Hari ini seperti hari-hari biasanya. Mereka memulai aktifitas dengan sarapan bersama. Sesekali masih ada canda dan tawa terdengar, kadang nada kesal Fani yang mulai dijahili oleh Miko.
"Sayang, hari ini mau kemana?" Tanya sang Mama pada Fani.
"Biasa Ma, hari ini Fani bertemu dengan cowok-cowok ganteng lagi. Sampai bosen Mah, atau malah mereka yang bosen ketemu sama Aku."
"Lo bosen ketemu sama kita-kita dek? Semua karyawan cewek itu pada iri sama kamu loh, dek. Pengen diposisimu sekarang. Sering bertemu sama kita-kita." Protes Miko pada sang adek.
"Haha.. bercanda Kak. Jangan diambil hati." Sahutnya sambil tertawa melihat kakaknya yang kesal.
"Habis itu?" Tanya Mamanya lagi.
"Setelah ketemu mereka, Fani mau kerumah salah satu anak yatim, Ma. 1 bulan yang lalu Bapaknya meninggal dan ibunya sakit. Fani dan temen-temen komunitas mau kesana, silaturahmi." Jawabnya. Fani memang mempunyai komunitas arsitek disekitar Jakarta. Mereka kebanyakan teman Fani satu universitas.
"Ya sudah. Hati-hati ya. Sebenarnya Mama pengen ngajak jalan-jalan. Tapi ya sudahlah, lain waktu saja." Siska merasa menyesal karena akhir-akhir ini terlalu sibuk dengan persiapan pernikahan Andi, sampai lupa kapan jalan bareng sama anak perempuannya ini. Ia juga merasa bahwa Fani mulai menjaga jarak dengannya. Entahlah, mungkin hanya perasaannya saja.
"Maaf ya, Ma. Lain kali Fani akan ajak Mama jalan, deh." Janjinya pada sang Mama.
"Iya sayang." Senyum mengembang darinya. Ia sangat bahagia dengan keberadaan Fani ditengah-tengah keluarganya.
"Kita nggak ditanyain Ma?" Protes Miko yang merasa di anak tirikan.
"Kalian bertiga paling meeting, meeting dan meeting lagi. Emang ada kerjaan lain apa?" Jawab sang Mama yang sudah hafal dengan kegiatan suami dan anak-anaknya. Dan gelak tawa dari semuanya terdengar.
Setelah sarapan mereka segera berangkat ketempat kerja masing-masing. Fani membawa mobil sendiri karena akan pergi setelah ikut meeting. Pertemuan berjalan lancar dan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Setelah makan siang di cafe hotel, Fani segera melajukan mobilnya ketempat yang sudah dijanjikan dengan teman-temannya. Kegiatan ini sudah berjalan selama hampir 2 tahun. Mereka menyisihkan uang yang mereka dapat dari penghasilan yang didapat setiap bulan. Sebagai anak yang terlahir dari golongan menengah kebawah, Fani sudah pernah merasakan berada diposisi mereka. Hidup dengan sangat sederhana. Kegiatan mereka diakhiri dengan menjalankan sholat ashar berjamaah dimasjid terdekat. Selesai melaksanakan kewajibannya ponsel Fani berdering, tanda ada panggilan masuk.
Setelah mengangkat telpon tadi, Fani segera pamit pada teman-temannya menuju kesalah satu rumah sakit besar di Jakarta. Ardi-lah yang menelponnya, mengabarkan jika sang Mama masuk kerumah sakit.
==***==
" Apa! Mama masuk rumah sakit? kenapa? terus gimana keadaannya?" suara kekhawatiran dari seberang. Andi baru saja diberi kabar dengan keadaan sang Mama.Begitu mendengar Siska masuk rumah sakit semua anaknya langsung menuju kesana untuk mengetahui keadaan Mama mereka.
"Ada apa sih kak, kok Mama tiba-tiba sakit? tadi pagi kita kan masih sarapan bareng." suara Fani mulai panik akan kondisi Mamanya itu. Walaupun siska berstatus Mama angkatnya tapi Fani begitu menyanginya.
"Aku juga nggak tau dek, tiba-tiba Mama pingsan usai menerima telpon, entahlah itu dari siapa." Ardi menjelaskan.
Pak Hermawan-sang Papa mulai cemas akan kondisi istrinya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Pengganti
Ngẫu nhiênkelanjutan dari gadis beruntung. perasaan bahagia ketika kita bisa disatukan dengan orang yang kita sukai. walaupun menjadi pengantin pengganti setelah calon dari kakak angkatnya kabur.