6. BELENGGU KASIH SAYANG

29 1 1
                                    


Kini, sudah hampir sebulan Hayati dan Hafis di rumah itu. Hampir setiap hari Pak Etek mereka selalu mampir. Menanyakan keadaan mereka, menanyakan sekolah Hafis, juga meninggalkan sejumlah uang. Hayati merasa sangat heran. Mengapa Pak Eteknya memperlakukan mereka dengan sangat istimewa? Perlakuan Pak Eteknya pada mereka, persis perlakuan prajurit dan dayang-dayang istana pada seorang raja.

Satu hal lagi, Pak Eteknya tak pernah mau mengajak mereka ke rumahnya, dengan satu alasan yang membuat Hayati bingung, etek mereka katanya tidak menyukai Hayati dan Hafis. Berjumpa saja belum pernah, lalu mengapa dia sudah tidak disukai? Lalu bagaimana dengan sepupu-sepupunya? Berapa orangkah anak Pak Eteknya? Setiap Hayati bertanya tentang keluarganya, Pak Eteknya kelihatan sangat tidak senang dan selalu mengalihkan pembicaraan.

Tapi bagaimanapun baiknya perlakuan sang Pak Etek pada mereka, tetap saja semua ada dalam kendali Pak Eteknya. Mereka tak lebih bagaikan seorang tahanan. Hayati dan Hafis sama sekali tidak diberi kebebasan. Mereka keluar masuk rumah sesuai dengan aturan Pak Eteknya. Jika mau keluar, harus bersama Pak Etekya. Begitu juga Hafis, hanya sekolah dan rumahlah tempat dia bolak-balik setiap hari. Tak boleh kemana-mana setelah pulang sekolah. Dibanding Hafis, Hayati jauh lebih tersiksa, karena sama sekali tidak boleh melihat dunia di luar sana, hidupnya terkungkung dalam penjara bernama rumah Pak Eteknya.

Semua itu mengakibatkan Hayati hanya tahu kota Medan sebatas rumah saja. Tempat-tempat yang ia lihat ketika perjalanan dari Belawan sampai ia berjumpa dengan Pak Eteknya, tidak bisa ia kunjungi. Ada keinginan untuk ke sana, tapi Pak Eteknya selalu tidak mengizinkan. Hayatipun sungkan untuk minta izin kembali, karena fasilitas yang ia dapatkan. Pak Eteknya sudah terlalu baik telah menyekolahkan Hafis dan memberikan semua yang mereka butuhkan.

Hayati merasa tempat tinggalnya sekarang tak ubahnya bagai penjara. Penjara kelas satu, dimana semua fasilitas yang diinginkan telah tersedia. Penjara yang dipenuhi oleh cinta. Cinta Pak Etek Sabri padanya dan Hafis. Mungkin beginilah cara Pak Etek mencintai mereka.

Tapi Hayati tak mau begini terus, bukan dia tak suka. Hanya saja kebaikan Pak Eteknya terlalu berlebihan. Atau apakah mungkin ini untuk menebus kesalahannya, karena selama ini tak pernah pulang kampung menengok mereka? Entahlah.

Hayati ingat emaknya. Mak, apakah Pak Etek Sabri memang berhati sebaik ini?

***

Sebuah sedan tampak meluncur membelah Jalan Gatot Subroto yang ramai. Begitu membelok memasuki jalan Iskandar Muda, sang sopir melambatkan laju lari mobilnya. Lalu sedan itu membelok ke kiri, masuk ke pelataran parkir Rumah Makan Salero Bundo.

Pintu sedan terbuka, seorang wanita muda dengan penampilan sangat modis keluar. Dia memakai baju kaos ketat berwarna merah, dipadu dengan celana jins biru. Begitu turun dia langsung memakai kaca mata hitamnya. Lalu melangkah masuk ke dalam rumah makan mewah itu.

"Selamat siang, Non. Kemana saja, kok sudah jarang kelihatan?" seorang satpam menyapanya di pintu masuk, sepertinya dia sudah sangat kenal dengan wanita itu.

"Pak Gunawan ada?" tanyanya, sedikitpun tak menghiraukan pertanyaan itu.

"Ada Non, baru saja sampai."

Wanita itu langsung masuk ke dalam restoran. Beberapa pengunjung yang sedang makan memperhatikan wanita itu, tapi dia tak peduli, malah semakin melenggak-lenggokan tubuhnya bak peragawati yang tengah berjalan di atas catwalk. Wanita itu terus naik ke lantai atas. Ketika akan menaiki tangga, dia melepas kaca mata hitamnya, mungkin takut sepatu tumit tingginya salah langkah sewaktu menginjak anak tangga.

Begitu sampai di atas, tanpa mengetuk pintu –apalagi mengucapkan salam- dia langsung masuk ke sebuah ruangan. Seorang lelaki gemuk yang sedang asyik membaca surat kabar terbitan hari itu langsung menoleh dan tersenyum lebar begitu tahu siapa yang datang. Dia bangkit dari duduknya, menyongsong wanita itu. Sesaat mereka berpelukan, dan sebelum mereka duduk, lelaki itu masih sempat mendaratkan sebuah ciuman di pipi kiri dan kanan wanita itu, tapi sambutan wanita itu sangat dingin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DALAM PENJARA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang