2. (b) Berhenti jadi Bodoh

65 14 5
                                    

MARCEL & MILAN


Lotus adalah salah satu pusat keramaian yang dekat dengan sekolah Marcel dan Milan. Dan disinilah mereka berada.

Sepulang sekolah Milan memaksa Marcel untuk mentraktir Milan ice cream, karena hari ini Marcel diangkat menjadi kapten basket SMA Adiwangasa.

Milan sedang melihat-lihat bandul handphone sedangkan Marcel sibuk melihat Milan sambil menghabiskan sisa ice creamnya.

Marcel tersenyum saat melihat Milan yang bingung memilih antara bandul berwarna hitam atau merah muda.
Ia mendecih pelan, mana mungkin Milan bisa memilih satu diantara dua warna itu. Karena warna itu adalah warna favorit Milan.

Marcel memalingkan wajah ke arah lain, seketika bola matanya melebar saat menangkap seorang cowok yang tak asing dimatanya.

Dia adalah Lion yang sedang asik bermain capit boneka bersama seorang gadis. Mereka tampak serasi dan mesra.

Marcel mengumpat pelan, ia buru-buru menghampiri Milan dan mengajaknya pulang.

"Kenapa tiba-tiba ngajak balik sih Cel? Gue belum selesai.." rengek Milan.

"Udah, ntar sore aja kita balik kesini lagi. Sekarang ayo pulang." Marcel mencoba merangkul Milan agar tidak menghadap kearah Leon.

"Nggak! Jelasin dulu, kenapa kita buru-buru pulang? Lo kebelet boker? Disini kan ada toilet"

"Gue nggak bisa kalo boker disini, nggak higienis!" Seru Marcel jadi berbalik agar Milan tidak melihat Lion dibelakangnya.

"Lo jahat banget sih, Cel.. masa shoping time gue keganggu aktivitas boker lo. Nggak adil tau nggak?!" Sentak Milan dengan wajah penuh emosinya.

'Ck, napa jadi bahas boker sih anjirr' desah Marcel dongkol. Ia masih memikirkan cara supaya Milan tidak melihat Lion yang lagi sibuk dengan cewek lain, tapi fokusnya malah teralihkan dengan topik boker yang sekarang digembor-gemborkan Milan.

"Toiletnya ada disana tuh, ayo gue ant-"

"Mil, sumpah. Lo harus ikut gue pulang. Gue udah nggak tahan!" Marcel buru-buru merangkum wajah Milan agar fokus padanya dan tidak menoleh kebelakang.

Milan menyipitkan kedua matanya menatap Marcel curiga. Satu, nggak biasanya Marcel panikan. Dua, kalo marcell panik pasti dia lagi nyoba bohongin Milan.

Milan menepis tangan Marcel kasar, lalu menoleh kebelakang sesuai instingnya. Milan hampir tersenyum girang saat melihat pujaan hatinya ternyata ada disana, namun senyum itu perlahan memudar seiring tangan Lion yang bergerak maju mengusap kepala seseorang.

Kupu-kupu yang tadinya akan menari-nari diperut Milan berubah menjadi sesak di rongga dada gadis manis itu. Milan merasa dibodohi, baru saja ia merasakan indahnya cinta yang tidak bertepuk sebelah tangan, tapi sekarang ia sudah merasakan sakit.

Milan tertawa getir, padahal ia sudah sujud syukur, tertawa seharian, riang gembira karena merasa cintanya berbalas. Nyatanya Milan justru mempermalukan dirinya sendiri dengan melakukan hal konyol itu.

Milan bodoh, sama sepertinya cintanya yang bodoh. Mana mungkin kak Lion, pujaan sejuta umat naksir padanya? Padahal banyak yang lebih cantik darinya? Kenapa ia sudah baper cuman gara-gara dikasih boneka? Emangnya hatinya semurah itu sampai menyerahkan hatinya begitu mudah? Harusnya dia nggak usah kegeeran cuman karena diperlakukan baik seperti itu, malah udah ngarep ditembak lagi. Cih dasar cewek nggak tau diri!

About Teenagers StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang