Chapter 5

27 4 0
                                    

Aku tidak pernah tau kebahagiaan sesungguhnya sampai ketika aku mendapatkan cintamu...


...{ Ihsan Fadhil }...


------------------------------
---------------
-----


"Jadi, apa yang terjadi disini tadi?" tanya Ardi.

Ihsan berdiri dan membersihkan telapak tangannya yang sedikit kotor.

"Hm, lebih baik lo nggk usah tau. Nanti lo baper, kan lo jomblo." ujar Ihsan sambil terkekeh pelan. Ia berjalan mendahului Ardi sambil menepuk-nepuk bahu sahabatnya itu yang masih berdiri dalam diam dan berkata,

"Sabar ya, jomblo!"

Ardi mendengus kesal lalu berbalik, menatap punggung Ihsan yang sudah mulai menjauh.

"Gaya lo, jomblo!" seru Ardi kesal. "Lagi pula, apa hubungannya kejadian jongkok tadi sama jomblo? Dasar jomblo!"

--------------------
----------

"Humaira, nanti pulang sekolah bareng aku, ya." ujar Ihsan.

Saat ini mereka tengah berada di dalam kelas, dengan pak Firman sebagai guru mata pelajaran matematika. Jika bukan karena sang guru muda itu memiliki wajah tampan, bisa di pastikan kelas hanya berisikan beberapa murid yang memang suka atau hanya ingin tau.

Berbeda dengan pandangan gadis tomboy yang tidak peduli apakah guru yang mengajar masih muda, sudah tua, tampan, jelek, tinggi ataupun pendek, yang jelas tujuannya ke sekolah adalah untuk belajar giat, sesuai dengan janjinya pada ayah dan bundanya.

Dan detik ini ia mengalihkan pandangan dari pak Firman hanya untuk menatap Ihsan, lelaki tampan yang sangat tinggi. Dalam hal kepercayaan diri, tentunya.

Tatapan datar Tasya pada Ihsan yang ada di depannya yang malah di balas oleh senyuman lebarnya yang khas.

Inilah yang membuat hati Tasya seperti di tumbuhi bunga bunga yang entah berapa jumlahnya.

"Gimana? Mau, kan?" tanya Ihsan berbisik.

Tasya mengerjap, kesadarannya akan lamunan yang tak penting akhirnya kembali. "Hh--"

"Ehem. Tidak ada yang boleh ngobrol saat bapak mengajar. Sekalipun dia adalah ketua kelas atau wakilnya." seru pak Firman yang sontak membuat dua orang, Tidak!!! Satu orang yang duduk di tengah-tengah kelas menoleh ke arah sang guru dengan tatapan memelas, minta maaf.

"Gue harap nggak ada hukuman lagi karena hal ini." gumam Tasya dalam hati.

Ia melihat Ihsan yang tampak, tenang-tenang saja? Dasar sok keren. Huh!!!

Tasya menghela nafas lalu kembali menatap Ihsan yang masih mencuri pandang padanya. "Hm."

Tasya bisa melihat dengan jelas senyum manis Ihsan walaupun ia hanya melihatnya dari sisi samping wajah.

"Modus." gumam Ardi kepada Ihsan namun pandangannya tak beralih dari papan tulis.

Namun Ihsan hanya diam, bahkan ia menanggapinya dengan senyuman penuh optimis.

"Dasar, jomblo. Bisanya iri doang." balas Ihsan dengan gumaman disertai lirikan mengejek.

Dalam hati, Ardi ingin sekali menjahit mulut Ihsan yang super berisik dengan ocehan tak pentingnya. Bahkan sekarang ia sudah mengepalkan tangannya, kesal.

Humaira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang