5d. Lol -Arina-

13 1 0
                                    

Atta mengajak Arina ke sebuah tempat yang lebih privasi, sudah ada beberapa teman balapan Atta dan juga teman kampus mereka yang menunggu. Beberapa diantaranya Arina kenal karena ia sering bertemu di tongkrongannya, maklum saja Arina dan Atta memang duduk di kampus yang sama meski berbeda jurusan.

"Rin! Lo duduk disini aja, ntar lo dikira gengnya Rubi," kata salah satu teman tongkrongan Arina. Arina mengangguk mengiyakan, lagian diruangan tadi isinya teman-teman Rey si pemilik club yang notabene isinya para pengusaha kaya dan juga gadis-gadis yang bukan gadis biasa. Ya, misalnya Rubi si gadis menawan yang sudah terkenal eksistensinya di dunia malam ini.

"Rokok Rin?" Seru Bernard menawari Arina, Atta langsung mengambil rokok itu.

"Cewek gue nggak main ginian." Sergah Atta membuat cowok itu mendecih.

"Yaelah biasa aja kalee, model gini cowok lu Rin?" sewot Bernard yang tak lama kemudian langsung kembali menggoda Arina lalu mengambil sebatang rokok mengisapnya sendiri.

"Mau deh," Arina ikut mengambil sebatang rokok di atas meja lalu menyalakannya.

"Tapi Rin, nyokap lo-"

"Ini kan gunanya party?" Potong Arina mengacungkan nyala api menatap Atta datar, kemudian kembali menyalakan rokoknya menghisap lalu menghembuskannya perlahan. Atta hanya bisa mengrucutkan bibir mengalah.

Arina memijat pelipisnya pelan, ia sedang memikirkan pertemuannya dengan Andra. Majikannya ada disini dan cowok itu mengenali dirinya.

"Atta.." Atta yang sedang menuangkan minuman menoleh mengangkat alis kode bertanya.

"Lo.. kenal Andra?" Tanya Arina dengan nada ragu-ragu

"Andra mana? temen gua namanya Andra banyak Rin" jawab Atta malas-malasan lalu menenggak minumannya. Bisa-bisanya Arina ini menanyakan cowok lain disaat ia susah payah mengajaknya kesini.

"ck Andra Mahendra, gue ngeliat dia disini tadi," Arina menghembuskan asap rokoknya kasar mengingat kejadian menyebalkan di rumah Andra tadi, tapi jadi merutuk pelan karena bisa-bisanya dia bertemu Andra di tempat seperti ini.

"Lo kenal Andra?" Sentak Atta dengan wajah menyelidik, lalu berubah serius ketika melihat Arina merubah posisi seperti tak nyaman ketika ia menatapnya lekat.

"Hn, lumayan" Arina mendesah pelan lagi, ia yakin Atta pasti menegenalnya. Secara Atta ini bandar balap sementara Andra sudah dikenal dikalangan anak-anak kampus sebagai pembalap handal.

"Rin, meskipun lo kenal, gua harap lo menjauh aja dari dia. Percaya kata gua, dia nggak sebagus yang lu kira" Atta mendengus dengan wajah menegang, mungkin bagi orang lain terdengar berlebihan. Tapi Atta sudah bisa membaca kemungkinan yang terjadi, bahwa Arina sudah atau sedang dekat dengan Andra.

Hentakan musik terdengar kencang, lampu-lampu berpendar memecah gelapnya ruangan yang kini riuh dengan gelak tawaq. Arina hanya duduk menikmati suasana, sesekali sambil merespon Atta yang memperkenalkan satu persatu temannya yang datang menghampiri.

Ditengah keramaian itu tiba-tiba saja Arina menegak ketika sorot matanya melihat siluet tubuh yang ia kenal. Itu Andra yang sedang bernego dengan seseorang untuk masuk ke ruang privat Atta. Namun tak lama ia bisa masuk dan tanpa basa-basi menghampiri Arina yang memias seketika, ada Atta juga yang langsung berdiri tanpa basa basi mencegah Andra yang sudah bersiap menarik Arina.

"Weis sorry bro, mungkin gue belom tau tujuan lo apa dateng ke ruangan gua. Tapi kalo berhubungan dengan ni cewek lewatin gua dulu" sergah Atta menahan bahu Andra santai

Andra yang dari awal tujuannya sudah terfokus pada Arina sampai tidak tahu kalau ada Atta disana. Ia tersenyum penuh arti, bagaimanapun ia sudah cukup mengenal Atta walau tidak sedekat itu. Mereka berbeda kampus, namun sering bertemu di arena balap yang sama.

"Tenang bro, gua cuman mau meluruskan sesuatu sama cewek yang ada disebelah lo, dan kalau yang lu maksud calon istri idaman itu dia, mending lo kaji ulang bro," jawabnya teringat perkataan Atta dulu di arena balap. Andra menatap tajam pada Arina yang sudah melontarkan sumpah serapah dalam batinnya.

Mungkin ini hari tersial dalam hidup Arina, satu saja kalimat Andra tentang pembantu pasti akan menjadi masalah besar. Sebenarnya Arina tidak terlalu peduli kalau teman-temannya tahu ia bekerja part time sebagai asisten rumah tangga. Arina hanya tidak mau ada keributan pasalnya ia tau, Atta tidak akan tinggal diam dengan permasalahannya selama ini dengan Andra. Dan lagi Arina tidak ingin ada permasalahan seolah-olah Atta tidak terima kalau ternyata Andra sudah lebih dulu dekatnya dan terjadi perebutan.

"Tau apa lo tentang Arina?" Sentak Atta tak terima. Ia adalah orang yang paling dekat dengan Arina di kampusnya semua orang tau itu dan tidak ada yang berani mendekati Arina selagi ada Atta disampingnya.

"Ngga banyak sih, bahkan gua baru tahu kalau namanya Arina," Andra mengeluarkan smirknya mempermainkan, lalu bergerak santai menuju sebelah Arina menatap gadis itu sekali lagi. Andra lalu terkekeh melihat gadis cantik itu diam membatu, sebenarnya terpesona juga melihat parasnya yang baru kali ini terlihat jelas, Andra jelas merasa tertipu.

"Dirumah gua dia dipanggil Ina, si tolol. Or we can call Lolina right now? singkat aja"

"Bugg!"

Tanpa basa-basi Atta mendaratkan sebuah bogem mentah di pipi kanan Andra yang refleks membalas dengan tendangan pada perut Atta, membuat cowok jangkung itu sama-sama terhuyung ke belakang.

Suara kericuhan pun mulai terdengar, beberapa berusaha menengahi dan mengingatkan bahwa mereka sedang di acara orang dan mereka hanya tamu kecil di acara itu.

Atta membenahi jaket kulitnya dengan kasar, begitu juga dengan Andra yang masih menyeka pipinya yang terasa perih sebelum gadis itu mendatangi Andra, dengan sekuat tenaga menendang perut Andra hingga tubuhnya terjatuh. Arina mencengkram kerah kemeja yang dikenakan Andra kemudian menyentaknya tanpa rasa takut.

"Arina. My name is Arina, You call me Ina? Cause you don't deserve!, to call my real name!" Kata Arina mengintimidasi membuat Andra tertegun dalam sepersekian detik.

"Lo ngerasa pantes ngehina gua, are you?" dengan intonasi datarnya Arina mampu memancarkan aura yang menakutkan , disatu sisi Andra terlihat mulai tak nyaman karena orang-orang di sekelilingnya seperti akan melakukan sesuatu. Apalagi diruangan ini hanya ada ia dan Rizal selebihnya adalah anak-anak kampus Atta.

"Memalukan bahwa lo ngga tau gue sebenernya. Nyokap lo pasti ngerasa gagal kelakuan lo ngga lebih dari preman pasar," Andra tersenyum kecut, gadis dihadapannya ini telah berhasil menjatuhkan harga dirinya.

"Nowjust out from here. Before all bad thing's ruin to you" lanjut Arina melepaskan cengkramannya kasar. Andra pun segera bangkit menatap tajam Arina mengisyaratkan bahwa kni belum berakhir sebelum beranjak pergi dari ruangan itu.

Arina kembali duduk ke tempatnya semula menenggak minuman beralkohol langsung dari botolnua, begitupun yang lain kembali melanjutkan acara pesta itu dengan hanya menyisakan tanya dalam benak masing-masing.

-To Be Continue-

Author note : Hai! udah lama sejak terakhir nulis disini. Aku rindu.

About Teenagers StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang