Second Meet

1.7K 176 7
                                    

Sorry for typo(s)




Sinar matahari menerobos masuk ke subuah jendela di Apartemen mahal milik Jimin. Orang yang sedang tertidur dengan tenang itu pun merasa terusik dan mulai membuka matanya perlahan, lalu mengerjap untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya dan menatap langit-langit kamarnya sebentar untuk mengumpulkan roh-nya, kebiasaannya. Ia sungguh terlihat imut dengan mata sayu khas bangun tidur dan surai orange yang berantakan.

Jimin pun menyibak selimutnya dan bangkit dari tempat tidurnya yang berukiran king size itu lalu menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Lima belas menit kemudian Jimin keluar dengan menggunakan bathrobe berwarna putih yang menempel pada tubuhnya dan sebuah handuk kecil berwarna sama terletak di kepalanya. Ia mengeringkan rambutnya yang masih agak basah dengan handuk putih itu.

Jimin berjalan ke arah ia menyimpan buku-buku kuliahnya. Ia mengambil sebuah agenda yang berisikan jadwal kelasnya. Ia pun membuka agenda itu dan melihat kelasnya di mulai jam berapa, dan ternyata kelasnya dimulai siang hari. Jimin meletakkan kembali agenda itu lalu berjalan ke arah lemari pakaian yang ada di sebelahnya. Ia mengambil kemeja berwarna hitam lengan pendek dan jenas yang robek di bagian lututnya. Ia memakai sepatu ketsnya yang berwarna putih lalu mengambil ranselnya, tak lupa ia juga membawa kunci mobil sport kesayangannya yang ia beri nama 'Aldora'.

Jangan kaget, Jimin memang anak orang kaya. Sangat kaya malahan. Keluarganya memiliki perusahaan besar, Ibunya — Park Sora adalah seorang disigner ternama yang mempunyai butik hampir di seluruh dunia dan Ayah Jimin — Park Jungsoo adalah seorang dokter yang sangat terkenal di Kanada malahan Ayah Jimin punya rumah sakit sendiri di Kanada. Jadi wajar saja kalau Jimin hidup mewah.

Jimin pun mengendarai mobil sportnya yang berwarna merah itu dengan santai menembus jalanan kota Seoul yang tidak terlalu ramai. Tidak ... Tidak dia bukan mau ke kampus tapi dia mau ke café yang dikelola oleh kakak sepupunya, Kim Namjoon.

Ia pun sampai dan memarkirkan mobilnya dengan cepat. Hey meskipun Jimin terlihat imut — ehem — tapi ia adalah pengandara yang handal.

Jimin mengarahkan kakinya ke arah café yang cukup besar itu. Saat Jimin membuka pintu café maka akan terdengar suara lonceng dan sambutan selamat datang yang khas akan terdengar.

Jimin pun masuk dan berjalan ke arah sebuah meja didekat jendela yang besar. Jimin mendudukkan butt-nya di salah satu kursi. Jimin pun melepas ranselnya dan mengeluarkan headphone berwarna biru tua yang sempat ia bawa. Belum sampai ia memakai headphonenya, seseorang menginstrupsi kegiatan Jimin.

"Anda ingin memesan apa, Tuan?" tanya orang itu yang Jimin kira adalah seorang pelayan.

"Emm ... Aku pesan satu tiramisu cake dan satu milk shake cokelat." kata Jimin lalu menatap wajah pelayan itu. Saat pelayan itu ingin pergi Jimin baru sadar bahwa itu bukan pelayan, tapi itu 'Hyung Tiang Listriknya'.

"Yah! Namjoon Hyung! Kemari kau!" Teriak Jimin pada orang itu. Orang itu pun berbalik menatap Jimin sambil tersenyum.

"Eoh? Baru sadar rupanya hahaha kau jadi pelupa sekarang, Park." ya, dan ternyata benar itu adalah Namjoon.

"Aku bukan lupa, tapi wajahmu saja yang berubah."

"Berubah? Maksudmu berubah semakin tampan begitu?" Tanya Namjoon sambil menaik turunkan alis tebalnya.

"Ugh.. Rasanya aku ingin muntah ketika kau berbicara seperti itu." kata Jimin lalu mereka berdua tertawa.

"Biar ku ambilkan pesananmu dulu Jim, aku tahu kau pasti lapar. Kau kan tidak bisa masak sendiri makanya datang kemari untuk sarapan iya kan?" goda Namjoon.

The Real Psychopath [YoonMin Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang