Pengantin Pengganti

20.3K 454 12
                                    


Oke, selamat membaca dan jangan lupa vote dan komennya.

=======¤¤¤=======

Aku terlalu lelah, bahkan aku kadang tak sanggup menahan sesak didadaku ini. Patah hati, apakah benar seperti ini rasanya. Kalau benar berarti ucapan kak Miko waktu itu menjadi kenyataan.

Mencintai dalam diam. Apa aku salah? Tidak kan? Oke, akan aku terima jika memang Tuhan memberi takdirku begini. Tapi sebagai hambaNya, aku tetap berharap akan ada pelangi setelah badai melanda.

Aku tetap menyebut nama orang yang aku sukai dalam doa ku. Dan tentu saja, aku berharap ada keajaiban sehingga kita bisa disatukan dalam ikatan pernikahan. Karena aku yakin, Engkau Maha Pengabul doa.

Ya Rahman... tunjukkanlah hamba dijalanmu. Bimbing selalu hamba didalam imanMu. Aku akan jatuh tertatih bahkan terseok dan akan terpuruk jika tanpa petunjukMu.

Ya Al Maani... keyakinanku tak akan luntur. Hanya Engkaulah yang Maha Mencegah, cegahlah segala hal yang buruk dalam kehidupanku dan orang orang-orang yang aku sayangi. Beririkan kebahagiaan didunia dan diakhiratMu.

Ya Mujiib... kabulkanlah permintaan hamba untuk bersanding dengan orang yang selalu kusebut setiap malamku. Hanya Engkaulah yang Maha Mengabulkan doa.

Ya Al Haadii... hanya Engkau Yang Maha Pemberi Petunjuk. Maka tunjukkanlah hamba kejalan ridhoMu untuk mendapatkan pendamping yang sholeh dan bisa membimbing hamba ke JannahMu.

🎻🎻🎻

Sejak kabar perjodohan kakak keduanya itu. Gadis ini selalu menyibukkan dengan kegiatan baru, tentu saja untuk mengusir rasa sakit didadanya.

Sekali dalam hidupnya menyukai bahkan bisa dikatakan mencintai seorang laki-laki. Tetapi kenyataan pahit menghampiri. Patah hati, hal yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya. Entahlah, sudah berapa banyak air mata yang jatuh melewati pipinya dan sudah berapa banyak helai tissu yang terpakai untuk menyekanya.

Mungkin keputusan untuk kuliah S2 di Malaysia adalah pilihan yang tepat. Tentu saja untuk menghindari sering bertemunya dengan orang yang membuatnya patah hati.

Ikhlas, sangat mudah diucapkan. Tetapi tampaknya sedikit agak  sulit dijalankan. Hatinya seakan belum bisa menerima takdir Tuhan yang satu ini. Tetapi kehidupannya harus terus berjalan.

Bismillah... hanya itu yang bisa selalu terucap dalam langkahku.
Semoga kamu bahagia dengan perjodohan ini kak. Aku akan selalu mendoakanmu, walau perih di hati ini.

Terimakasih atas semua perhatian dan kasihsayangmu selama ini. Semoga istri mu nanti bisa menjadi istri yang sholehah yang patuh terhadap suami dan Tuhannya.

Fani Hermawan
☕ secangkir kopi.

Tulisan disosial media Fani. Banyak yang bertanya-tanya dengan dirinya. Siapakah laki-laki beruntung itu? Siapa yang bisa meluluhkan hati Fani Hermawan? Banyak pria dewasa mendekatinya, bahkan diluar sana pria-pria itu banyak yang memperebutkannya. Tetapi dengan sesopan mungkin Fani menolaknya. Kekayaan yang mereka miliki tidak bisa menghancurkan tembok pertahanannya.

Irfan Harun, pewaris tunggal dari keluarganya. Kurang apa coba? Pria satu ini yang begitu gigih mendekatinya. Sudah puluhan kali ditolak tetapi semangatnya pantang menyerah.

Dokter Alfahrezi atau yang biasa dipanggil dr Alfa. Dokter ganteng satu ini yang merawat Fani setahun terakhir, setelah dokter sebelumnya dipindah tugaskan. Sejak pertama melihat Fani, dr Alfa sudah menyimpan rasa. Fani hanya cuek dan menganggap biasa, sekedar hubungan antara dokter dan pasien. Tidak lebih.

***

Suasana dirumah dalam beberapa bulan terakhir ini masih penuh kegembiraan. Ya, tentu saja untuk mempersiapkan pernikahan salah satu dari ketiga putra keluarga ini.

Tak bisa dihindari dan harus dijalani dengan kelapangan hati. Gadis ini ikut mempersiapkan walaupun hatinya menangis. Mengingat calon pengantin pria adalah orang yang sudah berhasil mencuri hatinya.

Hari ini banyak teman-teman dari kakaknya maen ke rumah. Fani hanya membantu simbok di dapur, karena Bibi sedang ada keperluan keluar.

"Dek, dicari Deri tuh. Katanya mau ada yang ditanyain masalah desain." Ucap Miko di depan pintu yang menghubungkan dapur dan ruang makan.

"Iya sebentar. Fani bikin minum dulu buat kalian semua." Jawabnya tanpa melihat sang Kakak.

"Aku tunggu disana, ya." Pria itu menjawab dan berlalu untuk bergabung dengan teman-temannya.
Tak berapa lama Fani menyusul dengan Karsih untuk membawa minum dan cemilan.

"Diminum dulu Kak."

"Oya, Mbak Karsih tinggal saja. Nanti pacarnya nunggu kelamaan." Serunya pada ART yang paling muda dirumah itu.

"Tapi Non..."

"Sudah berangkat sana. Nanti aku yang bantuin Simbok." Sahut Fani sebelum Karsih menyelesaikan ucapannya.
"Makasih ya Non." Ucapnya tulus lalu bergegas pergi.

"Jangan lama-lama loh mbak. Tak bilangin Mama nanti mbak suruh cepet-cepet nikah lagi."

"Siap Non!"  Seru Karsih sambil berlari.

Fani melanjutkan membagi minuman yang ada di atas nampan.

"Sudah dapat semua Fani tinggal ya. Mau ambil laptop dulu."

"Makasih ya Dek." Ucap beberapa pria di depannya. Fani hanya menjawab dengan mengajungkan jempol kanannya.

Tak perlu waktu lama gadis itu segera bergabung dengan yang lain. Dan dengan cekatan menjelaskan apa yang sudah menjadi keahliannya. Memang sejak mengambil jurusan arsitek dan kuliah semester 6, gadis ini sudah memperlihatkan memahirannya dalam mendesain sebuah bangunan.

"Okey. Sudah mengerti konsepnya? Kalau sudah, besok pas presentasi semua saya serahkan pada saudara Deri. Fani ada acara full pas hari itu. Pagi diundang siaran disalah satu radio, siangnya mengisi di salah satu SMA swasta di Jakarta Barat."

"Okey. Kita faham. Tapi ngomong-ngomong, kamu ini kenapa akhir-akhir ini banyak kegiatan sih, dek?" Tanya Irfan yang ikut berkumpul hari ini.

"Fani harus kerja keras untuk mewujudkan sebuah impian. Kalau Fani anak kandung dari Papa Hermawan pasti enak nggak kerja udah dapet gaji. Beda sama Fani yang anaknya Bapak. Seumpama Fani ketemu jodoh dalam waktu dekat ini, secara otomatis akan butuh biaya buat pesta kecil-kecilan di kampung. Lagian, Fani juga masih punya adek yang butuh biaya buat meneruskan pendidikan."

"Jujur nih, apa kamu nggak baru menghindari sesuatu?" Tanya Miko sambil menyindir adeknya itu.

"Nggaklah. Emang Fani menghindari apa? Oh iya. Aku baru menghindari biar nggak sering-sering ketemu sama kak Miko." Sahut Fani seadanya.

Tiba-tiba ada yang memanggilnya.

"Dek, temeni aku ke butik Mama. Fitting baju." Suaranya tampa basa-basi.

"Loh. Kalau fitting itu ya kakak sama calon kakak. Kenapa Fani mesti ikut sih?" Balas Fani agak kesal. Sudah dari awal pengukuran Fani yang harus menjalani. Menggantikan calon mempelai perempuan yang selalu saja ada halangan.

"Rini baru ada urusan diluar kota. Terpaksa kamu dek. Badan kalian kan sama, cuma tingginya saja yang beda dikit. Cepetan, sudah ditunggu Mama nih." Ucapnya tanpa beban dan langsung meninggalkan tempat itu.

"Sebenarnya yang mau nikah sama kak Andi itu Fani apa mbak Rini sih?! Kok Fani yang repot diukur sama fitting!" Luapnya kesal.

"10 menit tak tunggu di mobil." Sahut dari dalam rumah.

"Astaga! Sudah minta tolong, maksa lagi!" Gadis itu terlihat kesal sambil membenarkan jilbab instansnya asal.

======¤¤¤=====

Karanganyar, 20 Agustus 2018

Pengantin PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang