Saat seseorang sedang mencari setetes air tetapi ia menemukan samudra, inikah yang disebut takdir? Terkadang apa yang kita cari tak bisa diraih, atau mungkin yang kita raih lebih dari yang dicari.
------
"A-aku," Alia tergagap. "A-aku tidak bisa Bibi, aku pergi ke Kashmir bukan untuk menikah."
Dengan berat hati Alia harus mengatakan yang sejujurnya. Meskipun ia tidak memberitahukan alasan yang sebenarnya pada Bibi Farah, tetapi setidaknya ia tak memberikan harapan semu pada Bibi Farah bahwa ia bersedia padahal sebenarnya tidak. Ia tidak mungkin menceritakan masalah yang membuatnya pergi ke Kashmir, dengan mengingat Kahfi itu hanya akan membuatnya terluka.
"Maafkan aku," lirih Alia. Ia merasa dirinya egois, tapi apa boleh buat ia bukan malaikat atau peri dalam dongeng, hanya manusia biasa.
"Aku tahu kau pasti akan mengatakan itu. Kau tidak akan mau bertanggungjawab atas semua kesalahanmu ini!" ujar Bibi Farah sembari melenggang pergi.
"Bibi... bukan seperti itu!" teriak Alia rasanya ia ingin menangisi keadaannya saat ini. "Seperti inikah rasanya dituduh bersalah, sedang kesalahan itu sama sekali tidak kau perbuat!" batin Alia.
"Atas nama Bibi Farah aku minta maaf padamu. Ia hanya kalut memikirkan putrinya, ia tidak bermaksud untuk menyakitimu. Semoga kau mengerti, " ucap Haider sembari memegang kedua telinganya.
"Tidak masalah," Alia berusaha tersenyum.
"Aku akan menjelaskannya pada Ibu, sebelum Ibu mendengarnya sendiri."
Haider pergi menemui Ibunya, ia hanya berharap agar ibunya kuat mendengar berita kepergian Selma untuk melanjutkan study-nya.
"Ammi ...Ammi," panggil Haider.
"Yaa? Ibumendengarnya. Katakan ada apa nak," ujar Ibu Haider yang sedang memotong kentang di dapur.
"Ammi ...Hentikan memotong kentangnya," pinta Haider. "Duduklah, Ammi."
Haider menyuruh ibunya duduk karena ia takut ibunya pingsan mendengar berita yang akan dikatakannya.
"Ada apa sebenarnya, kenapa kau sangat aneh hari ini?" ujar Ibu Haider sembari duduk di kursi dekat jendela.
"Aku ingin mengatakan sesuatu, aku harap ibu bisa ikhlas menerimanya," ujar Haider sembari duduk dekat ibunya.
"Jee... Chalobol beta,"[¹] ujaribunya.
"Selma tidak ada di Kashmir," ujar Haider ragu.
"Maksudmu, nak? Ibu tidak mengerti."
Haider mengulurkan lipatan kertas yang ia pegang sedari tadi. Ibunya segera membuka lipatan kertas tersebut dan membacanya.
"Maaf ibu, aku tidak punya keberanian untuk memberikan ini pada ibu sebelumnya," sesal Haider.
"Ya Allah, semoga Engkau selalu melindungi Selma, di manapun ia berada," lirih ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something In Kashmir
EspiritualSetiap orang punya cara tersendiri untuk melupakan rasa sakitnya, begitu juga dengan Alia yang melupakan rasa sakitnya dengan mengembara. Bertemu dengan saudara seiman di tanah yang sama sekali belum ia kenal. Melihat kekuasaan dan kebesaran Allah m...