Bab 20

747 17 1
                                    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Monggo dilanjut kisah
*Wali paidi 20*
Wali paidi dg perasaan gundah berniat pergi ketulungagung sowan ke mas kiai, dia sudah gerah ketika banyak yg melaporkan kpdnya kalau sekarang banyak para murid mas kiai kesana kemari menjual nama mas kiai untuk kepentingan dirinya pribadi, meminta uang dan minta dihormati secara berlebihan.

ketika memasuki gerbang pondok, wali paidi melihat banyak orang duduk di sebelah musholla, sekitar lima orang yg duduk disitu, terlihat mereka adalah orang penting dipondok sini.

" ada perlu apa mas...." tanya salah satu dari mereka.

" sowan ke mas kiai..." jawab wali paidi.

" oh ke romo kiai..." jawab mereka.

terlihat dari jawaban itu, kalau mereka tdk suka dg sebutan mas kiai yg di sebutkan oleh wali paidi, menurut mereka kurang sopan.

" wah...skrng romo kiai tdk di ndalem, sampeyan ke makam aja dulu, menunggu disana..." jawab mereka.

" inggih..." jawab wali paidi.

ketika wali paidi mau beranjak pergi ke makam, ada suara yg memanggilnya
" di....paidi...ayo melu aku...."

wali paidi menoleh, dilihatnya mas kiai yg memanggilnya, wali paidi berbalik mendekati mas kiai dan mencium tangannya, serentak kelima orang yg duduk disebelah musholla berdiri berniat ikut salaman ke mas kiai, ternyata mereka duduk disitu juga menunggu mas kiai.

mas kiai mengangkat tangannya, beliau memberi isyarat kalau beliau tdk mau disalami, mereka lalu duduk kembali.

wali paidi mengikuti mas kiai keluar dari pondok, mas kiai menuju mobil yg berada didepan gerbang, mas kiai menyuruh wali paidi masuk ke dalam mobil, didalam mobil sudah ada adik2 mas kiai, wali paidi menyalami mereka.

mas kiai mengarahkan mobilnya ke selatan, wali paidi tdk tahu diajak kemana, mobil itu baru berhenti ketika didepannya ada warung kopi , mas kiai turun di ikuti adik2nya, wali paidi mengikuti dibelakang, warung kopi ini terlihat sederhana tp dari aroma kopinya,terasa kalau kopi di warung ini terasa nikmat.

adik2 mas kiai duduk agak menjauh, sedang walipaidi dan mas kiai duduk satu meja

wali paidi belum berani mengutarakan niatnya ke mas kiai, baru setelah pesanan kopi datang, dan mas kiai tampak sudah menyeruput kopinya, dan mulai menyalakan rokok mild-nya, wali paidi berniat mengutarakan unek2nya.

" dari rumah saja di..." mas kiai mendahului bertanya.

" iya mas kiai..." jawab wali paidi.

" begini di...kadang Allah menguji hambanya dg mendatangkan orang yg bernat menipu kpd kita, apakah hati kita akan terusik dg hal tsb atau tidak, seyogyanya kita dlm menata hati tdk boleh membedakan siapapun yg datang kpd kita, hati kita tdk boleh kemasukan sifat benci ataupun tdk suka kpd siapapun..." kata mas kiai.

setelah menghisap rokoknya mas kiai berkata lagi:
" Allah mengujiku dg mendatangkan para murid yg suka menjual namaku, suka meminta atas namaku, dlm hal ini tdk boleh sedikitpun didalam hatiku ada rasa benci atau tdk suka terhadap mereka, krn Allah lebih berhak memutuskan apa yg dikehendakinya, aku hanya membimbing mereka, kadang Allah mengirim orang untuk menipuku, apakah hatiku akan sedih dg uang ratusan juta yg raib krn ulah mereka, apakah hatiku akan benci kpd mereka, ini semua ujian di..., kadang untuk menghajar napsuku,aku malah memberi uang kpd mereka yg pernah menipuku....kita harus menjaga hati kita jgn sampai kemasukan sifat2 tercela..."

wali paidi menunduk, dan tanpa bisa dicegah berlinanglah air matanya...

WALI PAIDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang