rencana ke nepal

1.1K 32 9
                                    

Dua bulan kemudian bi inah sembuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua bulan kemudian bi inah sembuh.
Tetapi bukannya pulng ke rumahnya, bi inah malah pulang kampung. Hal yang paling ditakutkan lea.

"lalu, siapakah nantinya yg akan menjagaku."batin lea

Tidak ada hujan tidak ada panas. Entah mengapa tiba tiba saja, papa lea pulang. Tumben sekali papa lea pulang tanpa memberi tahu.

Hati senang bercampur heran, itu gambaran hati lea saat ini.

Lea pov

Beberapa kalimat dilontarkan papa untukku. Nasehat-nasehat yg membelai hatiku. Aku masih sempat bingung. Papa menasehatiku tentang masa depanku nanti. Padahal sekarang aku masih sma. Papa menyuruhku untuk nanti aku agar kuliah di nepal.

Jantungku terasa terpotong. Bukan apa apa. Namun dibenakku tiba tiba ada rasa kecewa berat sekaligus sedih. Entah apa penyebabnya.

Author pov

Malam yang sunyi. Seorang remaja tinggal di sebuah rumah mewah, merupakan ujian. Bukan sebuah kesenangan bagi lea. Ujian bagaimna seorang remja gadis hidup sendirian padahl dia punya segalanya. Apa yang kurang dari lea. Wajah cantik, harta, sudah ia miliki. Namun satu terpenting. Sebuah kasih sayang jauh terpendam bumi sejah dahulu. Lea berusaha menggalinya, namun apa daya. Sebuah kasih sayang tidak muncul sedikitpun di kehidupannya.

Kring... Kring... (telpon lea berbunyi)
Halo?
Siti, ada apa?
"kamu lagi sibuk gk"(kata siti)
Tidak, kok
"gini lea, tadi putra telpon aku. Kata dia dia ingin bertemu kamu. Tp dia gk berani ngomong sama kamu. Kata dia kamu jutek. Hehe","kata siti
"ah masak..kamu becanda kan? "balas lea
"enggak, aku beneran. Kalo gk percaya, telpon aja putra."saran siti.
"oke, makasih ya infonya, assalamulaikum.. "tutup lea
"waalaikumsalam"salam siti.

Lea pov

Begitu mendengar info dari siti, aku langsung kaget. Aku penasaran apakah betul yang dikatakan siti. Daripada aku penasaran gk jelas, mending aku telpon aja si putra. Enggak ah, males nelfon. Masal malem malem nelpon laki laki.
Besok aja aku tanya langsung.

Esok pagi

Author pov
Matahari terbit, lea segera beranjak dari tempat tidurnya. Berlari menuju teras lalu langsung berangkat sekolah. Berharap mendapat hari yang beruntung.
Sesampainya di sekolah lea langsung masuk kelas. Menaru tas pink nya. Lalu beranjak keluar kelas. Satu yang sedak ada dibenaknya. Masalah satu tadi malem yang tidak bisa ia lupakan.

Satu persatu lorong kelas ia lewati hanya untuk mencari putra. Karena begitu sibuknya sang ketua osis itu, susah sekali hanya untuk bertemu dengannya saja.

Di kursi depan lab fisika, terlihat putra bersama angel. Sepertinya sedang bercakap seru. Memang sudah kebisaan jika disitu ad putra pasti ada juga si angel.

Lea pov

Itu dia si putra. Entah gimana perasaan ku ini. Perasaanku mengatakan sedih jika melihat mereka berdua bersama terus. Namun itu sudah biasa. Yasudah lah, gak penting mikirin mereka yg terpenting sekarang adalah permaslahn kemarin malam. Dengan langkah penuh mantap sambil menggegam tangannya yang sekarang sudah mulai dingin, aku menghampiri mereka.

Author pov
"Assalamualaikum",salam lea
"waalaikum salam",jawab putra n angel.
"kamu ngapain kesini, lea? ",tnya putra
"oh aku disini cuma mau tanya sama kamu. Kata siti, kemarin kamu pengen ketemu aku ya? ",jelas lea
"ihh kepedean banget sih lu, putra kan ketua osis pasti dia sering ketemu yang lain juga kan? ",cetus angel
"udah angel, memng bener kok aku emang mau ketemu lea, "kata si putra yang tak sengaja memotong pembicaraan angel.

Setelah perdebatan dengan angel selesai, putra dan lea berjalan bersama tanpa angel.

Lea pov

Langkah tegap dengan jantung sedikit berdebar itulah yang kurasakan sekarang. Aku bingung ada apa dengan diriku ini. Baru kali ini aku jalan dengan leleki. Langkah kaki kita berdua memecah keheningan lorong sekolah.

Author pov

Serambi jalan, tidak ada yang memulai pembicaraan. Mereka sibuk dengan pikiran masing- masing. Saat hening itu, suara handphone putra berbunyi. Tanpa memberi penjelasan apapun kepada lea, putra langsung pergi meninggalkannya.

Lea pov
Kenapa putra terburu buru, siapa yg menelfonnya. Kenapa aku jadi sedih jika putra pergi. "Ah lupain lea, kmu mlah mikir aneh²," dalam hati lea sembari mencubiti tangannya sendiri.

-------------------------------------------------

Seharian lea memikirkan putra, lea baru kali. "Pemuda dengan paras tampan, termasuk orang penting di sekolah apakah cocok denganku?" tanya batin lea.

Tok tok!...(suara pintu utama)
Glek'_
"eh bi inah, apa kabar bi. Aku kangen sama bi inah." ekspresi lea sambil memeluk bi inah. Tak sedikit ia sambil meneteskan air mata.

"akhirnya bi inah kembali lagi kesini, aku kangen bii.., " ucap lea sembari mengusap air mata yang tak kuasa ia bendung lagi.

"bi inah jangan pergi lagi ya bi, ku kesepian bi," ucap lea lagi

"iya nak lea, bi inah akan tetap disini sama-sama dengan nak lea, "balasan manis bi inah yang tak jarang menetaskan air mata.

^^^^^

Pemuda bernama putra termenung. Matanya menatap lurus pada sebuah pigura foto di kamarnya. Sambil membayangkan seseorang. Seorang gadis berumur enam belas tahun itu. Lea orangnya. Foto yang diambilnya semasa kemah waktu kelas 10, masih disimpanya hingga sekarang.

Ternyata, gadis remaja sederhana itu mendapat tempat khusus dihati lelaki penting itu. Waktu itu, putra pertama kalinya mendaratkan pandanggannya ke mata jernih lea. Tanpa ia sadari ia menaruh harapan di lea.

Mengetahui lea lulus dengan nilai yang sempurna dan tak sebanding dengan nilainya, ia mulai sedikit sedih. Bukan karena ia iri dengan pencapaian lea. Karena ia khawatir, karena beberapa waktu lalu lea sempat memberi tahu kepadanya bahwa jika nilai nya bagus, ia akan kuliah di nepal.

Remaja gadis yang berhasil menakhlukkan hati putra itu juga membenarkan kabarnya yang akan segera berangkat ke nepal.

Sembari memandangi sebuah brosur sebuah universitas di nepal, lea mulai bimbang. Karena permintaan papanya, apa daya yang bisa ia lakukan. Yang semula ia mantap dengan keputusan sang ayah, namun sekarang ia malah bimbang. Padahal fasilitas di universitas itu cukup baik. Apalagi yang kurang. Sudah diujung tanduk jika ia harus mengatakan yg sebenarnya pada ayahnya apa yg ia rasakan saat ini.

Sementara itu putra yang terus memikirkan lea. Putra termasuk dari ribuan lelaki di dunia ini yang takut akan sesuatu yang seharusnya tidak ia takutkan.

Pesawat selalu membuat tulang tulangnya terasa dilolosi. Memikirkan gadis yang menyita perasaannya menjadi satu dari seratus atau dua ratus lebih penumpang yang mengangkasa, benar- benar membuatnya resah. Meski hal ini tak diceritakannya kepada siapa pun

Mereka begitu berbeda.
Dia dengan tas hitamnya. Lea dengan tas ransel yang membawanya sukses hingga saat ini. Dari angel, dia tau gadis itu akan pergi melanjutkan studynya di nepal. Kabar yang membuat jantungnya kali ini terasa tak ditempat.

Adakah yang bisa dilakukannya untuk membuat lea menetap di indonesia. Putra selalu diliputi kekhawatiran selama keputusan study lea yang masih menggantung bebas.

------------------------------------------------
Penasaran?
Kalo iya comment ya, harapan kalian gimana tentang kelanjutan cerita ini.
Ditunggu juga vote nya.

Part selanjutnya bakalan lebih seru dech😉😉😉

DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang