Sudah tiga jam Vani menangis.
"Sudahlah, Van! mau sampai kapan kamu menangisi laki-laki breng*ek itu?" aku mengusap kepala sahabatku itu dengan lembut. Vani tidak menggubris. Dia masih saja menangis meski tak sekeras tadi.
Aku menghela napas. Ini semua tidak akan terjadi jika saja Vani mau mendengarkanku.
"Van ... masih banyak pri-"
"Diam kamu, Mel! Kamu itu tidak tahu bagaimana rasanya. Aku ... aku ... rasanya ingin mati saja." Aku terdiam. Kembali menghela napas. Aku mengambil gunting di meja belajar Vani dan dengan gerakan cepat aku menusukkan gunting itu ke dada Vani.
Vani berteriak kencang. Wajahnya terlihat sangat kesakitan. Dia mengumpat dan memakiku. Aku tak mempedulikannya. Aku tetap menusuk-nusuk Vani. Saat dia telah sekarat dia memohon padaku untuk membiarkannya hidup.
Akupun berkata santai. "Tadi katanya kamu ingin mati saja. Bagaimana sih! serba salah kan aku."
#njir cerita macam apa ini 😫
Sorry banget kalo nggak memuaskan. Makasih buat yang mau baca 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku
HorrorSemua hal yang kualami. Hal yang kutakuti dan hal yang kusukai. Semua yang menurutmu tak masuk akal. Semua itu berasal dariku. Kumpulan cerita dengan sudut pandang AKU.