3. which are actually.

39 37 54
                                    

Cewek berambut panjang yang dikucir satu itu kini memandangi Lentera yang begitu menikmati roti bakarnya. Lentera dan makanan memang tidak bisa dipisahkan.

Ruby menghela nafas lelah, dia menopang pipinya dengan kedua tangan. "Gue kenyang ngelihatin lo makan," gumamnya pelan.

"Ini enak, By. Lo aneh kalo gak suka roti bakar."

Cewek ini mengangkat bahunya menanggapi. Namun, tiba-tiba menggebrak meja karena teringat sesuatu. "Eh, Len. Zea sama Pijar udah jadian?





Uhuk!







"Batuk anjing, kaget gue!" pekik Lentera melihat roti suapan terakhirnya jatuh ke lantai. "Tuh, jatuh, kan!"

"Gak gue kagetin padahal," kata Ruby cengengesan. "Udah lama si Zea gak cerita-cerita sama kita."

Baru saja diomongin, Zea dan Yaya masuk ke dalam kelas membawa jajanan yang dibeli di kantin. Keduanya terlihat serius sekali berbicara.

Lentera mengelap ujung bibirnya kemudian memajukan badannya. "Wajarlah, namanya juga orang lagi kasmaran."

"Apa hubungannya?"















"Ih, parah banget tadi di kantin ada kericuhan!" Yaya menarik bangku di depan Lentera, diikuti Zea di sebelahnya. "Mantan lo, Len. Berantem sama anak IPA 2. Siapa tuh, namanya, Ze?"

"Prabu, temennya Fajri."

Kening Lentera mengernyit kaget, tidak pernah dia melihat Malik bertengkar. Cowok itu baik, tidak pernah berbuat aneh-aneh. "Gara-gara apa?"

"Siapa yang menang?" tanya Ruby. "Kalo si Malik yang menang gue mau bikin tumpengan." Ruby adalah sepupu Malik. Sebagai sepupunya saja dia tidak yakin kalau Malik bisa menang, apalagi ini berantem dengan Prabu. Cowok yang dikenal sebagai pembuat onar dan garang.

Zea berbinar-binar menatap Lentera dan Ruby bergantian. "Malik yang menang!"

"Kok bisa?"

"Karena dilerai sama Fajri. Hehe."

Lentera melengos, memutar bola matanya. "Emangnya ada masalah apa?"

"Gak tau, tapi kayanya karena si Malik gak sengaja nyenggol Prabu. Nah, si Prabu gak terima kuah baksonya tumpah."

"Kuah doang, yaampun. Gue bisa beliin dia bakso sekalian gerobak-gerobaknya!"

"Sabar … sabar," ujar Yaya mengusap bahu Lentera. "Udah, balikan aja, gih."


































🏮

























(Ghibah)

Pijar Radmilo:
Jadi pulang bareng Malik, Len?

Sakya Abipraya:
Lah, gue pikir bercanda
mw kmn sie?

Bima Satria:
Ditunggu from this to this nya.
xixi,,,gx sbar nnggu traktiran.

Lentera Vyolieta:
Jadiii, A. Ini lagi nunggu dia di parkiran.

Typing lo berdua jelek kek jamet 👎








"Lama, ya, nunggunya?"

Lentera mengangkat wajahnya, sebelah alisnya terangkat begitu melihat sudut bibir Malik terluka dan tulang pipinya membiru. "Lo berantem?"

"Hah?" Jari Malik terangkat meraba lukanya. Dia meringis pelan. "Iya, tadi siang di kantin."

"Gak usah sok jagoan." ketus Lentera menarik helm dari tangan Malik. "Mampir dulu ke apotek."

FRIENDZONE [slow update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang