ,setidaknya akan menghabiskan jutaan Yuan untuk membeli bangunan ini. Tanah di Pingdingshan memang tidak terlalu mahal, namun, berbeda ceritanya jika tanah itu telah dikembangkan oleh investor untuk membangun hotel dan kompleks perumahan.
Xi Yang duduk di salah satu kursi di atas beranda lantai dua. Ia merasa nyaman ditempat itu. Udaranya terasa sejuk dan segar. Dalam pikirannya jika Xi Yang kaya, dia akan membeli bangunan itu. Namun, agaknya ia harus bekerja lebih keras di masa depan. Dengan bantuan Restart itu mungkin berhasil.
Beberapa saat kemudian tanpa sadar Xi Yang telah tertidur dibangku santai di beranda lantai dua itu.
Matanya terpejam seolah-olah hendak membuang dan melepas segala kecemasan dan kekecewaannya.
Xi Yang bermimpi dalam tidurnya Chu Yana tertidur manis dan tepat di sampingnya meringkuh Yang Jie. Bahkan itu menjadi menyiksa ke alam tidurnya.
Melepas emosinya Xi Yang mengutuk dan memekik kencang,"Sialan kalian Pengkhianat!!!!"
Ia tersadar dari mimpi sembari nafasnya memburu menahan amarah.
Pekikannya cukup keras hingga salah satu penghuni bangunan di seberang menghidupkan lampu, lalu menatap ke arah beranda.
Xi Yang menundukkan kepalanya menahan rasa malu. Namun, ketika ia berniat menoleh ke samping secara tak terduga sosok siluet hitam telah menatapnya sambil mengambil posisi mengancam dengan semprotan merica.
Sosok itu adalah seorang wanita yang mengenakan pakaian serba hitam, kacamata hitam dan sebuah tas merek Chanel berwarna cream.
Ketika Xi Yang menatap bingung dan polos, semprotan merica itu telah menembakkan cairan pedas yang mengenai matanya.
"Awww ... panas-panas ... panas!!!"
Xi Yang meronta-ronta dan meringis kesakitan seperti ayam yang dipotong.
Tangannya mengusap-usap mata sambil memekik lebih kencang dari babi yang disembelih . Sebuah hantaman mendarat di perutnya sehingga Xi Yang pingsan.
***
Sudut pandang Wanita di beranda
Langkah wanita itu berat setelah perjalanan panjang mulai dari Guangzhou hingga Pingdingshan. Ia bahkan tidak mengistirahatkan kaki-kakinya yang panjang dan lemah itu.
Wanita itu baru tiba dari Guangzhou, setelah mendarat dan mendapat jetlag. Jadi, ketika memasuki resort miliknya buru-buru ke lantai atas untuk segera tidur dan beristirahat. Dua hari lagi dia akan memiliki pekerjaan berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong Jangan Baca Itu
RomanceOriginal Story [Bukan Terjemahan] 18+tahun Copyright @2018 Xi Yang adalah mahasiswa biasa, yang kehidupannya biasa saja. Namun, hidupnya langsung berubah begitu tanpa sengaja memergoki pacarnya berselingkuh dengan sahabatnya. Dengan perasaan hancur...