03 - Dua Sisi yang berbeda

10.6K 341 13
                                    

Halo, untuk kalian yang ingin memesan cerita ini versi Novel, silahkan kunjungi salinelpublisher ! 

cerita ini sudah terbit di Salinel dalam bentuk Buku dan e-book! jadi jangan lupa untuk beli novelnya juga ya! terima kasih semuanya!

------

Frega duduk diam di lantai kamar nya, otak nya sedang berpikir keras bagaiamana caranya agar tidak mendapat banyak suara dalam pemilihan Ketua Osis, tetapi perkataan dari pak Sofyan terus berputar-putar di kepala nya membuat Frega mau 'tak mau harus memperkerjakan otak nya lebih dari biasanya.

"Abang! Makan dulu ayo, jangan kelamaan ngerem dikamar nanti gak punya pacar!" Teriak Ibu nya dari luar kamar.

Apa hubungan nya ngerem dikamar sama gak punya pacar?

"Iya bun! Frega pake baju dulu bentar."

Frega melangkah kan kaki nya malas-malasan ke lemari baju nya, mengambil baju lengan panjang berwarna putih lalu memakai nya sambil berjalan keluar kamar agar ibu nya tidak berteriak lagi dan membuat suara Ibu nya itu serak atau kotak suaranya habis, ergm. Abaikan yang itu.

Frega keluar dari kamar nya, saat berada di ruang makan Frega melihat pemandangan yang menyakitkan mata, karena kedua sahabat nya sudah duduk bersama ibu, ayah, dan adik nya di meja makan dengan wajah bahagia dan bersenda gurau, membuat wajah Frega kesal bukan main karena setiap sore hari kedua orang itu selalu berada dirumah nya, ralat. Bukan setiap sore, tetapi hampir setiap hari kedua sahabat nya berada dirumah nya dengan berbagai alasan untuk mendapat makan gratis dari Ibu nya yang terlalu baik, Ayah nya membiarkan saja, dan Adiknya malah senang-senang saja karena bertemu kedua sahabat nya.

"Bang.. Ngapain kamu masih berdiri disana? Kamu gak mau ngasih tau bunda sesuatu?" Mendengar hal itu membuat sebelah alisnya terangkat seolah balik bertanya 'emang gue buat masalah apa?' Frega duduk tepat disebelah adiknya, lalu menatap Ibu nya dengan pandangan penuh tanya dan heran. "Ohh.. jadi kamu mulai rahasia-rahasiaan sama bunda dan ayah sekarang?"

Bentar, apaan si? Gue nyembunyiin apaan? Gue nyolong duit adek gue? atau apaan? Gak mudeng gue.

Frega melihat kedua sahabatnya yang sibuk menahan tawa, adiknya pun melakukan hal yang sama karena melihat raut wajah Frega yang dibuat kebingungan oleh Ibu nya, ia menghela napas panjang. Ia sudah paham arah tujuan dari pembicaraan ini yang tentunya membuat kepala nya terasa sakit. Baru ia ingin membuka suara, Ayah nya sudah mendahului nya. "Jadi, tahun ini kamu menjadi salah satu kandidat Ketua Osis nak?"

Menghela napas panjang dan mengangguk, hanya itu yang bisa Frega lakukan. Satu fakta yang baru ia ingat adalah, Ayah nya bersahabat baik dengan pak Sofyan yang tidak lain tidak bukan adalah Kepala Sekolah di SMA PRADITOR.

"Itu bagus dong, berarti kamu dipercayaiin buat mengarahkan teman-teman kamu buat berprestasi! Walaupun bunda gak percaya sih kamu bisa, tapi kamu harus coba dulu bang!" Mendengar hal itu membuat Gilang, Iqbal, adiknya, dan Ayahnya menatap Frega kasihan karena ucapan super frontal dari Ibu nya sendiri. "Kok kalian diam? Bunda salah ngomong ya?"

"Ehem! Sudah-sudah, lebih baik kita makan sekarang dan membahas hal ini nanti setelah selesai makan. Ayah takut nanti meja makan patah jadi dua dan kita harus keluar uang lagi untuk membeli yang baru."

Iya, gue aja terus yang terpojok kan. Kalian semua yang nyuci gue yang jemur, eh salah. halah bodo amat! Kesel pangeran di pojokin mulu.

****

Heart Like YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang