Lentera Vyolieta

136 62 150
                                    

Oke, jadi gini.
Aku nulis cerita ini udah lama bgt, dari 2018? Judul awalnya "Lentera". Terus makin lama, makin sering dibaca kok cringe? Akhirnya, aku unpublish, aku revisi dari awal lagi.
Emang aku tuh suka gitu, kalo ngerasa geli sama tulisan sendiri langsung unpublish ✌️
Semoga ini terakhir kalinya aku nge-revisi, wkwk.

Oke, selamat membaca! ❤️
















"Pijar sama Bima di bawah, tuh! Sana turun, samperin."

Lentera menurunkan kakinya dari atas meja, memutar kursinya menghadap sang abang yang sedang berdiri diambang pintu. "Bilang aja gue gak di rumah," ujarnya kembali melanjutkan aktivitasnya yaitu menghayal.

"Telat, udah gue bilang lo lagi di kamar."

Dia tidak bisa berkata apa-apa lagi, hanya menatap abang ketiganya dengan datar. "Gue lagi gak pengen ketemu siapapun."

"Terus gue harus apa?"

"Suruh mereka pulang, gimanapun caranya."

Narel mendengkus geli, dia mengangkat telunjuknya dan menggoyangkannya. "Gue sibuk, banyak tugas. Gak punya waktu buat bohong."

Setelah mengatakannya Narel bergegas meninggalkan kamar Lentera sebelum sang adik mengamuk. "NAREL ANJING!"

Dengan langkah berat Lentera menuruni tangga untuk menemui kedua temannya yang kini sedang berada di ruang tengah bermain game bersama Lucio, abang kedua Lentera.

Mendengar suara langkah rusuh ketiga orang itu menoleh. "Pelan, dong. Kaya lagi dikejar debt kolektor aja," celetuk Bima dengan santainya.

"Lo berdua nggak punya rumah?" Lentera menatap sinis kedua temannya, terutama Bima. "Balik sana!" usirnya ketus. "Ganggu gue mulu perasaan."

Bima menarik sudut bibirnya ke atas. "Dih, si anjing geer banget. Gue sama Pijar ke sini bukan mau ketemu sama lo!"

"Terus ngapain Narel nyuruh gue turun?"

"Lah, mana gue tau?"

Lentera menggeram kesal. Sadar bahwa dia baru saja dikerjai oleh Narel. Abangnya itu benar-benar selalu berhasil membuatnya emosi.

"Napa deh lo seharian ini bawaannya sensian mulu. Datang bulan ya?" Bima mengangkat wajahnya sekilas sebelum kembali menatap layar handphonenya. "Mending tidur aja sono, ngerusak konsentrasi gue aja."

Lucio tertawa kencang. "Kalah mah kalah aja, Bim. Gak usah nyalahin orang," katanya dengan nada mengejek.

"Bim, fokus, dong! Itu musuhnya depan lo!" seru Pijar heboh.

"Gue udah fokus, nyet. Sinyalnya jelek, nih!" Bima bergeser ke arah Lentera sambil mengangkat handphonenya tinggi-tinggi. "Lo belum bayar WiFi ya, Len? Buruan bayar, gue main gamenya jadi lelet tau gak?"

"Dih, gak modal. Beli kuota lah, percuma uang jajan lo banyak." Setelah mengatakan itu, Lentera beranjak dari duduknya. Dia memilih berjalan ke dapur untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan dari dalam kulkas.

Duduk di pantry dapur memang menjadi salah satu hobi Lentera. Dia betah di sini berlama-lama sambil melamun. Selain adem, di sini juga sinyal wifinya kencang. Jangan sampai Bima tau, nanti cowok itu malah ikut-ikutan duduk di dapur.

FRIENDZONE [slow update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang